|Chapter 4| Basket•

14.8K 1.4K 13
                                    

Batu Arab jaman kuno,
This is Yuno.

—Happy Reading—

Cuaca hari ini tampak tak bersahabat, angin dan mendung membuat sebagian orang tampak was was akan terjadinya hujan badai. Begitu pula dengan Yuno, pemuda itu tampak mempercepat laju langkahnya menuju toko kue tempatnya bekerja.

"Jangan turun dulu, jangan turun dulu." Gerutu Yuno dalam hati.

Tes tes tes

Air hujan mulai turun dari yang semula gerimis menjadi deras. Yuno, remaja itu kini tengah berteduh di sebuah halte bus yang kebetulan tidak ada orangnya disana.

"Jangan lama-lama ya? Yuno belum masak buat ayah." Lirih Yuno yang tersamarkan oleh suara rintikan hujan.

•••

"Yuno pulang," ucap Yuno ketika memasuki rumahnya. Seperti biasa, tak ada jawaban dari seseorang yang tengah membaca majalah itu. Yuno berlalu menuju kekamar untuk mengganti bajunya kemudian pergi kedapur untuk memasak.

Setelah hampir setengah jam Yuno berkutat dengan alat masaknya, akhirnya makanan yang dibuatnya pun sudah jadi. "Yah, makanannya udah siap, Yuno kekamar dulu." Ucap Yuno kemudian berlalu menuju kekamarnya.

Ayah Yuno yang melihat sang anak telah berlalu pun segera beranjak menuju meja makan. Dibukanya tutup saji itu, aroma makanan yang begitu menggoda langsung menyapa indra penciumannya.

"Terimakasih makannya." Guman ayah Yuno dalam hati.

•••

Hari yang ditunggu-tunggu tiba, tepatnya hari Rabu. Hari dimana mereka kedatangan tamu istimewa dari sekolah lain dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan antar sekolah.

Saat ini Yuno dan teman-teman tengah berkumpul di sisi lapangan sembari menunggu sang lawan main yang tengah bersiap-siap.

Satu persatu nama beserta nomor kostum mereka disebutkan dan dipersilahkan untuk masuk kelapangan. Untuk SMA Harapan (SMAHA) sebagai tuan rumah, mereka memakai kostum berwarna putih diselingi warna biru, sedangkan untuk SMA Sagara (SMASA) menggunakan kostum berwarna hitam diselingi warna merah. Para suporter dari kedua tim sudah bersorak memberi semangat untuk tim mereka masing-masing.

"Yuno!! Semangat!! Nanti kalau tim kita menang, Raniya bakal traktir bakso sepuasnya untuk kalian!! Semangat!!" Suara melengking itu berasal dari Raniya diantara suporter yang lainnya. Yuno menoleh kearah Raniya, kemudian ia tersenyum sembari memberi acungan jempol ke udara.

Wasit memulai pertandingan dengan jump ball, kedua tim kini tengah sibuk memperebutkan bola itu. Yuno dengan lihai mendribble dan mengoper bola itu kepada teman satu tim nya. Tak kalah lihai, tim lawan pun berusaha untuk merebut bola dari tim SMASA.

Hampir 40 menit mereka bergerak kesana kemari untuk memasukkan bola ke dalam ring, skor sementara SMASA memimpin dengan skor 87 dan SMAHA masih bertahan diskor 85. Para suporter terus saja berteriak menyemangati dimenit-menit terakhir ini.

Yuno menghela nafas lelah, jujur saja ia capek berlarian kesana kemari merebut bola itu. Tapi ini bukan saatnya untuk menyerah, ia pun menoleh kearah papan skor yang terdapat sisa waktu bermain mereka, 5 menit tersisa.

Dengan cepat ia kembali berlari dan merebut bola dari tangan lawan. Dilihatnya ada 3 pemain lawan yang menghadang disekitar ring mereka,

"2 menit tersisa, Bismillah." Batin Yuno dalam hati.

Tangannya terangkat bersiap meluncurkan bola itu, matanya menatap fokus kearah ring lawan. Dengan sekali gerakan bola itu meluncur bebas kearah ring, seketika semua terdiam.

Angka dari papan skor berubah menjadi 88 dan 87. Seketika suporter dari SMAHA berteriak senang atas kemenangannya. Yuno tersenyum melihat seluruh teman-temannya yang sedang merayakan kemenangannya.

"Yuno!! Makasih udah buat tim kita menang." Ucap Jaka sembari berpelukan dengan Yuno.

"Iya, kita udah berusaha yang terbaik." Balas Yuno.

Jaka kemudian pergi menghampiri teman-temannya yang lain. Sedangkan Yuno kini tengah menatap salah satu lawan mainnya yang tengah berjalan menghampirinya. Remaja berkostum hitam merah itu memberi sebotol minuman kearah Yuno.

"Terimakasih." Ucap Yuno sembari mengambil minuman itu.

"Hm, gue boleh duduk disini?" Tanya remaja itu dan dijawab anggukan oleh Yuno.

"Nama lo siapa?" Tanyanya.

Yuno meneguk minuman itu kemudian menjawab, "namaku Yuno."

"Nama panjang?"

"Yulano, nama kamu?"

"Rafanza." Jawabnya singkat.

"Oh..."
Ucap Yuno sembari mengangguk-angguk mengerti.

"Lo umur berapa?" Tanya Rafa kembali.

"Emang ada apa yang bang?"
Tanya Yuno sedikit risih.

"Lo paling pendek diantara temen lo yang lain, dan menurut gue lo masih kayak anak SMP." Jawab Rafa sebagai alasan.

"Hahaha iya kak, seharusnya Yuno masih SMP. Umur Yuno masih 15."
Jawab Yuno sembari terkekeh memaklumi alasan Rafa yang memanggilnya pendek.

"Akselerasi ya?"

"Iya bang."

"Oh, BTW selamat atas kemenangannya. Skill basket lo oke juga ternyata." Puji Rafa sambil memeluk Yuno.

"Makasih Bang, Bang Rafa juga jago mainnya." Puji balik Yuno disertai senyuman andalannya.

"Gue balik dulu ke tim, kita bakal ketemu lagi dalam waktu dekat, Yulano." Pamit Rafa yang langsung pergi dari hadapan Yuno.

•••

"Wah makasih traktirannya Kak Raniya." Ucap Yuno yang dimeja dihadapannya sudah tersedia semangkuk bakso.

"Iya sama-sama Yuno, kalau mau tambah bilang aja langsung sama Bude Siti. Yang lain juga kalau mau tambah langsung bilang aja sama Bude Siti ya?!" Teriak Raniya kepada seluruh anak basket yang tadi bertanding.

"Oke Kak/ Ran." Jawab mereka serempak tak lupa acungan jempol yang melayang di udara.

•••

"Kakak anterin ya Yun?" Bujuk Raniya yang sudah sedari tadi tak ditanggapi oleh Yuno. Bukan karena apa, Yuno kan harus langsung pergi ke pasar. Nanti jika Raniya tau jika dia bekerja kan bisa bahaya, apalagi Raniya itu tipe cewek yang nekat, bisa-bisa dia nanti mendatangi rumahnya dan protes ke ayahnya.

"Kakak pulang aja deh, Yuno masih ada urusan." Tolak Yuno untuk yang kesekian kalinya.

"Ih Yuno!!" Rengek Raniya seperti seorang anak kecil.

"Kakak pulang duluan aja deh, em... Besok Yuno bawain bekal sepesial deh, buat Kak Raniya." Bujuk Yuno kepada Kakak kelasnya itu.

Mata Raniya membola seketika. "Beneran?"

"Iya Kak, tapi sekarang Kak Raniya harus pulang dulu."

"Ya udah deh, Raniya pulang dulu. Kamu hati-hati dijalan dan jangan lupa bekalnya besok." Ucap Raniya kemudian berlari kearah mobilnya yang terparkir sembari menutupi wajahnya yang memerah menahan malu.

"Mimpi apa semalem, bisa-bisanya kakak kelas serasa adik sendiri." Guman Yuno dalam hati kemudian ia mulai melangkahkan kakinya menuju pasar.

"Tunggu sehari lagi baby, papa menunggumu."

—To Be Continue—

YULANO || SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang