Rupanya Reka bisa bertahan bekerja untuk beberapa lama bahkan sampai saat ini. Mungkin sudah terhitung satu minggu.
Hal serupa juga dialami oleh Fino. Meski dalam per harinya jumlah uang yang ia kumpulkan semakin sedikit, tapi anak itu justru menikmati sekali kegiatan menjual lukisannya.
Itu yang membuat Reka khawatir. Bukan soal jumlah uang yang sedikit didapat, melainkan karena kondisi kesehatan Fino.
Berkat terlalu lama berdiam diri di luar saat cuaca sedang panas dan selalu kelelahan, Fino jadi mudah sakit. Kemarin saja anak itu pilek...
"Jadi, gimana bunda?" Reka pada akhirnya konsultasi kepada bunda.
Ia benar benar tidak mau melihat Fino seperti ini, tapi anehnya semua bujukan dan semua perintahnya soal berhenti menjual lukisan itu ditolak mentah mentah oleh Fino.
"Ya gimana lagi Ka kalau Fino nya yang mau. Biarin aja, nanti kalau udah cape dia pasti berhenti. Bilang sama Fino kalau bunda bangga banget dia bisa ngasilin uang sendiri."
Reka mengangguk mengerti. Ia terima segala macam masukan dan perkataan dari bunda lalu mengakhiri telepon dengan baik kemudian duduk menghampiri Fino.
"Mau melukis lagi hari ini?"
"Iya-! Kak Anthony janji hari ini mau kenalin kak Wilis sama Fino."
Melihat senyuman dan tingkah yang begitu semangat menyiapkan alat alat lukisannya itu membuat Reka tidak tega untuk melarang Fino.
Jadi ia mengangguk memberikan ijin dan membuntuti dari belakang secara diam diam saja.
Penasaran dengan kegiatan yang selalu Fino lakukan ini, kebetulan ia sedang mengambil waktu libur sejenak.
Ternyata sebelum benar benar duduk menunggu orang yang mau dilukis, Fino berdiam diri dulu disebuah toko roti. Dia membeli roti tawar.
Pertama, Fino memakan satu helai roti tawar rasa pandan itu tanpa selai apapun. Lalu ia mengambil roti lainnya juga dan memberi makan burung burung. Ia berganti tempat ke kolam ikan, merobek roti nya kecil kecil lalu melempar semuanya ke kolam hingga dimakan oleh para ikan.
Reka penasaran kenapa Fino begitu, setelah lama lama memikirkan jawaban yang sesuai dengan pemikiran Fino... Reka tersenyum kecil.
Mungkin maksudnya Fino adalah sarapan bareng bareng sebelum bekerja.
Reka ikuti lagi Fino, dia duduk dibawah pohon rindang yang waktu itu dia ceritakan. Fino menyimpan tas nya dan hanya duduk sambil celingukan kesana kemari.
Terkadang dia menyapa orang orang yang sedang berlari dan berolah raga. Reka tidak kenal orang orang itu, tapi mereka semua nampak akrab sekali dengan Fino.
"Fino melukis lagi hari ini?"
"Iya, kakak olahraga lagi?"
"Iya juga heheh, semoga banyak yang mau dilukis ya hari ini."
"Iya. Fino juga harap begitu."
Begitu percakapan kecil yang Reka dengar dari mereka. Dan lihat itu... Finonya sudah bisa berinteraksi dengan orang asing. Reka sangat antusias sampai rasanya mau menggigit pipi Fino saat ini juga.
"Dek, saya denger kamu suka melukis ya?"
Sampai tiba seorang perempuan datang bersama seekor kucing di pangkuannya.
Fino mengangguk dan tersenyum, dia juga menyapa kucing kakak itu.
"Mau dong dilukis."
"Boleh-! Mau sama kucing nya? Kakak duduk aja yang nyaman disini." Fino tepuk tempat duduk disampingnya, disana tidak panas jadi kakak dan kucing itu akan merasa nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend has a Little Space 2
Short Story"Fino, nampaknya disini aku yang akan paling sulit melepaskanmu. Bisakah selamanya kita hanya seperti ini saja?" "Dengan senang hati, Reka."