Fae, Chika, dan Andre terjebak dalam kubus ruang yang dikendalikan Tine. Jika mengembalikan kekuatan ruang yang menyandera mereka semudah membalikkan telapak tangan, Lian pasti akan langsung melakukannya.
"Xi Arelian, dari tadi kau hanya diam. Sekarang giliranmu yang meladeniku."
Lian memandang Tine tajam. "Maaf, enggak tertarik. Aku enggak akan melawanmu."
Tine bersedekap dengan senyum remeh. "Kalau begitu, kau ingin membiarkan teman-temanmu mati?"
Lian terbeliak. "Apa yang kamu lakukan pada mereka?"
"Hanya membuat mereka terjebak di dimensi yang berbeda."
Rahang Lian mengeras, sementara kedua telapak tangannya mengepal. Lantas ia membentuk segitiga dengan jari telunjuk, tengah, serta ibu jari yang saling menyentuh.
[Xi Arelian technique: nightmare space]
Aura gelap mendadak menyelimuti ruangan tempat mereka berada. Senyum di wajah Tine makin melebar. Anak ini mulai serius.
Sementara itu, Lian meringis kecil setelah menggunakan teknik ruang miliknya. Apalagi ruang mimpi buruk adalah salah satu teknik tingkat tinggi. Kira-kira aku akan koma berapa bulan setelah ini?
Bayangan Abby yang akan mengomelinya karena terlalu memaksakan diri muncul di benaknya. Lalu muncul pula bayangan Rayhan yang dengan cerewet menceramahinya soal membatasi kekuatan setelah ia terbangun dari koma. Lian jadi terkekeh membayangkan hal tersebut.
Tapi, ah, belum tentu juga aku akan bertemu mereka lagi.
[Ruang mimpi buruk: ilusi menakutkan]
Sesaat setelah Lian mengucapkan itu, sesuatu nan hitam menyerupai tubuh manusia terbentuk dari gumpalan bayangan yang menempel di lantai ruangan. Sesuatu itu tercipta sekitar sepuluh buah. Wujud mereka layaknya manusia; berkaki dua, tetapi tidak bermata, bermulut, berhidung, bahkan tidak mempunyai wajah. Punggung mereka agak bungkuk dan tangannya menjulur ke bawah; seperti zombi.
Makhluk bayangan-sebut saja begitu-mulai menyerang Tine dengan kecepatan penuh. Namun, Tine dengan mudahnya menghalau serangan dari makhluk bayangan. Ruangan di sekitar mereka benar-benar dipenuhi aura gelap, tetapi Tine bisa melawan makhluk-makhluk bayangan tersebut tanpa kesulitan sedikit pun.
Lian mendengkus. Orang ini benar-benar seperti monster. Kuat sekali!
Tapi, Lian tidak akan membiarkannya.
Makhluk bayangan tidak akan bisa menghilang sekeras apa pun Tine menangkis mereka. Mereka akan terus bermunculan dan menyerang dengan membabi buta sampai ... salah satunya berhasil menyentuh tubuh Tine.
Netra Lian membulat senang. Tine masuk dalam genggaman ruang lewat makhluk bayangan. Salah satu makhluk bayangan yang berhasil menyentuh lengan Tine seolah menyatu dengan wanita itu hingga tubuhnya terlihat seperti dibalut pakaian serba hitam. Tine berteriak, memekik kencang.
Lian tidak tahu apa yang dialami wanita itu hingga terlihat kesakitan sedemikian rupa. Tatkala Lian baru saja menghela napas lega, Tine tiba-tiba saja terbahak kencang. Masih dalam balutan makhluk bayangan, Tine mengusap wajahnya yang tak tampak mata, hidung, dan mulut.
"Hah?" Lian membulatkan mata tak percaya, sedangkan mulutnya terbuka lebar. Bulu kuduknya mendadak meremang, memikirkan skenario terburuk yang terjadi; Tine tidak terpengaruh oleh kekuatannya—dan benar saja, makhluk bayangan yang semula menyelimuti tubuh Tine perlahan-lahan lenyap.
"Kau pikir bisa mengendalikan pikiranku, Xi? Asal kau tahu saja, aku sudah meniru kekuatan mind barrier."
Jantung Lian seakan ingin copot. Jadi karena itulah Fae tidak bisa membaca pikirannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue String - END (Segera Terbit)
FantasySetiap orang memiliki benang merah takdir di jari kelingking yang menghubungkan seseorang dengan jodoh masing-masing. Benang merah itu tak dapat dilihat, kecuali bagi mereka yang memiliki kemampuan untuk melihatnya. Itulah yang diceritakan mama Zal...