"Kita bawa mereka ke mana, Tine?" Ahn Donhee memanggul tubuh Master Emil. Pria dengan rambut cokelat panjang yang dikucir kuda itu terpejam. Darah mengucur dari kepalanya. Kemeja putih berbalut jubah kuning keemasan sobek di beberapa sisi, memperlihatkan luka gores dan lebam.
Berbeda sekali dengan kondisi Lian yang tampak baik-baik saja. Tiada luka sedikitpun pada kulit remaja laki-laki tersebut. Jika Master Emil tumbang karena sempat bertempur dengan Donhee, Lian tumbang setelah satu pukulan di tengkuk oleh Tine. Wanita nyentrik itu meminta Donhee untuk tidak melukai Lian barang sedikit, atau ia akan membunuh Donhee.
"Bawa dia ke markas. Aku akan membawa Xi Arelian."
Donhee memasang wajah jejap. Tanpa menunggu Donhee membalas, Tine tahu-tahu sudah menghilang, padahal tangannya menenteng tubuh Xi Arelian. Donhee tidak habis pikir dengan seniornya di Onyx itu. Seberapa kuat Tine? Meski mereka sama-sama disebut sebagai 'pilar Onyx', Tine jelas lebih kuat darinya walaupun Donhee memiliki dua kekuatan. Sekalipun orang-orang bilang kemampuan telekinesis Donhee berbahaya, kemampuan meniru Tine yang tak hanya bisa meniru orang, tetapi juga kekuatan jauh lebih berbahaya. Wanita itu bisa menghilang dengan mudah, keluyuran ke mana pun yang ia mau.
Donhee mengambil ponsel dari sakunya, lantas menghubungi seseorang.
"Carl, cepat ke tempatku. Sekarang juga," ujar Donhee dengan bahasa Inggris aksen Amerika yang cukup kental.
Sedetik kemudian, seorang pria ber-hoodie hitam muncul di hadapan Donhee sembari mengantongkan kedua tangannya di saku jaket. Wajahnya tampak kusut, seakan mengatakan, untuk-apa-kau-memanggilku?
Namun, wajah kusutnya berubah tatkala melirik Master Emil yang dipanggul di bahu Donhee. Pria bernama Carl itu tertawa keras.
"Wah, wah. Siapa ini? Emil? Ada gerangan apa kau menangkapnya?" tanya Carl sembari menyeka air matanya saking mengakak.
"Aku tidak ada urusan dengannya, tapi Tine menyuruhku membawanya ke markas." Donhee menggulir bola matanya.
"Tangkapanmu boleh juga. Master Xuan pasti akan senang. Orang ini takkan merepotkan kita lagi."
"Ya, ya, ya. Tahan dia di sel bawah tanah, setelah itu hilangkan kemampuannya."
Donhee menyerahkan raga Master Emil kepada Carl.
"Aku tahu."
Setelahnya, pria itu menghilang dari pandangan, meninggalkan Donhee sendiri di sebuah gang sempit tempat ia bertemu Tine tadi.
Keheningan malam melanda. Donhee mengeluarkan rokok dari saku celananya, menyalakan api dengan korek, lantas menyesap ujung batang rokok sembari mendongak menatap langit gelap berhias bulan sabit dan satu bintang.
Dengan ditangkapnya beberapa manusia berkemampuan yang berpotensi membahayakan, secuil hati Donhee berharap ... semuanya akan selesai dan ia tidak perlu terlibat dalam organisasi itu lagi.
***
Lian membuka kelopak matanya. Rasa sakit pada tengkuk masih ia rasakan. Mata kelabu milik laki-laki itu menyisir seisi ruangan yang luasnya tak lebih dari 4 x 4 meter. Ruangan ini didominasi warna gelap. Tak ada apa pun selain lampu yang dipasang di langit-langit. Terlihat seperti penjara. Ia tak tahu ini ada di mana. Lian baru hendak melangkah. Namun, tubuhnya seakan tertarik ke belakang. Spontan ia menengok. Kedua pergelangan tangannya diborgol, menggantung di kedua sisi. Matanya membulat terkejut, lantas ia jatuh terduduk.
Xi Arelian mendengkus kasar, menggeram. Bisa-bisanya ia tertangkap!
Ia yakin betul ini ulah Tine. Orang gila mana lagi yang sangat terobsesi padanya, selain wanita nyentrik itu? Abby yang menjadi kekasihnya pun tidak terobsesi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue String - END (Segera Terbit)
FantasySetiap orang memiliki benang merah takdir di jari kelingking yang menghubungkan seseorang dengan jodoh masing-masing. Benang merah itu tak dapat dilihat, kecuali bagi mereka yang memiliki kemampuan untuk melihatnya. Itulah yang diceritakan mama Zal...