Reka sudah tak tahan lagi. Dua hari ia sibuk dengan kuliah, kini sudah waktunya ia menjemput Fino. Di perjalanan, yang terus ia ingat adalah wajah Fino, suara Fino, tangan mungil Fino, wangi Fino. Sungguh Reka rindu sekali.
Saat sudah setengah jalan, tiba tiba ponsel nya berdering beberapa kali. Reka pun memutuskan untuk menepi dan mengecek ponsel nya itu, ternyata dari tante Susan. Reka yang merasa penasaran pun akhirnya menelepon balik dan suara yang pertama kali ia dengar adalah teriakan nyaring seseorang.
"Rekaaaa jemput Fino!"
Fino menyapa, binar ceria dan riang itu kembali lagi ia lihat. Membuat Reka merasa lega sekali saat melihatnya."Iyaa, ini juga lagi di jalan. Fino mau dibeliin apa biar sekalian?"
Dari layar telepon bisa Reka lihat jika Fino menggeleng. Membuatnya heran dan juga terkekeh, pasalnya Fino kan jarang sekali menolak dijajanin.
"Fino mau Reka aja!"
Oh itu alasannya, duh Reka melting gara gara si bayi gak sengaja ngegombal.
Reka pun kembali Fokus ke jalan, telepon juga sudah diakhiri karena tante Susan datang sambil sedikit memarahi Fino. Ternyata anak itu menelepon Reka secara diam diam.
Hingga akhirnya sampai juga, Reka memarkinkan mobil di pekarangan rumah nya. Seperti biasa Ibu dan Adiknya sedang bersantai. Reka tentu saja mengucapkan salam dan beristirahat sejenak disana.
"Ka, nih buat Fino sama temen temen mu di sana." Ibu selalu saja memberi Reka persediaan makanan saat pulang begini. Reka tentu saja senang dan langsung menyimpannya ke mobil biar tidak kelupaan. Selanjutnya Reka yang sudah tidak sabar pun pergi ke rumah Fino.
"Aaaaa! Pacar Fino datang!"
Baru saja kaki nya melangkah di teras, Fino sudah berlari dari dalam rumah lalu melompat memeluk tubuhnya.Reka peluk dengan erat, ia benamkan wajah nya pada leher itu. Ia cium wangi nya yang membuat tenang. Jika wangi Fino ketika tinggal bersamanya hanya wangi parfum biasa dengan ekstrak jeruk atau strawberry, wangi Fino selalu berbeda jika diurus tante Susan, wangi minyak telon bayi. Reka candu sekali mencium wangi anak itu jadinya.
"Fin, Reka kangen."
Reka bisa dengar jika Fino sedang bergumam, pelukannya semakin erat hingga Reka memutuskan untuk menggendong Fino ke dalam. Karena sepertinya anak itu sama sekali tak mau lepas dan tak mau jauh jauh darinya.
Tante Susan sudah ada di ruang tamu dan menyiapkan camilan, sedangkan om Theo hanya duduk di sofa single dengan wajah muram.
Reka duduk di sofa yang berhadapan dengan om Theo, ia lalu memberi salam dan berlanjut kangen kangenan bersama Fino. Tentu saja om Theo terlihat kesal dengan itu.
"Aduh Fino wangi banget, Ya Tuhan gak nahan." Sengaja Reka bicara seperti itu, membalas perbuatan om Theo sewaktu ia sedang merana karena ditinggal Fino.
Tante Susan terdengar tertawa dari dapur. Hingga pada akhirnya ia menenangkan om Theo dan memberi Reka waktu berduaan bersama Fino. Reka sangat berterimakasih, karena tante Susan selalu mengerti bagaimana posisi Reka. Tak seperti om Theo yang selalu saja cemburuan dan memonopoli Fino dari nya.
Reka lalu mengajak Fino untuk berduaan di halaman belakang rumah. Cuaca disana masih belum panas dan cocok sekali untuk menenangkan pikiran. Reka duduk di teras dan membenarkan posisi duduk Fino pada pahanya supaya lebih nyaman.
"Gue minta maaf."
"Eh?" Reka cukup terkejut dengan itu. Tentu saja mudah sekali membedakan Fino dewasa dengan Fino kecil bagi Reka. Dari tata bahasa nya saja sudah beda, hanya saja yang membuat Reka terkejut adalah penuturan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend has a Little Space 2
Short Story"Fino, nampaknya disini aku yang akan paling sulit melepaskanmu. Bisakah selamanya kita hanya seperti ini saja?" "Dengan senang hati, Reka."