10 • aku enggak tahu bahaya akan mengintaiku.

172 30 160
                                    

Aku diliputi perasaan waswas sejak Lux memperingatiku soal Ahn Donhee. Apalagi kenyataan bahwa dia merupakan taksa (sebutan untuk manusia berkemampuan) yang memiliki kedudukan cukup tinggi di Onyx.

Lux selalu mewanti-wantiku. Tiap hari, tak luput sehari pun ia mengirimkan pesan berupa selembar kertas lewat kucing oranye yang mengapit kertas surat di mulutnya. Surat tersebut tak hanya berisi kekhawatirannya, tapi juga pesan dari Lian dan Abby yang mengatakan akan menjagaku dari jauh.

Katanya, ada kemungkinan Donhee mengincarku.

Aku sih enggak terlalu memikirkannya. Yang kupikirkan sampai sekarang adalah; bagaimana nasib Aerika? Ya-oke, mungkin Aerika takkan terlibat masalah manusia berkemampuan karena dia manusia biasa. Tapi tetap saja aku khawatir. Masalahnya, pacarnya ini seorang Onyx, loh, Onyx! Organisasi global yang berbahaya dan kejam (itu yang kudengar dari mereka).

Apalagi sepertinya Aerika mengetahui soal benang merah takdir. Aku enggak yakin dia enggak mengetahui tentang manusia berkemampuan juga.

"Aiyaiya I'm your little butterfly~"

Dengan malas aku mengambil ponselku yang berdering di nakas. Ternyata Aerika. Aku yang semula rebahan langsung duduk tegap, lantas menekan tombol 'angkat'.

"Halo, Ri-"

"ZAL!"

Aku langsung menjauhkan ponsel dari telingaku begitu Aerika yang ada di seberang sana tiba-tiba memekik.

"Apa, sih? Jangan teriak-teriak dong," kataku kesal. "Kamu kenapa? Donhee apakan kamu?"

"Donhee enggak apa-apakan aku-ish! Yang akan diapa-apakan itu kamu!"

"Apa maksud?"

"Tadi-tadi aku enggak sengaja nguping pembicaraan Oppa di telepon. Dia berbicara dengan seseorang tentang benang itu lagi!" Aerika berkata cepat-cepat bagai kereta. Aku sampai mengerjap. Otakku tengah loading, masih mencoba mencerna kata-katanya.

"Iya-iya, terus?"

"Dan-dan, mereka-mereka mengincar kamu, Zal!"

Punggungku tambah menegap. "Mengincarku? Bagaimana? Mereka siapa?" tanyaku bertubi-tubi.

"Maksudku, Oppa dan temannya yang di telepon." Terdengar desahan napas dari seberang. "Dia bilang, benang merahmu berbeda. Warnanya agak kebiruan. Aku juga enggak tahu apa yang mereka maksud. Tapi rencana mereka begitu. Mereka menargetkanmu, Zal. Entah untuk apa."

Hatiku seperti tercoblos. Ternyata benar peringatan Lux. Tapi, kenapa mereka mengincarku? Apa karena aku bisa melihat benang biru? Master Emil bilang aku bisa mendeteksi keberadaan manusia berkemampuan.

"Ka-kamu tenang dulu, Rika ...."

"Aku enggak bisa tenang kalau tahu kamu mungkin saja dalam bahaya, Zal."

"Kamu enggak perlu mengkhawatirkan aku. Justru, sekarang aku yang mengkhawatirkan kamu, tahu!"

"Bukan begitu, Zal-"

Aerika memotong ucapannya sendiri. Dia membisu, hingga suasana kamarku menjadi hening dan tegang.

"Oppa itu ... bukan orang biasa." Akhirnya dia berbicara lagi, tapi dengan volume kecil sampai aku harus mengaktifkan mode speaker. "Dia bisa mengangkat dan mengendalikan barang-barang serta orang, Zal."

Sudah kuduga. Yang di restoran waktu itu adalah ulahnya-oh, sebentar.

Jangan-jangan ... Aerika terluka karena Donhee mengendalikannya?

Blue String - END (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang