Tunggu tunggu... ini bagian Aru sama Hagia ya..
Awalnya mau di buatin cerita lain, beda cast juga bukan Aru Hagia. Tapi takut gak kegarap sama Choco nya jadi disini aja hihi. Selamat membaca~
Ini versi cerita lain ya. Berubah genre gitu kayak Reka Fino yang kemarin kemarin.
●
●
●●
●
●Aku, kamu dan waktu yang sedang mengamuk...
.
.
..
.
.Perang yang berkepanjangan ini membuat seluruh tatanan negeri hampir rusak.
Pemimpin negara dikecam habis habisan, pemerintah terus menerima kritik, para tentara sibuk mempertahankan wilayah dan rakyat semakin sengsara setiap harinya.
Sedangkan pihak yang menjadi pengadu domba konflik berkepanjangan ini hanya menonton sambil tersenyum, terus mempermainkan kenegaraan.
"Kapten! Kita sudah terkepung."
Hagia pikir ia akan berhasil. Setelah menyelundup ke wilayah musuh dan mencari tahu fakta gelap tentang salah satu faktor konflik ini, tim Hagia masuk ke dalam perangkap musuh sehingga saat ini posisi mereka sedang dalam bahaya.
Padahal hanya tinggal beberapa ratus meter saja mereka bisa tiba di markas rahasia.
"Kapten! Kita harus bagaimana." Seorang Letnan bertanya panik, karena saat ini pertahanan mereka sudah semakin melemah.
Hagia tidak bisa mendengar dengan jelas, telinganya berdengung akibat efek ledakan bom di markas musuh tadi. Meski begitu ia berusaha untuk mengatur strategi.
"Ulur waktu. Kirim sinyal bantuan ke markas terdekat kita."
"Terlalu terlambat kapten."
Hagia menatap nanar orang orang nya. Mereka yang sewaktu di pelatihan nampak semangat dan maju tak gentar itu sekarang nampak tidak lebih seperti sekumpulan anak anak yang meminta perlindungan padanya.
Hagia paham, mereka pasti takut. Keadaan psikologis dan fisik mereka sudah babak belur.
"Prajurit. Kita mengabdi untuk negeri. Untuk setiap keadaan seperti ini. Hidup mati kita tidak akan jauh dari tertembak peluru, terkena bom, tenggelam di laut dan lebur di udara.
Jangan menunduk. Angkat kepala dan senjata kalian! Lawan musuh sampai titik darah penghabisan!"
Hagia berteriak. Saat ini yang paling bisa ia lakukan adalah menguatkan kepercayaan para prajurit nya.
Ia maju ke depan, menembak beberapa titik musuh hingga jalan bagi mereka mulai terbuka.
Mereka berlari dan mereka maju. Meski takut tapi pantang bagi mereka untuk mundur.
Satu persatu prajurit nya tumbang. Pandangan Hagia bahkan sudah kabur, tidak bisa mengira ngira titik buta musuh.
"Kapten. Anda harus selamat, anda memegang bukti penting yang harus disampaikan kepada pimpinan. Kami senang bisa berdiri dan berjuang sampai akhir bersama kapten. Tapi kapten tidak bisa berhenti sampai disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend has a Little Space 2
Short Story"Fino, nampaknya disini aku yang akan paling sulit melepaskanmu. Bisakah selamanya kita hanya seperti ini saja?" "Dengan senang hati, Reka."