35 • aksi menyusup ke dalam markas.

79 14 57
                                    

Abby berteleportasi ke lorong bawah tanah tempat Lian, Andre, dan Madre yang menunggu. Melihat Abby yang muncul enggak jauh dari tempatnya berdiri, Lian segera menghampiri kekasihnya itu, sedangkan Andre dan Madre mengikuti di belakang.

"Gimana, Bby?" tanya Lian.

"Kami sudah tahu tempatnya. 'Ruang Hampa' ada di ruang XY. Tapi, aku enggak tahu pasti di mana ruang XY berada," jawab Abby. Tersirat kekecewaan di kalimat terakhirnya.

Madre mengerutkan kening. "Aku tahu di mana ruang XY berada, Nak. Kalau tidak salah, letaknya di lantai tiga. Tapi sebenarnya, aku tidak yakin. Ruangan itu bukanlah tempat yang cocok untuk menyekap seseorang."

"Sebentar ...." Gumaman Andre yang terdengar agak keras membuat ketiga taksa lainnya menoleh ke arahnya. "Ruang XY, di lantai tiga ...."

Andre menunduk sambil memegang dagu seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. Lian, Abby, dan Madre menatapnya penuh harap. Kemudian, tidak berselang lama, Andre mengangkat kepala.

"Kayaknya aku tahu di mana 'Ruang Hampa' berada. Kalau aku enggak salah mengira, ruangan itu tersembunyi di antara ruang XY. Dan karena ruangannya sangat tersembunyi, cuma segelintir anggota yang tahu," terka Andre.

"Masuk akal. Tapi kenapa kamu bisa tahu?" tanya Abby sambil bersedekap.

"Aku baru ingat suatu kejadian, Bby. Enam tahun lalu, Master Xuan memanggilku ke ruang XY. Aku nyaris 'dilenyapkan' olehnya. Tapi berkat seseorang, aku selamat. Lalu aku enggak sengaja melihat Master Xuan pergi dari ruang XY, enggak keluar lewat pintu. Dari situlah aku menyimpulkan kalau ada ruang tersembunyi di ruang XY."

"Ooh, begitu ...." Lian, Abby, dan Madre mengangguk-angguk.

Andre melirik Abby. "Tapi, gimana cara kita ke sana? Abby enggak tahu tempatnya, 'kan?"

"Kalau posisinya di lantai tiga, kita bisa berteleportasi di dekat ruang AB, terus mengendap-endap dengan menghilang sampai ke ruang XY. Itu pun kalau enggak ada yang berjaga di sana."

Ketiga taksa lainnya mengangguk-angguk, menyetujui ide dan rencana dari Abby.

"Anyway, Bby. Chika dan Fae mana?" Pertanyaan Lian membuat Abby sedikit meringis.

"Itu ... kami tadi ketemu seorang gadis aneh. Chika dan Fae kayaknya lagi menghalau gadis itu. Sebenarnya, dari dia jugalah kami jadi tahu lokasi 'Ruang Hampa'."

Andre mengernyit. "Gadis aneh? Kayak gimana ciri-cirinya?"

"Rambutnya spiral. Kayaknya sih, kemampuan gadis itu ada di rambutnya. Soalnya, dia sempat menyerang kami dengan ujung rambutnya yang bisa memanjang dan menjulur."

"Rambut ...?" Andre membisu sejenak. Ketika ia mulai mengingat sesuatu, matanya membulat sempurna. "Jangan-jangan itu Mezy?!"

"Kamu kenal?" tanya Lian.

"Iya, dia temanku waktu di Onyx. Satu-satunya Onyx yang kukenal dengan kemampuan di rambut cuma Mezy. Ciri yang Abby sebutkan juga sama persis kayak Mezy."

"Apa dia kuat?" Lagi-lagi tersirat kekhawatiran di perkataan Abby.

"Aku enggak tahu dia tergolong kuat atau enggak. Tapi yang pasti, kemampuannya cukup merepotkan. Kalau Chika yang melawannya, aku enggak yakin dia bisa mengalahkan Mezy. Paling-paling cuma mengulur waktu."

"Nah, kalau begitu kita harus bergegas, Anak-anak." Madre memegang bahu Abby dan Andre.

***

Lian, Abby, Andre, dan Madre berteleportasi dan muncul di depan ruang AB dengan keadaan transparan. Mereka mengenda-endap menuju ruang XY dipimpin oleh Madre yang paling hafal denah markas Onyx karena sering menyelinap ke dalamnya. Namun, sayang sekali, di depan ruang XY, ada tiga orang yang berjaga sambil menenteng sebuah senapan.

Blue String - END (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang