"Fino! Bantuin Aru." Aru berteriak dan mengguncang guncang bahu Fino secara tiba-tiba. Membuat Fino terkejut dan hampir saja tersedak yuppie.
"Kenapa?"
Aru menatap waspada kearah kamar, dimana ada Hagia yang sedang asyik bertelepon dengan seseorang yang mencurigakan. Wajahnya tak berhenti tersenyum cerah dan dia nampak buru buru sekali ingin pergi.
"Selingkuh! Hagia pasti selingkuh. Lihat tuh!"
Entah mengapa tapi pada akhirnya Aru menyimpulkan bahwa Hagia selingkuh! Tiap malam selalu mengecek ponsel yang bahkan tak boleh ia sentuh, saat ponsel nya Aru ambil diam diam malah tak bisa ia buka karena sandi nya diganti. Aru kesal selama 3 hari terakhir ini.
"Sayang, main aja disini sama Fino ya. Aku ada urusan." Hagia keluar dari kamar dan mencium pipi Aru, dia lalu pergi dengan santai padahal tatapan Aru sudah ingin menangis karena memikirkan hal yang tidak tidak.
"Pasti dia mau ketemu sama pacar barunya." Aru menangis, tapi segera ia usap air matanya itu. Dia malu karena masih ada Fino yang memperhatikannya disini.
Aru berlari menuju kamar dan mengambil sebuah paper bag didalam lemari. Segera ia ambil pakaian dari sana dan membantu Fino memakaikannya.
"Eumm! Kok pakai ini? Jelek!"
Fino berprotes dan tak bisa diam saat secara paksa Aru memakaikannya rok dan sebuah hoodie kebesaran."Ssst! Ini sementara kok, kalau kita gak pake ini nanti ketahuan." Aru menimpali dengan nada kesalnya. Dia juga memakai baju yang sama dengan Fino.
Aru menarik tangan Fino dan menuntunnya menuju kaca, untuk sesaat mereka tertegun juga karena pakaian yang mereka pakai itu cukup manis. Tapi Fino tetap merasa tidak nyaman, ia selalu menarik narik rok nya.
"Ih rok nya pendek!"
"Ya maaf, Aru kira ukurannya pas."
Mereka segera memakai sepatu dan berlari membuntuti Hagia, untung saja dia belum pergi jauh. Sesekali Aru berjongkok dan bersembunyi di semak semak hias supaya tak terlihat. Sedangkan Fino malah secara terang terangan menyapa semua orang yang lewat. Maklum saja, dua bayi ini belum merancang rencana membuntuti Hagia. Jadi segala macam tindakan mereka tidak sinkron.
"Fino! Sembunyi juga." Aru menarik tangan Fino, ia benarkan baju anak itu meski sebenarnya mereka cukup kepanasan.
"Fino gerah ya? Tapi kalau gak gini, nanti kita ketahuan terus Hagia gak bisa kepergok selingkuhnya!" Aru memegang bahu Fino dan berucap tegas, pandangannya tak pernah lepas dari Hagia.
Fino menggeleng dan memegang tangan Aru. Dia lalu menarik rok nya hingga celana dalam bergambar batman itu terpampang dengan jelas.
"Fino gak gerah, angin nya masuk lewat sini."
Aru juga melakukan hal yang sama, dia menarik rok yang dipakai lalu dikibas kibas seperti yang Fino lakukan. Tytyd mereka untuk sesaat merasakan hawa segar dari angin sepoi sepoi.
Fokus mereka kembali ke Hagia, dia baru saja keluar dari ATM dan nampak menyimpan banyak sekali uang kedalam dompet nya. Selanjutnya bisa Aru lihat jika Hagia kembali lagi bertelepon dan menoleh kesana kemari.
"Ck, mau ngapain sih." Aru menatap kesal, sudah 20 menit mereka berjongkok disini tapi Hagia masih saja diam disana.
"Eh?" Hingga mata Aru membulat, disana Hagia disapa oleh seorang perempuan. Cantik sekali dengan pakaian elegan nya.
"Aru, itu siapa?"
Fino bertanya tanya dan memperhatikan Aru saat anak itu tak menjawab. Oh ternyata bayi ke satu sedang menangis, meski terus saja ditahan. Fino tak tega, bagaimana pun Aru sudah menjadi kakak nya. Fino ingin melakukan sesuatu, hanya saja ia bingung harus apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend has a Little Space 2
Cerita Pendek"Fino, nampaknya disini aku yang akan paling sulit melepaskanmu. Bisakah selamanya kita hanya seperti ini saja?" "Dengan senang hati, Reka."