Abby baru sampai di markas dua menit setelah Fae, gadis pembaca pikiran, menelepon dan mengabarkan Kittey dalam kondisi terluka. Rambut putih bersih nan halusnya bernoda darah saat ditemukan oleh Fae.
Tak hanya Abby yang kelimpungan. Lux yang tahu Kittey terluka panik bukan main. Karena itu, Abby sengaja menjemput Lux terlebih dahulu sebelum berteleportasi ke markas.
Sudah ada tiga orang di markas: Fae, Andre, dan Chika. Raut cemas ketiganya terlihat jelas begitu mereka mengerubungi Abby dan Lux. Tanpa menunggu lama, Lux menghampiri Kittey yang sudah diobati oleh teman-temannya dan membawanya ke pangkuan. Punggung dan pipi Kittey terluka. Lux menggeram, dalam hati takkan memaafkan siapa pun yang sudah melukai kucing kesayangannya.
"Sebenarnya, apa yang terjadi?" Abby menatap Fae.
"Aku juga enggak tahu, By. Pas aku datang ke sini, rumah kosong. Cuma ada Kittey yang terluka. Tadinya barang-barang di ruang tamu berantakan, tapi sudah dirapikan sama Chika," jelas Fae.
"Enggak ada siapa-siapa? Aku ingat Lian lagi berjaga kok ...."
Abby terdiam. Firasat buruk mendadak melanda Abby. Entah kenapa instingnya berkata Lian dalam keadaan buruk.
"Sialan!"
Para taksa spontan menoleh, terkejut karena Lux yang biasanya pendiam dan tidak banyak bicara tiba-tiba berkata kasar. Mereka bahkan tidak sadar Lux habis berbicara dengan Kittey.
Lux menggeram, tatapan matanya tajam sekali. Sementara itu, tubuhnya bergetar. Mereka saling tatap karena merasakan aura membunuh yang kuat dari Lux.
"Lux, apa kata Kittey?" Abby mencoba bertanya. Chika dan Andre menatap penasaran, sedangkan Fae terbeliak. Mungkin dia sudah membaca pikiran Lux.
"Yang benar saja! Kita harus segera mencari mereka-" Fae berkata geram, membalikkan badan dan hendak melangkah duluan meninggalkan mereka kalau saja Abby tak menarik tangannya. Abby diam, tetapi tatapannya seakan meminta penjelasan.
"Sabar dulu, Fae. Kami belum tahu jelasnya apa yang terjadi. Biarkan Lux menjelaskan dulu," ucap Andre, taksa yang paling dewasa di antara mereka mencoba menengahi. Chika mengangguk menyetujui.
"Kak Lian ... Master Emil ...," gumam Lux. Emosi sudah menyelimutinya.
Dengan susah payah dan suara bergetar, Lux melanjutkan, "Ada dua anggota Onyx yang mendatangi markas. Satu laki-laki satu perempuan. Yang laki-laki kemampuannya telekinesis. Mereka datang ke markas dan menyerang Lian dan Master Emil secara mendadak hingga mereka berdua enggak sadarkan diri. Dan saat Kittey mencoba menyelamatkan mereka, dia diserang. Lalu ... lalu ...."
Lux sepertinya tak sanggup melanjutkan. Emosi benar-benar menguasainya sampai dia memukul tembok di sampingnya hingga tembok itu sedikit retak.
"Lalu dua orang itu mengubah diri mereka menjadi Lian dan Master Emil." Fae mewakili Lux menimpali.
"Tine." Abby mendesis, sepertinya langsung menyadari siapa pelakunya.
Lux menambahi, "Dan Ahn Donhee."
Andre mendesah sembari memijat pelipisnya. "Astaga, dua pilar Onyx. Bagaimana bisa?"
"Tapi, apa tujuan mereka menyamar menjadi Lian dan Master?" tanya Chika entah pada siapa sambil menggigit jari.
Abby menepuk bahu Lux. "Sebentar, lalu di mana Master Emil dan Lian?"
Lux menggeleng. "Kittey bilang mereka membawanya entah ke mana."
"Kita harus mencari mereka-"
"Tapi, ke mana?" Chika menyela Fae yang sudah tak sabar ingin meninggalkan markas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue String - END (Segera Terbit)
FantasySetiap orang memiliki benang merah takdir di jari kelingking yang menghubungkan seseorang dengan jodoh masing-masing. Benang merah itu tak dapat dilihat, kecuali bagi mereka yang memiliki kemampuan untuk melihatnya. Itulah yang diceritakan mama Zal...