37 • kedatanganku ke markas Onyx lagi.

85 14 111
                                    

Peluh membanjiri tubuh Chika dan Fae. Napas kedua gadis berbeda usia tersebut terlihat terengah-engah. Sementara itu, gadis berambut spiral yang berhadapan dengan mereka juga terengah-engah, tetapi kondisinya jauh lebih baik daripada Chika dan Fae. Ujung rambutnya yang tajam masih melayang-layang di udara, siap terulur kapan pun kala ia ingin menyerang mereka.

"Sial, ternyata kau kuat juga, Gadis Berambut Spiral!" Chika membuang napas setelah mengelap peluh di keningnya dengan lengan kiri.

"Kalian pengganggu. Aku tidak bisa meladeni kalian lebih lama lagi."

Bagi Chika, ujaran gadis berambut spiral seperti merendahkannya. Menyadari Chika yang hampir tersulut, Fae merentangkan tangan kanannya di depan Chika, menghalau gadis lima belas tahun tersebut untuk menyerang.

Sabar, Chika. Enggak berguna kamu menyerang dia membabi buta. Yang harus kita lakukan cuma menahan dia supaya dia enggak pergi ke 'Ruang Hampa'.

Chika mendecakkan lidah. Meski mengesalkan, kata-kata Fae ada benarnya.

"Oh, ya, omong-omong. Aku punya nama. Namaku Mez—"

Ucapan gadis berambut spiral terputus ketika nada dering yang terdengar cukup keras berbunyi. Ia merogoh saku rok yang dikenakannya, lantas mengeluarkan ponsel dan menjawab panggilan masuk.

"Oh, Donhee? Ada apa?"

Meski gadis bernama Mezy itu tengah menjawab telepon, ujung rambutnya tetap melayang-layang di udara. Sementara itu, Fae dan Chika saling berpandangan. Keduanya berniat untuk menyerang Mezy di saat gadis itu tengah menelepon.

Fae memberi arahan pada Chika pada saat kapan mereka menyerang. Meski sebetulnya, pertarungan ini akan lebih mudah jika Mezy membatin. Masalahnya, Fae tidak bisa banyak membaca pikiran Mezy karena pikiran gadis berambut spiral itu kosong—yang artinya, Mezy tidak berpikir saat melawan mereka!

Aku tembak ponselnya dan kamu serang. Fae membatin memberi arahan.

Kening Chika mengerut. Kalau tembakan Kakak meleset gimana?

Ya wassalam. Tapi semoga saja enggak, balas Fae.

Itu meragukan, tahu? Chika menggulir bola matanya. Tapi ayo kita coba!

Fae mengarahkan moncong senapannya ke arah ponsel Mezy yang berada di dekat telinga gadis itu. Lalu dalam satu detik, Fae menarik pelatuk. Peluru berukuran amat kecil tersebut memelesat ke arah Mezy. Akan tetapi sayangnya, ujung rambut kiri Mezy menepis peluru itu hingga terpental ke dinding. Seketika, dinding baja di dekat mereka hancur berkeping-keping, memperlihatkan ruangan lain yang tidak bersekat.

Mengambil kesempatan saat atensi Mezy teralih pada Fae, Chika dengan sigap berpindah ke belakang Mezy. Kaki kanan Chika terangkat tinggi-tinggi, hendak menendang tengkuk si gadis berambut spiral. Namun, sebelum Chika sempat melancarkan aksinya, kedua ujung rambut Mezy berubah bentuk.

"Kalian pikir aku akan lengah? Naif sekali," ujar Mezy sambil mengangkat ponselnya menjauhi telinga.

Melihat kedua ujung rambut Mezy yang berubah bentuk, Chika dan Fae tertawa masam. Yang benar saja! Rambutnya bisa berubah jadi bor?!

***

Kemunculan lingkaran berwarna merah muda di ruang tamu membuat dua pria dan satu gadis yang tengah duduk di sofa bangkit berdiri dengan raut khawatir. Apalagi melihat Abby tidak datang sendiri, melainkan membawa dua gadis lainnya yang terkapar dengan luka menganga di bahu. Bahkan jika ditilik, bahu keduanya seperti bolong.

"Kak Rayhan!" Abby berseru panik. "Tolong segera sembuhkan Fae dan Chika!"

Pria berjas putih mendekati Abby yang berlari menghampirinya sambil menangis. "Astaga, Tuhan! Fae dan Chika kenapa?"

Blue String - END (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang