03. Adopsi? (Revisi) ☑️

13.7K 1.1K 11
                                    

Happy Reading
*
*
*

**

Keheningan terjadi beberapa saat setelah Erick membaca biodata Ella. Erick kembali membuka pembicaraan mencoba untuk memecahkan keheningan.

"Jadi? Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Erick.

"Entahlah, mungkin mengembalikannya ke panti asuhan itu,"

"KAU GILA? MENGEMBALIKANNYA KE PANTI ASUHAN SAMA SAJA MEMBUNUHNYA BODOH!" sentak Erick tidak setuju dengan omongan Arthur. Arthur sendiri hanya mengidikkan bahu acuh sedangkan Erick menahan emosi karena pola pikir Arthur yang tak bisa di tebak.


"Hahhh ... aku tak mengerti pola pikirmu, terserah kau saja deh,"


"Tapi kau yang membawanya kemari kau juga harus bertanggung jawab atas gadis kecil itu, kurasa membawanya kembali ke panti asuhan itu justru bisa membunuhnya atau mungkin ia tak bisa masuk kesana karena sudah kabur dari panti, dan juga jika kau sendiri yang mengantarkannya itu akan memperburuk keadaan." Jelas Erick. Arthur yang perlahan lahan mengerti maksud Erick menganggukkan kepala tanda mengerti atas ucapan Erick.


"Benar juga apa yang dikatakan Erick, tapi aku harus bagaimana? Aku tak rela jika anak itu pergi tapi aku juga bukan siapa siapanya," batin Arthur gelisah.

"Adopsi,"

"Hah??" beo Erick tak mengerti.

"Ck, adopsi kubilang, jadi bagaimana?" tanya Arthur.

"Ehh kau mau mengadopsinya? Tapi adopsi kan biasanya ada syarat bahwa harus menikah?" tanya Erick kembali.

"Aku memang belum menikah tapi uang bisa menyelesaikan segalanya bukan?"

"Ya kau benar, mungkin adopsi adalah ide bagus tapi apakah anak itu mau untuk kau adopsi?"

"Akan kutanyakan itu padanya besok jika sudah bangun,"

"Bagus bagus, tapi jangan terlalu kaku padanya, Daddy." Goda Erick yang membuat telinga Arthur memerah. Arthur yang digoda Erick memalingkan mukanya kesal, ia yakin bahwa telinganya memerah sekarang.

Erick yang melihat itu seketika tertawa saat tau sahabat masa kecilnya itu blushing hanya karena sebutan 'daddy'.

"Hahaha ... kau lucu Thur, lihatlah telingamu merah,"

"Diamlah!" sarkas Arthur.

"Baik baik aku berhenti, oh ya ini sudah larut malam dan pekerjaanku sudah selesai, jadi aku ingin pulang. Dan obat Ella sudah ku taruh didalam laci, jangan sampai ia lupa meminum obatnya. Dan kau Thur jangan lupa meminum obatmu, kurasa insomnia mu akhir akhir ini sering kambuh," jelas Erick mengingatkan.

"Ya akan ku ingat."

Erick segera keluar dari ruang kerja Arthur untuk pulang ke rumah, sedangkan Arthur masih memikirkan apakah Ella akan mau ia adopsi atau justru menolaknya, ia merasa tak rela jika Ella menolak. Hal itu membuat kepala Arthur sedikit pusing, ia memijat pangkal hidungnya dengan menghela nafas lelah.

Arthur keluar dari ruang kerjanya menuju kamar tidurnya. Sesampainya di sana ia membuka pintu perlahan lahan takut membangunkan Ella yang sedang tidur. Saat ia sudah di dalam kamar ia mendekat ke arah kasur, melihat Ella dan mengusap pipi Ella pelan dengan tersenyum tipis.

Ella mengeliat pelan sedikit terusik dengan usapan itu tapi Ella tak membuka matanya justru ia semakin tenggelam dalam mimpinya. Arthur yang melihat Ella mengeliat pelan menghentikan usapannya karena takut membuatnya bangun.

Arthur menjauh dari Ella untuk mengambil obatnya dan meminumnya. Setelah selesai dengan kegiatannya Arthur menuju kasur dan berbaring di samping Ella lalu menghadap ke arah Ella, sedikit mencondongkan diri mendekat ke kepala Ella.

Cup

Arthur mengecup pelipis kiri Ella dengan lembut lalu tersenyum tipis.

"Good night bocah." Gumamnya lalu menjauh dari Ella dan mencoba memejamkan mata.

*
*


*
*
*
Vote comment and follow
Thank you

Daddy? END [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang