Perhatian perhatikan;
Note dibawah kata 🦖Bersambung🦕 agak panjang dan chapter ini juga rasanya panjang deh.Choco seneng kalau dibaca sampai habis, jangan lupa vote dan komen ya... terima kasih, Choco sayang sama kalian. Titik!
.
.
.
..
..
.
Karena Reka sudah harus kembali lagi kuliah. Alhasil Fino tinggal disini bareng keluarga nya setelah bunda dan adik keluar dari rumah sakit."Uwaaah kamar adik bagus banget!" Fino terpana saat melihat kamar Nata yang sudah dihias cantik. Warna nya putih tapi ada biru biru nya. Hampir sama dengan kamar Fino.
Fino tatap bunda yang sedang duduk sambil memangku Nata. Bunda nampak kesusahan saat mau mengambil popok kain dari laci bawah.
Ini lah saat yang tepat bagi seorang kakak untuk membantu adiknya pertama kali!
Fino segera berjalan menuju laci, ia bawa popok kain setelah ditunjukin sama bunda.
"Makasih ya kakak." Bunda mengusap puncuk kepala Fino sambil tersenyum cantik.
Dada Fino bergetar, dia menunduk memegang dadanya itu. Rasanya senang dan mendebarkan. Fino jadi mau membantu bunda sama adik lagi.
Fino tatap bunda dengan binar yang tidak bisa dilewatkan siapapun untuk menatapnya. Bunda terkekeh melihat gelagat anak sulung nya itu. Bunda peka jika saat ini Fino sedang senang karena merasa bisa menjadi kakak.
"Bunda haus, tolong ambilkan air ya? Habis itu Fino boleh jajan."
Fino bangun dengan semangat, langsung berlari menuruni tangga dan menghampiri ayah yang sedang merakit box bayi buat Nata.
"Ayah-!"
"Iya Fino? Kenapa hm?"
"Bunda haus, Fino mau ambil air. Tolong."
Theo berhenti sejenak dari kegiatannya sendiri. Kemudian pergi ke dapur bersama Fino.
"No! Sama Fino! Ayah bicara aja."
Tiba tiba Fino menahan tangan ayah yang hendak mengambil air dari termos kecil. Katanya kan Fino sudah menjadi kakak, kalau perintahnya diberikan ke Fino berarti ayah gak usah ikut campur. Begitu ujarnya.
"Oke, coba sama Fino tuangin air panas nya dikit aja ke gelas nya. Habis itu tambahin air dingin, bawa deh ke bunda."
Fino bisa! Walau satu tetes air panas mengenai telapak tangannya hingga Fino berteriak kecil. Tapi pada akhirnya sukses kok, walau ayah harus menatap khawatir sepanjang detiknya.
Pelan pelan dia menaiki tangga, membuka pintu lalu menghampiri bunda.
"Bunda seneng? Fino bantu apa lagi?"
Susan terkekeh, agak sulit menolak Fino yang sedang begini. Jadi Susan segera menunjuk dompet nya diatas laci, Fino yang patuh pun segera mengambilkan.
"Fino boleh jajan." Susan berucap sambil memberikan Fino uang lima puluh ribu. Karena Susan tahu jika Fino jajan suka keliling warung yang ada, apa yang dilihat pasti dia beli. Meski pada akhirnya entah dimakan atau tidak.
Jika ia beri uang pas sedangkan Fino jajannya banyak, tukang warung biasanya suka ngomel ngomel. Berisik.
Fino tersenyum senang, dia beranjak setelah mengambil uang dan pamit sama bunda.
Saat di tangga juga dia bertanya ke ayah, siapa tahu beliau mau dibelikan kopi.
"Kopi luwak ya Fin, yang ada gambar kucing nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend has a Little Space 2
Short Story"Fino, nampaknya disini aku yang akan paling sulit melepaskanmu. Bisakah selamanya kita hanya seperti ini saja?" "Dengan senang hati, Reka."