Aku meneguk saliva ketika pria berambut panjang dengan penampilan lusuh memanggilku. Lux dan Lian memanggilnya Master Emil. Mungkin, dia adalah Master Emil asli.
Pria itu kemudian duduk di sofa dan mempersilakan kami duduk. Matanya yang berwarna cokelat terang menatap Zaina lembut, berbeda dengan sorot matanya saat Tine menyamar menjadi dirinya.
"Kamu ... Zaina Syah, ya? Putri kedua Zahian?" tanya Master Emil sambil melirik Kak Rayhan. Seakan mengerti maksud lirikan itu, Kak Rayhan segera menyentuh telapak tangan sang pria.
Zaina menatap waswas Master Emil yang tengah disembuhkan, tapi dia tetap mengangguk. "Iya."
Pria berambut panjang itu tertawa pelan. "Dulu, Zahian pernah bercerita bahwa dia ingin sekali menemuimu."
Zaina bergeming. Aku tahu dia bingung ingin menjawab apa. Mungkin masih enggak percaya bahwa papa kami sebenarnya masih hidup.
Mewakili Zaina yang cuma diam, aku melontarkan tanya, "Anda mengenal ayah kami?"
Master Emil mengangguk. "Kami sudah mengenal cukup lama. Tapi sepertinya sekarang bukan saatnya untuk bercerita."
Benar. Papa dalam bahaya dan terancam mati. Begitu juga Abby dan yang lainnya yang masih berada di markas Onyx.
"Oh, ya, saya belum memperkenalkan diri," ujarnya tiba-tiba sambil menjentikkan jari. Kemudian Master Emil kembali menatap kami berdua dengan senyum menghiasi wajahnya. "Saya Emil Banyu, taksa yang bertugas menaungi beberapa taksa lain untuk meningkatkan atau membangkitkan potensi mereka dan melawan Onyx. Kalian boleh memanggil saya Kak Emil, atau panggilan apa pun yang kalian suka."
Aku tertegun sejenak. Meningkatkan potensi, ya? Kemampuan yang cukup bertentangan dengan pemimpin Onyx.
Aku melirik Lian yang duduk di sebelah kanan Master Emil. Lelaki itu juga tersenyum padaku. Aku mengembuskan napas. Sepertinya Zaina juga belum berniat untuk merespons.
"Mungkin sebelumnya Anda sudah mengetahui soal saya dari Lian dan Abby. Tapi biarkan saya memperkenalkan diri secara resmi. Saya Zaline Syah, dan ini adik saya Zaina Syah," kataku memperkenalkan diri.
"Baik, Zaline. Seperti yang saya katakan tadi, ada yang ingin saya bicarakan denganmu. Sebelumnya, biarkan saya menjelaskan sesuatu yang mungkin belum kamu ketahui." Master Emil menghela napas dalam-dalam.
"Kemampuan seorang taksa, terbagi menjadi tiga tingkatan. Sebagian besar taksa, kemampuannya berada di tingkat pertama. Beberapa taksa bisa meningkatkan kemampuannya ke tingkat kedua. Dan hanya segelintir taksa, yang bisa mencapai tingkat ketiga. Tingkatan ini bisa dibangkitkan oleh taksa itu sendiri ataupun dengan bantuan kemampuan 'Pembangkit' seperti milik saya."
Oh, aku baru tahu kemampuan taksa ternyata ada tingkatannya.
"Hampir semua taksa yang ada di naungan saya sudah membangkitkan tingkat kedua mereka. Contohnya saja, Lian. Tingkat pertamanya adalah mengendalikan waktu dan tingkat keduanya adalah mengendalikan ruang. Atau Abby yang tingkat pertamanya teleportasi dan tingkat keduanya 'Menghilang'.
Mereka bisa saja mencapai tingkat ketiga dengan usaha. Namun, bayaran atau risiko yang diterima oleh seorang taksa yang mencapai tingkat ketiga lebih besar, bahkan bisa mengancam nyawa. Meski begitu, enggak semua taksa bisa mencapai tingkat ketiga. Saya adalah salah satunya."
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Master Emil membuatku tertegun. Tapi enggak cuma aku, bahkan Lian dan Lux juga ikut bingung. Kayaknya mereka juga baru tahu hal itu.
"Tapi Master ... kenapa Anda enggak bisa?" tanya Lux.
"Karena taksa yang memiliki dua kemampuan atau lebih, biasanya tidak akan bisa mencapai tingkat ketiga karena tubuhnya tidak mampu menahan beban kuantitas kemampuannya sendiri, seperti saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue String - END (Segera Terbit)
FantasySetiap orang memiliki benang merah takdir di jari kelingking yang menghubungkan seseorang dengan jodoh masing-masing. Benang merah itu tak dapat dilihat, kecuali bagi mereka yang memiliki kemampuan untuk melihatnya. Itulah yang diceritakan mama Zal...