Sekali lagi ini adalah cerita lain nya Fino Reka jika berada di genre omegaverse.
Hanya berlaku di dua chapter yaitu di bagian 43 dan 44 ini oke.
Chapter selanjutnya akan kembali normal mengikuti alur di bagian 42.
Jika bingung, mending vote aja.. dijamin bakal langsung paham coba, percaya sama Choco deh. Choco mah da gak bisa boong.
Selamat membaca wankawan~
.
.
..
.Dalam keluarga Wirawan, sudah sepatutnya seorang alpha dominan harus mencari omega sebagai pasangannya dan membuat banyak keturunan.
Hanya saja anak sulung keluarga Arkan Wirawan selalu saja menentang petuah turun temurun itu.
"Reka gak minat matting atau knotting. Masih mau hidup bebas, ayah." Ungkap Reka suatu hari pada ayahnya, Arkan.
"Itu karena kamu belum ketemu yang cocok. Nah makannya lihat ini semua, siapa tahu ada tipe mu."
"Gak ada sama sekali ayah."
Tak sekali pun Reka lirik semua foto foto omega dari berbagai kalangan itu. Baginya semua itu tidak penting.
"Astaga bebal sekali anak itu, siapa sih ibu nya."
"Hah?! Kok jadi nyalahin Mamah!" Sang ibu berteriak menggelegar ketika disalahkan begitu.
"Hm... sepertinya kita harus minta bantuan Hagia Ma, jika tidak nanti Reka gak bisa buru buru ngasih kita cucu dong." Arkan menatap istrinya dengan sedih.
Ya, sebenarnya alasan paling besar dari sikap yang suka memaksa anaknya itu untuk segera menemukan omega adalah karena momongan! Arkan iri dengan teman temannya yang sudah memiliki cucu.
Maka Arkan menelepon Hagia, sosok yang selalu menjadi penasehat bagi Reka.
Dia setuju jika anaknya dipaksa ikut ke bar untuk mengenal apa itu dunia bebas dan senangnya bermain bersama para wanita dan omega.
Arkan tunggu, sampai esok nya ia lihat wajah anak nya sedikit berseri tapi entah kenapa terlihat bingung dan sedih.
"Ayah... Reka bertemu dengan omega. Reka gak sengaja melakukan matting dan knotting saat dia sedang heat."
"Oh bagus dong... Tapi sebentar Ka, hah hah HAH." Arkan yang tadinya berdiri kokoh pun terduduk seketika ke atas sofa sambil mengatur nafas nya. Tangannya juga memegangi dadanya yang terasa pengap.
Ini memang yang ia harapkan. Tapi Arkan tidak pernah berpikir jika anaknya bisa gegabah seperti itu.
"Ayah jangan mati dulu, Reka bingung harus apa."
"Dasar anak tidak berguna! Tentu saja tanggung jawab. Hah, hah, HAH."
"Masalahnya dia menghilang. Yang Reka tahu hanya namanya saja, Fino."
"Astaga... Hah, hah, HAH."
Sore itu Arkan berbaring lemas diatas sofa sambil memikirkan perbuatan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend has a Little Space 2
Storie brevi"Fino, nampaknya disini aku yang akan paling sulit melepaskanmu. Bisakah selamanya kita hanya seperti ini saja?" "Dengan senang hati, Reka."