32. Eksekusi part 2

2.9K 249 2
                                    

Happy reading

*
*
*

❌💀warning💀❌
Terdapat adegan penyiksaan, adegan menjijikkan dan adegan yang tak manusiawi, yang gak suka skip skip.
{Berlaku juga untuk part selanjutnya}


***
Tubuh Rosa bergetar saat mendengar kata kata dari Ella, ia tak menyangka bahwa anak yang ia buang ternyata masih hidup dan sekarang ingin membalaskan dendamnya.

"Kenapa ibu? kenapa kau gemetar? aku hanya ingin bermain denganmu saja kok, bermain dengan nyawamu maksudnya dan aku ingin tau seberapa lama kau bisa bertahan hidup" ucap Ella dengan senyum lebar bak psikopat yang membuat Rosa semakin bergetar.

"J-jangan!! Jangan bunuh aku!! hiks, Tuan Arthur!! T-tolong hiks, jangan bunuh aku!!" Rosa terus memberontak seraya memanggil nama Arthur berulang kali berharap akan ditolongnya. "Cih, kau pikir aku akan menolongmu? menjijikkan, bahkan terkena setetes darahmu saja itu sangat menjijikkan. Hari ini, biarlah kamu mati di tangan anakmu sendiri" ucap Arthur dengan bersedekap dada dan bersandar di dinding, perkataan Arthur memang menggunakan nada dingin namun tersirat ejekan di kalimat tersebut.

Rosa menangis sejadi jadinya, perasaan panik, menyesal dan takut menjadi satu saat ini juga.

"Sayang, gunakan waktu permainanmu ini sebaik baiknya. Daddy tidak mau kamu bermandikan darah menjijikkan wanita itu, daddy tunggu di luar oke?" ucap Arthur seraya mengelus rambut Ella dengan lembut.

'D-daddy? apa maksudnya ini??'

"Okey daddy, akan ku gunakan waktu ini sebahagia mungkin" ucap Ella dengan semangat dan sangat ceria, Arthur lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan tersebut menyisakan Ella, Rosa dan beberapa bodyguard yang akan memenuhi permintaan Ella selama eksekusi berlanjut.

"Jadii, benda apa yang harus ku gunakan dulu ya?? Oh iya ibu, kau cukup kuat ternyata. Masih bertahan hidup meski kaki kananmu berlumuran darah, aku salut padamu. Orang yang ku bunuh sebelumnya saja langsung pingsan saat aku menyayatnya, dia lemah sekali bukan?" ungkapan Ella membuat Rosa berpikir keras, 'sebelumnya? berapa banyak orang yang sudah dibunuhnya?? Seharusnya dulu aku tak membuangnya, jika tidak pasti nyawaku akan selalu baik baik saja!!' sesal Rosa kepada perbuatannya dulu.

Namun, ingin dirubah juga sudah tak bisa. Penyesalan akan selalu datang di akhir, Rosa hanya bisa menangis dan berharap bahwa ada seseorang yang akan menolongnya. Cih gak akan bisa wle.

Jleb

Sret

Ella kembali menusuk Rosa di bagian bahunya lalu menariknya hingga ke pergelangan tangan membuat Rosa menjerit. Darah mengalir deras membuat tubuh bagian kanan Rosa bersimbah darah {hanya sebelah kanan doang}.

Masih kurang puas, Ella hendak menyayat pipi Rosa, tapi Rosa memberontak dan menggeleng gelengkan kepala membuat Ella kesal.

"Hei kalian, pegang kepalanya agar tidak bergerak terus" perintah Ella kepada beberapa bodyguard yang berjaga di sana. Dua orang dari mereka lalu melaksanakan perintah Ella untuk memegang kepala Rosa.

Rosa sendiri terus memberontak meskipun sia sia saja, ia terus saja berteriak membuat Ella semakin kesal. 'Cih, wanita pelac*r ini benar benar membuatku kesal'.

"DIAMLAH!!" sentaknya lalu memasukkan cutternya yang karatan ke dalam mulut Rosa, membuat Rosa diam seketika karna merasakan perih, ngilu, dan takut sekaligus. Hanya bisa menangis, menangis dan menangis. Ia tidak bisa berteriak karna jika dia melakukan hal itu justru akan membuat tenggorokan dan mulutnya terasa perih.

"Akhirnya kau diam juga" Ella kembali melanjutkan permainannya, kali ini ia menyayat bagian ujung bibir hingga ke ujung mata membuat lengkungan seperti senyuman. Lagi dan lagi, Rosa hanya bisa menangis menahan perih karna permainan Ella.

Masih belum cukup puas, Ella menusuk mata sebelah kanan Rosa dan mencongkelnya. Rosa menjerit sejadi jadinya, rasa sakit teramat sangat membuatnya memilih mati dibanding harus disiksa seperti ini.

"B-bunuh a-aku" lirihnya.

"Heh?? membunuhmu? aku lebih suka menyiksa seseorang dan membiarkannya mati perlahan lahan, hahaha" Ella tertawa bak psikopat membuat semua yang ada di ruangan itu bergetar ketakutan.
*
*
*
Tbc

Daddy? END [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang