|Chapter 10| Pengertian•

12.3K 1K 20
                                    

—Happy Reading—

Suasana disalah satu mansion terlihat sangat suram dan menegangkan. Hal ini terjadi karena ulah Yuno yang tadi memegang ponsel Papanya. Bak ruang interogasi, Endra sekarang tengah berhadapan dengan Ayah dan kedua Abangnya.

"Bisa jelaskan siapa dia?" Tanya Razor, Ayah dari Papa Endra.

"Bungsuku." Singkat Endra.

Ketiga orang dihadapannya itu terkejut bahkan nyaris tak percaya. "Yulano?" Lirih salah satu Abang Endra.

"Hm, baru berkumpul dengan kami kemarin."

"Apa kau yakin jika dia benar-benar cucuku?" Tanya Razor lagi dan dijawab anggukan kepala oleh Endra. Kemudian Endra menyerahkan sebuah map hasil DNA Yuno.

"Aku menghargai caramu melindunginya dari media, tapi aku sangat kecewa karena kau tak memberi tau kami yang berstatus sebagai keluargamu sendiri, Endra." Ucap Razor ketika selesai membaca isi map itu.

"Kelupaan." Jawab enteng Endra.

"Goblok"
Ucap abang kedua Endra sambil memukul pelan kepala Endra.

"Jaga ucapan mu!" Peringat si sulung.

"Sudah, hentikan drama kalian. Kalian semua siapkan pesta kecil-kecilan untuk menyambut kembalinya bungsu kita. Dan ingat, hanya orang terdekat saja." Ujar Razor menengahi perdebatan kecil itu.

"Iya, Dad." Jawab ketiganya bersamaan.

•••

"Papa kemana sih, Ma? Apa Papa marah karena Yuno tadi pegang ponselnya?" Sedari tadi Yuno terus saja menanyakan hal yang sama semenjak kepergian Papanya itu. Perasaan bersalah itu kian merajai, kala sang Papa belum juga kembali setelah tadi keluar bersama paman-paman yang Yuno tidak kenal.

"Enggak sayang, Papa lagi ada urusan sebentar. Kamu jangan over thinking dulu dong, Papa itu tipe orang yang nggak bisa marah sama keluarganya sendiri, apa lagi sama kamu." Ucap Chinda memberi pengertian agar Yuno tidak salah paham.

"Lalu Papa kemana?" Tanyanya lagi, bisa dilihat wajah sedih serta kekhawatiran yang terpampang jelas disana.

"Papa ada urusan sayang. Udah ya, sekarang kamu makan dulu, sini Mama suapin." Ucap Chinda sembari menyodorkan sendok berisi makanan yang menumpang diatasnya.

Yuno makan dengan tak selera, walau rasanya bisa dibilang sangat enak. Pikirannya kembali melayang memikirkan satu nama yang sedari tadi tidak ia lihat sosoknya.

"Bang Rafa dimana, Ma?" Tanya Yuno disela-sela makannya.

Chinda tampak berpikir sejenak, "dia lagi kerja kelompok sama temannya, sayang." Jawabnya ngasal. Karena jujur, sedari tadi Rafa tidak menunjukkan batang hidungnya setelah berpamitan keluar tadi.

"Yah... padahal Yuno kangen banget sama Bang Rafa." Kata Yuno dengan memasang raut wajah sedih.

"Nanti Bang Rafa pulang kok, lanjut lagi ya makan nya?" Ucap Chinda menenangkan.

Yuno makan dengan pelan, setelah beberapa suap ia memilih untuk menyudahi acara makannya itu. Chinda memberi segelas susu putih kepada Yuno dan disambut baik oleh sang anak.

"Kamu tidur lagi ya? Ini masih malam." Yuno mengangguk kemudian merebahkan tubuhnya diikuti selimut yang berada disebagian tubuh kecilnya. Tak lama kemudian Yuno sudah tertidur pulas. Chinda mengecup pipi dan kening Yuno dan setelahnya ia keluar dari kamar anak bungsunya itu.

YULANO || SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang