26 • Lian dan masa lalunya yang terlupakan.

111 17 95
                                    

"Waigong¹! Tahu tidak, tadi Xi hampir tertabrak mobil!" Aku yang sedang dipangku Kakek mulai bercerita dengan semangat.

Tangan Kakek yang kekar mendekapku dari belakang sambil sesekali mencium kepalaku. Tapi setelah aku berkata begitu, Kakek langsung menatapku kaget.

"Kamu? Hampir tertabrak? Astaga, Feng Xi Lian!" Kakek berseru keras sampai Gege² yang ada di dapur menghampiri kami dengan wajah khawatir.

"Apa? Ada apa, Xi? Waigong?" tanya Gege panik.

"Xi hampir tertabrak mobil, Luo," jawab Kakek.

"Astaga, Xi!" Gege tahu-tahu sudah berjongkok di hadapanku. Tangan kanannya yang menggenggam sendok kayu hendak mengetuk kepalaku, tapi aku sempat menghindar dengan melepaskan dekapan Kakek.

"Gege jahat! Wee!" Aku menjulurkan lidah.

"Anak ini!"

"Kalian, sudah, sudah! Xi, kemarilah." Tangan Kakek mengisyaratkanku untuk duduk kembali di pangkuannya.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, aku kembali duduk di pangkuan Kakek, sementara Gege duduk di sebelah Kakek setelah meletakkan sendok kayu di meja.

"Kamu tidak apa-apa, Nak? Ada yang terluka?"

Pertanyaan Kakek dijawab gelengan dariku. "Xi tidak apa-apa kok, Waigong! Soalnya Xi kuat, hehe!"

Kakek mengembuskan napas, lantas mengelus-elus kepalaku. "Nak, bisa kamu ceritakan pada Waigong dan Gege apa yang terjadi dan kenapa kamu bisa sampai hampir tertabrak?"

"Bisa!" Aku mengangguk semangat. "Tadi Xi Lian dan Xia Wai lagi main bola di taman, tapi Xi nendang bolanya kekencengan sampai bolanya menggelinding ke jalan raya. Terus pas Xi mau ambil, tiba-tiba ada mobil melaju kencang. Xi kaget dan tidak bisa gerak selain ngangkat tangan ke depan. Terus, Waigong dan Gege tahu tidak apa yang terjadi? Semuanya jadi patung!"

Kakek dan Gege saling berpandangan. "Menjadi patung bagaimana, Xi?"

"Ya jadi patung! Patung, kan, tidak bergerak. Iya, kan, Waigong?"

Kakek mengangguk, meski rautnya terlihat kebingungan.

"Maksud kamu, semuanya berhenti bergerak?" tanya Gege.

"Iya, Gege! Mobil yang hampir menabrak Xi, orang-orang, bahkan Xia Wai, seperti berhenti bergerak. Saat Xi pegang pundak dan lambai-lambai ke Xia Wai, dia tetap tidak bergerak. Tapi setelah Xi metik jari, baru deh semuanya gerak lagi!"

Kakek dan Gege terlihat terkejut. Aku yang saat itu tidak mengerti kenapa mereka kaget, melanjutkan cerita, "Tapi aneh banget. Masa Xia Wai dan orang-orang tidak tahu mereka jadi patung. Bahkan saat Xi nanya ke Xia Wai, dia juga tidak tahu kalau Xi hampir tertabrak mobil!"

Kakek menggumam sambil mengangguk-angguk. "Begitu, ya. Waigong mengerti. Tapi, selanjutnya, Xi tidak boleh bilang pada orang lain tentang kejadian itu, ya?"

"Xi tidak mengerti, tapi baik, Waigong!"

Aku melirik Gege. Namun, laki-laki yang berusia delapan tahun lebih tua dariku itu hanya diam membisu.

***

"Waigong, aku mohon ... tolong jangan apa-apakan Xi Lian. Dia masih kecil dan tidak mengerti apa-apa."

Suara Gege terdengar saat aku melewati kamar Kakek. Jiwa penasaranku menggebu-gebu, apalagi mendengar Gege membawa-bawa namaku. Akhirnya aku menguping dari balik pintu.

Blue String - END (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang