10 Aru dan sebuah penyesalan

5.5K 704 23
                                    

Siang ini keadaan sudah cukup genting dimana cuaca terasa sangat panas dan menyengat, Reka yang tiba tiba menelepon dan bilang jika ada urusan mendadak dan bisa saja pulang malam. Alhasil Fino mengungsi ke kediaman Aru dan Hagia lalu terjebak lagi dengan kecanggungan yang luar biasa.

Tapi Fino sudah bersiap siap dari rumah, ia membawa sebungkus yuppie, buku gambar dan satu set pensil warna, lalu sebuah boneka dino--jaga jaga jika Aru mengabaikannya lagi.

"Waduh, beneran ngungsi ya Fino."

Hagia membuka pintu dan mempersilahkan Fino masuk, pandangannya tak lepas dari tas yang sedang Fino gendong. Fino celingukan dan hendak menanyakan kemana Aru, sebelum Hagia memberitahu nya terlebih dahulu jika Aru masih ada kelas.

Fino pun duduk diatas karpet dan melepas tas nya. Ia menerima segelas jus jeruk dari Hagia lalu berterima kasih, selanjutnya mereka hanya diam saja.

"Mau nonton tv?"

Fino mengangguk lalu anteng duduk menonton acara televisi, kebetulan saat ini di televisi itu sedang menyiarkan kartun yang Fino suka. Mari kita ulik sebentar penampilan Fino saat ini, anak itu yang masih linglung karena baru bangun tidur dan dikejutkan oleh Hagia tak sempat mandi dan hanya mencuci muka saja, alhasil mata Fino saat ini sedikit menyayu karena pasti masih merasa kantuk. Ditambah dengan baju yang asal asalan, hanya sebuah kaus dalaman yang dipadukan dengan baju kodok bercelana pendek. Setidaknya kondisi anak itu mampu membuat Hagia geleng geleng kepala. Semendadak itu kah kegiatan Reka sampai anak ini terlantar?

Pintu tiba tiba terbuka dan muncul lah Aru dari sana. Hagia tentu saja menyapa seperti biasa lalu menjelaskan jika Fino sedang dititipkan. Hagia penasaran kedepannya akan seperti apa, karena ia tahu jika Aru sudah tak marah lagi kepada Fino, anak itu hanya sedang mempertahankan gengsi nya saja.

Sengaja ia biarkan keduanya berdekatan dan ia dengan perlahan pergi menuju balkon seperti biasanya--memperhatikan dari jauh.

Aru nampak kelelahan, bisa Fino lihat dahinya yang penuh dengan keringat serta pipi yang menjadi kemerahan itu. Fino jadi ingat ucapan Reka jika akhir akhir ini suhu udara semakin panas, Fino jadi tak bisa berlama lama main di taman. Merasa diperhatikan, Aru menoleh dan melihat Fino yang tiba tiba menyodorkan jus jeruk yang baru habis setengahnya itu.

"Aru mau?"

Tentu saja Aru tidak mau, itu kan milik Fino. Lagi pula jika pun mau ia bisa mengambilnya sendiri atau meminta tolong pada Hagia. Maka sebagai jawaban untuk Fino, Aru menggeleng dan mencondongkan tubuhnya untuk mengambil remot. Ia cari siaran televisi yang menurutnya bagus, mengabaikan Fino yang sedang menonton kartun di chanel itu.

Fino kan tak bisa marah marah disini, ia memang kesal tapi lebih baik ia simpan amarahnya ini untuk dilampiaskan ke Reka saja. Fino masih sadar jika ini rumah orang lain, ia harus menjaga sikapnya. Tak ingin ambil pusing, Fino pun mengambil buku gambar dan pensil warna yang sudah ia siapkan, tak lupa juga dengan sebungkus yuppie. Fino buka bungkusan yuppie berbentuk cacing itu lalu memakannya beberapa buah. Selanjutnya ia fokus menggambar dan sesekali mengubah posisi duduk nya karena pegal.

Aru hanya mencuri curi pandang dengan apa yang Fino lakukan. Anak itu terlihat menikmati sekali acara menggambar nya. Ketenangan itu hanya bertahan sampai beberapa puluh menit saja, Fino yang sering mengganti posisi duduk tidak sengaja menyenggol jus jeruk miliknya hingga tumpah. Tentu saja keduanya panik.

"Ih, awas."

Aru dengan segera membawa kain lap dan menaruhnya diatas genangan jus jeruk yang tumpah itu. Ia juga memisahkan pensil warna dan buku gambar Fino yang sudah basah sebagian.

"Maafin." Cicit Fino yang merasa bersalah karena lagi lagi ia mengacaukan semuanya. Tapi Aru malah menatapnya saja tanpa mengucapkan apapun.

Fino takut Aru semakin marah padanya, ia pun mengambil semua yuppie yang tersisa lalu langsung memberikannya kepada Aru. Fino dengan cepat berdiri dan menghampiri Hagia, ia meminta tolong untuk membukakan pintu karena ingin main saja di taman.

"Fino mau nunggu Reka saja disini." Ucap Fino yang duduk disebuah ayunan dan menatap ke jalan besar dimana biasanya orang orang berlalu lalang. Dalam hati ia sebut nama Reka berkali kali, siapa tahu urusannya itu segera selesai dan cepat pulang. Padahal cuaca sedang panas panas nya, tapi Fino bebal dengan pendiriannya.

"Fino, masuk lagi yuk? Nanti bisa sakit loh. Aru lagi bikin cilok tuh."

Hagia menggandeng tangan Fino lalu menuntunnya untuk kembali ke dalam rumah. Sebisa mungkin ia bujuk kedua bayi dalam waktu yang bersamaan agar tidak saling pundung. Hagia kini merasa hebat sekali, bagai seorang suami yang menenangkan istri dan seorang ayah yang menghibur hati anak nya. Yah.. Hagia memang selalu berlebihan dalam menilai dirinya sendiri.

Entah percakapan apa yang sudah Hagia dan Aru lewati, tapi kini Fino merasakan lagi kenyamanan diantara mereka. Aru tak menatapnya dengan setengah hati lagi, dia bahkan menawarkan Fino sebuah cilok yang baru saja matang.

"Enak!"

"Mau pakai saus?" Aru menunjuk sebuah saus botol beserta kecap nya, tapi Fino menggeleng. Takut nanti saus dan kecap nya jatuh bercucuran dan ia mengacau lagi.

Mereka duduk berdua dan saling makan cilok, terkadang meminta bantuan Hagia untuk mengambilkan es dalam kulkas lalu membuat minuman segar bersama sama.

Saat Hagia membuka lebar kulkas nya, Fino mengintip dan melihat coklat yang kemarin ia berikan. Sebenarnya ia sangat ingin mencobanya, tapi kemudian Fino menggeleng...

"Fino ada yuppie!"

Dia bergumam sendiri, beberapa detik berikutnya ia juga tersadar jika yuppie nya sudah diberikan untuk Aru. Kini yang tersisa tinggal cilok yang ada di tangannya, itu juga sudah sisa setengah karena ia lahap.

Tidak apa apa Fino, itulah ujiannya menjadi anak yang baik.

"Nanti ikut ya ke pantai."

Fokus Fino kembali lagi kepada Aru, matanya langsung berbinar senang dan secara spontan mengangguk cepat. Kini debaran senang itu tak bisa Fino sembunyikan lagi, ia tertawa kepada Aru lalu memeluknya dengan tiba tiba hingga tubuh mereka sedikit limbung kebelakang dan hampir jatuh jika saja Hagia tak sigap menahan pundak Aru. 

"Fino bau matahari! Hihi."

Meski begitu Aru membalas erat pelukan Fino dan bergoyang ke kanan kiri lalu mengusap pelan rambut Fino.






"Haha, akhirnya akur juga."
Hagia bernafas lega dan membiarkan mereka menghabiskan waktu berduaan. Ia sangat lelah karena selalu menatap waspada kepada mereka berdua, takut saling bertengkar lagi. Tapi sekarang sudah baikan, Hagia bisa tidur siang dengan tenang sekarang.























🍡TBC🍡

(Ini gambaran baju yang Fino pakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ini gambaran baju yang Fino pakai.. lucu banget kan)

My Boyfriend has a Little Space 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang