40 • mendekati akhir, seharusnya semuanya sudah berakhir.

87 15 78
                                    

Aku melepas kacamata, lalu memegangi mata kiriku yang terasa perih. Begitu aku mengangkat tangan, aku bisa melihat sesuatu berwarna merah berbau karat menempel di telapak tanganku. Perlu beberapa detik buatku menyadari kalau itu adalah darah yang mengalir dari mata kiri, melewati pipi dan menetes mengotori pakaianku.

"Zaline Syah ... ternyata harapan hidupmu jauh lebih besar dari dugaanku. Bahkan dirimu dan kemampuanmu menolak untuk 'lenyap'." Master Xuan mulai melangkah mendekatiku dengan kedua tangan saling bertaut. "Kau bisa membangkitkan tingkat ketiga dalam waktu dekat, di umurmu yang masih sangat muda. Sangat hebat!"

Meski dia terdengar memujiku, tapi aku sama sekali enggak merasa tersanjung. Aku enggak mau dipuji sama musuh yang mau melenyapkan Papa.

"Tingkat ketiga kemampuanmu ... mirip sekali denganku, Nak. Aku bisa melenyapkan kemampuan seorang taksa, bahkan taksa itu sendiri. Sementara dirimu bisa memutus benang biru tanpa melenyapkan mereka. Kemampuan yang spesial." Dia berhenti dua langkah di hadapanku, lalu bertepuk tangan. "Selamat, Nak! Dengan kemampuanmu ini, kau akan semakin diincar oleh seluruh dunia."

"Aku enggak peduli."

Sebenarnya aku peduli. Maksudku, aku tadinya pengin hidup tenang dan damai. Tapi gara-gara aku terlibat dengan taksa, hidupku enggak lagi damai. Kalau kayak begini, siapa yang mau disalahkan?

Toh, juga aku sudah telanjur terlibat. Mungkin ini memang sudah risiko yang harus kutanggung.

Kakek tua itu terkekeh, lalu menoleh ke belakang. "Kau belum mengucapkan selamat tinggal pada ayahmu."

Aku terbelalak begitu benang biru Papa sudah memudar sepenuhnya, bahkan tubuh bagian bawah Papa berubah menjadi sesuatu seperti piksel-piksel kecil berwarna putih.

"Papa!" Saking kalapnya, aku berlari melewati Master Xuan dan menghampiri Papa yang tubuhnya mulai menghilang.

"Zaline, kamu ... seharusnya jangan ... ke sini ...." Bisikan lirih Papa kuabaikan. Aku berusaha melepaskan rantai yang membelenggu Papa dengan menariknya meski aku tahu itu enggak berguna.

"Zaline ... menjauh ...."

"Ap-"

Mataku kembali membulat ketika aku baru menyadari sebuah lingkaran berwarna putih timbul, mengelilingiku dan Papa. Aku spontan menoleh kepada Master Xuan yang berada di belakang kami.

"Akan tetapi, maaf saja Zaline. Ini demi kebaikanmu." Master Xuan memejam. "[Lenyapkan eksisten]."

"[Kendali ruang: kubus dimensi waktu]."

Ucapannya terputus ketika sebuah kubus berwarna keemasan tiba-tiba saja muncul dan memerangkap kakek tua itu. Mataku membulat. Sosok laki-laki berwajah oriental yang kukenal datang dari portal yang tadi kumasuki.

"Lian!"

Aku enggak bisa menahan seruan senang waktu laki-laki itu berlari menghampiriku dengan wajah lega bercampur khawatir. Namun, rasa senangku sirna karena baru teringat kalau Lian enggak boleh menggunakan kemampuan ruangnya. Tapi, Lian sengaja memberiku waktu. Aku enggak tahu mau mengataimu bodoh atau berterima kasih.

"Syukurlah aku enggak te—astaga, Zaline! Matamu kenapa?!" Lian tampaknya baru menyadari ada yang berbeda dari mataku.

"Nanti saja kujelaskan, Li! Papaku mau menghilang!" Aku yang baru ingat kalau Papa nyaris 'lenyap' berteriak panik. Tapi, Papa malah tertawa pelan.

"Zaline ... putri Papa. Papa senang melihat kamu tumbuh besar menjadi gadis cantik yang hebat."

"Enggak, enggak, enggak! Jangan bicara begitu dong, Pa!"

Blue String - END (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang