|Chapter 22| Kebenaran•

8.4K 822 23
                                    

—Happy Reading—

"Mama..." Panggil Yuno yang berada di depan pintu bersama Rafa.

Sedangkan yang dipanggil masih saja menangis di dekapan pria asing bagi Yuno. Mata Yuno mulai ber air dan tak lama menetes. Bukan karena apa, ia melihat ibunya yang menangis dengan keras dengan posisi berada dipelukan seorang pria yang tak ia kenal, pemandangan itu sangat menyakitkan.

Rafa, anak itu hanya diam namun tak menutup kemungkinan jika ia sedang terbakar amarah sekarang. Hati siapa yang tak sakit jika melihat ibu mereka berpelukan dengan orang lain.

Tak lama pintu lift terbuka dan menampakkan Endra yang menyeret satu buah koper besar ditangannya. "Silahkan hidup bersama dengan pujaan hatimu Chinda, biar kami pergi agar tak ada yang mengganggu kebahagiaanmu lagi." Setelah mengatakan itu, Endra berjalan kearah Yuno dan Rafa yang berada diambang pintu.

Endra menggendong Yuno ala koala nya, "kita pergi dari sini!" Ajak Endra pada Yuno dan Rafa.

"Enggak!! Kalian nggak boleh pergi!! Nanti aku sama siapa?!" Teriak Chinda sambil tergesa-gesa mendekat kearah suami dan anaknya.

Endra tak mengindahkan teriakan dari istrinya. Ia berjalan keluar diikuti Rafa dibelakangnya.

"Ndak mau pergi, Yuno mau sama Mama!!" Tangis Yuno sambil memberontak dalam gendongan Endra."

"Hiks, Mama... M-mau mama..." Sesaat setelah mobil itu melaju, Yuno tak henti-hentinya menangis namun tetap diabaikan oleh Endra dan Rafa.

Keduanya masih menahan amarah dalam diri masing-masing. Rafa yang memang dasarnya tak bisa mengontrol emosi itupun tak sengaja membentak Yuno.

"Bisa diam nggak sih?! Suara kamu itu berisik!" Dengan sekuat tenaga Yuno menahan isakan-isakan kecil yang akan keluar dari mulutnya. Ia menggigit bibir bawahnya dengan kuat, takut jika ia mengeluarkan suara akan menambah kemarahan Rafa.

"Yuno mau Mama, kalian mau ajak Yuno kemana, hiks..." Ucap Yuno dalam hati.

•••

"Bang?" Panggil Lio sambil membawa tasnya yang ia sampirkan dipundak kirinya.

Dion menoleh lalu tersenyum melihat adiknya yang baru saja datang sepulang sekolah. Lio mendudukkan dirinya disamping Dion.

"Daddy mana Bang?" Tanya Lio yang tak mendapati sang ayah ikut menyambutnya datang.

"Daddy ada urusan diluar, kamu udah makan belum?" Tanya Dion.

"Belum."

"Mau makan diluar nggak?" Tanya Dion dengan ragu. Sebenarnya itu hanya modusnya agar ia bisa lebih dekat dengan sang adik.

"Abang traktir?" Tanya Lio dan mendapat anggukan kepala oleh Dion.

"Ok, tunggu bentar ya, Lio mau ganti baju dulu." Pamit Lio lalu pergi menuju kekamarnya untuk mengganti bajunya.

10 menit berlalu, Lio datang dengan setelan santainya. Melihat sang adik yang sudah siap, Dion menyambar kunci mobil yang ia letakkan dimeja kemudian pergi mendahului Lio.

Skip

Disepanjang jalan tak ada percakapan yang berlangsung diantara keduanya. Dion yang sibuk menyetir sedangkan Lio yang hanya memandangi jalan lewat jendela. Tak lama deheman Dion mengalihkan parhatiannya.

YULANO || SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang