56 Terlalu Suka Kepada Fino

3.1K 436 80
                                    


Ia lirik Fino, anak itu sedang ingin makan roti, katanya. Jadi ia ajak ke toko langganan mereka.

Dalam penglihatan Reka, Fino sudah tidak sekecil dulu.

Mungkin tubuhnya iya, masih lebih kecil darinya.

Namun pikirannya. Fino sudah nampak lebih matang, lebih bisa mengontrol emosi juga. Fino sudah dewasa.

Ketika Fino berjalan sendiri didepannya, dari sana lah Reka tahu jika Fino sedang tumbuh.

Bagai sebuah tunas kecil rapuh, yang dulu terkekang ... namun kini karena sudah disirami air yang bagus, disinari oleh mentari hangat... dia mampu bertahan. Dia tumbuh walau lambat.

Reka ragu untuk mengikuti. Jadi dia diam saja sambil tersenyum, membiarkan Fino lepas ke keramaian seorang diri.

Reka tersenyum ketika tanpa masalah sedikitpun Fino bisa memesan apa yang dia suka, lalu membayarnya. Masih belum sadar jika Reka tidak mengikuti.

Yang lebih mengejutkan lagi ... hati Reka terasa sakit.

Padahal baru kemarin anak itu minta diantar ke mall hanya karena ingin membeli alat alat kerja kelompok.

Baru kemarin rasanya ia mengeluarkan semua bujuk rayu supaya Fino mau diajak cukur rambut.

Rasanya baru kemarin ia membuat Fino cemburu akibat kedekatannya dengan Ririn.

Rasanya mereka baru sehari dua hari menjalani hubungan sebagai pacar.

Rasanya baru ... ketika mereka menikmati malam, berkemah di alam terbuka dan melihat lihat bintang.

Kenangan kenangan itu muncul. Membuat Reka menekan dadanya yang sesak.

Kenapa ya?

Harusnya senang...

Tapi saat ini Reka merasa takut dan juga ragu.

Bagaimana jika mereka berpisah? Bagaimana jika semua ini berakhir... apakah akan baik bagi keduanya.

Sejujurnya Reka sedang benar benar takut. Akan sampai mana hubungan mereka ini.

Karena melihat perkembangan Fino, Reka berasumsi jika suatu saat Fino akan menemukan orang yang mampu membuatnya lebih nyaman. Yang dia cinta. Yang dia damba.

Mungkin bukan dirinya.

Itu sungguh mengganggu.

"Reka, udah. Yuk pulang."

Tangan kecil itu tidak menggandengnya lagi. Kakinya bahkan tidak ragu melangkah. Dia juga sesekali menyapa orang yang mereka kenal.

Fino berubah.

Ia senang, tapi juga sedih.

Hingga mereka duduk berdampingan, menonton televisi dibalik selimut hangat yang sama.

Reka masih memperhatikan Fino dengan dalam.

"Kenapa? Dari tadi gitu amat ngeliatinnya."  Fino bertanya, dia memelankan suara televisi.

Ah, lihat... Fino sudah lebih peka bukan?

Reka menggeleng, "Enggak kok. Cuman kepikiran beberapa hal aja."  

"Tugas kuliah? Atau kerja."

"Bukan, sesuatu yang lebih penting lagi." Reka menjawab lagi, sambil ia usap helaian rambut Fino. Kini sudah agak memanjang lagi dari semenjak kejadian salah potong rambut itu.

Fino tidak bicara lebih. Dia hanya menggenggam tangan Reka kemudian memeluknya.

Sedikit lega kala helaan nafas Fino terasa sangat menenangkan.

My Boyfriend has a Little Space 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang