"Lux, kamu itu pendiam, ya?" ucapku, mencoba memecah keheningan.
Sepertinya Lux enggan menjawab. Laki-laki yang duduk berhadapan denganku ini dari tadi hanya diam, memperhatikanku.
Lian dan Abby? Entahlah, mereka sedang ke luar. Sementara aku, masih terjebak di sini bersama Lux.
Sebenarnya aku ingin sekali pulang. Aku yakin hari sudah menjelang malam. Mana aku belum memberi tahu Mama kalau pulang telat lagi! Mama pasti khawatir dan akan mengoceh panjang lebar begitu aku pulang.
"Hei, Manis!"
Untuk pertama kalinya, akhirnya aku mendengar Lux berbicara. Tapi, hei, apa itu? 'Hei, Manis?' Dia berkata pada siapa? Aku? Enggak mungkin, kan?
Mengabaikanku yang kebingungan, Lux bangkit berdiri, lalu dengan riangnya menghampiri seekor kucing persia berambut putih bersih yang berjalan mendekati sofa.
Lux mengangkat kucing itu dan mengelus-elus kepalanya, kemudian kembali duduk di sofa. Kucing itu duduk di pangkuan Lux, menatap ke arahku.
Ah, ternyata ia yang disebut manis.
"Namanya Kittey," ujar Lux yang masih mengelus-elus kepala kucing bernama Kittey itu.
Aku gelagapan, ber-oh ria. Agak terkejut Lux tiba-tiba mau berbicara.
Kittey mengeong-ngeong. Matanya yang heterochromia seperti menatapku awas.
"Gadis aneh itu namanya Zaline." Perkataan Lux membuatku mendelik. Apa katanya? Gadis aneh?
"Kamu bilang apa?"
Tapi, lagi-lagi Lux mengabaikanku.
"Tenang saja, Kittey. Dia sama sepertiku." Lux seperti membalas ngeongan Kittey.
Kittey menatap Lux, mengeong-ngeong.
"Kemampuannya? Dia bisa melihat benang biru. Aku juga enggak mengerti apa maksudnya. Tapi kurasa benang biru itu pemilik kekuatan seperti kami."
Aku sungguhan enggak mengerti apa yang mereka bicarakan. Sampai tiba-tiba Lux menggeleng tegas. "Enggak, Kittey, enggak. Kamu enggak boleh seperti itu. Zaline berbeda dari yang lainnya. Kak Lian dan Kak Abby bahkan sudah memercayainya. Bagaimanapun, sekarang dia bagian dari kita."
"Dia membicarakan apa?" tanyaku penasaran.
Lux mendongak, menatapku. "Kittey meragukanmu. Ia mengira kamu mata-mata dari Onyx."
"Apa lagi itu?"
Bukannya menjawab, Lux malah terdiam, lalu menggeleng. "Enggak, bukan apa-apa. Jangan dipikirkan."
"Kok begitu, sih? Aku, kan, jadi tambah penasaran," protesku kesal.
"Ingat kata Kak Lian tadi? Kami enggak ingin kamu terlibat."
"Iya-iya, aku tahu. Aku cuma pengin tahu apa itu Onyx."
"Kalau begitu biar Kak Lian saja yang menjelaskan."
Aku mengembuskan napas kasar. Percuma berbicara dengan dia.
"Kenapa sih, kamu kelihatannya kayak menghormati Lian banget?" tanyaku mengalihkan topik.
Ruangan ini lengang. Bahkan Kittey ikut diam, duduk dengan cantik di pangkuan Lux.
"A ...." Lux memutar bola mata, tampak ragu mengatakannya. "Kak Lian pernah menyelamatkanku dari On-eh, maaf, enggak boleh membicarakannya."
Dia cepat-cepat menutup mulut.
Pasti mau bahas Onyx. Huh, padahal aku berharap dia keceplosan.
"Kak Lian itu ... menanggung beban yang berat. Dia sudah berjuang keras demi kami, sampai-sampai ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue String - END (Segera Terbit)
FantasiSetiap orang memiliki benang merah takdir di jari kelingking yang menghubungkan seseorang dengan jodoh masing-masing. Benang merah itu tak dapat dilihat, kecuali bagi mereka yang memiliki kemampuan untuk melihatnya. Itulah yang diceritakan mama Zal...