57 Baby Step

3.4K 402 68
                                    

"Reka, kita harus ngapain selepas ini?" Fino bertanya ketika mereka sudah lebih tenang, mereka sedang berbaring diatas kasur saat ini.

Reka melirik Fino, pun dengan Fino yang melakukan hal yang sama. Kemudian mereka saling tertawa dan terkikik karena mata mereka kini sembab akibat menangis.

"Gak papa. Soal itu biar aku yang urus. Kamu gak perlu risau." Reka usap puncuk kepala Fino dan tersenyum tenang.

Sedikit banyaknya membuat Fino tersenyum lega juga.

Fino sudah yakin jika Reka akan berkata begitu. Tapi Fino entah kenapa merasa kurang puas.

Karena Fino juga ingin melakukan sesuatu.


Maka tanpa sepengetahuan Reka, esok nya ketika sudah menjelang siang. Fino pergi ke tempat dokter Liana, seorang psikolog yang selalu membantunya.

Fino konsultasi yang akhirnya bablas menceritakan segala jenis perasaan dan emosinya.

"... begitu dokter. Fino mau kok sama Reka. Tapi Fino gak mau jadi pihak yang nyusahinnya, Fino juga mau ngelakuin sesuatu."

Dokter Liana mengangguk kemudian mendekat.

Ia sudah menganggap Fino sebagai anak sendiri semenjak pertama kali menangani Little Space nya itu. Jadi sudah tiada kata canggung dan formal lagi diantara keduanya.

Saat ini rasanya Liana tidak segan untuk memberikan masukan dan arahan.

"Fino, keputusan yang ini bakalan sedikit berat. Sebelum Fino minta ijin ke Bunda dan ayah Fino, lebih baik kamu tanya dulu sisi Fino yang lain. Apakah akan sanggup atau tidak."

Fino terdiam...

"Gimana nanyanya?"

"Itu hanya akan Fino temukan sendiri caranya. Resapi baik baik."

Fino pun mengangguk. Selepas menerima banyak pengertian dari Liana ia pun pamit untuk pulang.

Sepanjang jalan ia terus bertanya pada diri sendiri. Terus memikirkan cara untuk maksud perkataan dokter Liana.

Sampai ia tiba di apartemen, ia berjalan ke kamar mandi dan mengganti baju setelah cuci kaki dan cuci tangan. Selepas itu Fino bercermin.

"Kamu emang pantes buat Reka?" Begitu ucapnya.

Fino diam cukup lama, beberapa kali berkedip kemudian ia tersenyum.

"Pantes lah! Kan Fino anak baik." Nada bicaranya berubah, khas Fino ketika sedang masuk tahap little.

"Fino bakalan jaga Reka, Fino gak akan nakal kok janji, terus Fino bakal belajar masak sama Aru, Fino bakalan belajar pegang uang yang baik sama bunda, Fino bakalan jadi orang yang ngebuat Reka senyum terus tiap hari!"

Fino diam, kepalanya mulai pusing tapi tetap ia lanjutkan.

"Fino mau sama Reka. Kalah sama Reka kayaknya gak papa."

Dadanya berdebar debar, hidung Fino juga sudah mengucurkan darah.

Ia tersentak kaget sampai membuat kesadarannya hilang beberapa saat.

"Shh kok sekarang pas masuk ke pikiran little jadi sakit ya...." Fino bergumam, ia mengambil tisue dari atas laci dan hendak mengelap hidung nya.

Tapi kemudian ia mengaca, Fino cukup narsis nih. Karena dia sudah tidak takut lagi, kan ini bukan pengalaman pertama dia mimisan.

Fino malah mengambil ponsel kemudian berpose dramatis.




***

My Boyfriend has a Little Space 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang