EKSTRA PART 2

5.9K 266 27
                                    

Happy Reading
***
**
*

*
*

***
Pagi hari pun tiba, sang mentari menampakkan dirinya begitu pula dengan sang rembulan yang perlahan menghilang.

Sinar mentari perlahan masuk melewati celah celah tirai membuat gadis manis yang sedang tertidur itu terusik.

Engh

Lengguhan kecil terdengar bersamaan dengan terbukanya mata gadis itu pelan pelan. Ya, gadis itu adalah Ella.

Setelah nyawanya terkumpul, Ella kemudian bangkit dan menuju kamar mandi untuk mandi. Setelah selesai ia kemudian mengganti bajunya dan merapikan tempat tidurnya lalu pergi ke bawah untuk sarapan.

Skip

Saat berada di tangga, ia melihat keberadaan daddynya yang terlihat baru pulang dari kantor.

"Daddy!!" panggilnya membuat Arthur menoleh. Ella kemudian turun dengan sedikit berlari lalu jatuh ke pelukan Arthur.

"Hi baby" ucap Arthur dengan mengecup kening Ella.

"Eung daddy, I miss you" perkataan Ella sukses membuat Arthur tersenyum dan menahan tawa.

"Haha, baru daddy tinggal sehari saja sudah begini" lagi dan lagi Arthur mengecup gemas pipi Ella membuat Ella tertawa.

'Apalagi kalo daddy tinggal selamanya' sambungnya dengan menatap sendu putrinya itu.

"Sayang? Sudah pulang?" tanya Erasya sedikit kaget melihat Arthur yang sudah dipeluk Ella. Erasya menghampiri Arthur untuk mengambil alih tas yang dipegang Arthur.

"Kenapa hm? Do you miss me?" bisik Arthur kepada Erasya lalu mengecup singkat bibir Eraysa. "Masih ada anak anak, tunggu lah nanti malam" ketus Erasya membuat Arthur tertawa.

"Daddy kenapa ketawa? Ada yang lucu?" tanya Ella bingung.

"Tidak sayang, tidak ada" balas Arthur yang melirik lirik Erasya di sampingnya. "Oh ya mana twins?"

"Mereka masih berada di kamar, sebaiknya kau berganti baju dulu. Setelah itu sarapan baru istirahat" perintah Erasya yang langsung dituruti Arthur.

Skip sarapan

Mereka semua sudah berkumpul di meja makan, dan mulai sarapan dengan tenang dan sedikit candaan.

"Oh ya dad"

"Kenapa sayang?"

"Apa aku boleh sekolah offline?" pertanyaan Ella sukses membuat Arthur terkejut hingga tersedak. Hal itu membuat semua orang di meja makan panik. Erasya dengan cekatan mengambil segelas air untuk suaminya itu.

Setelah acara tersedak tadi, Arthur sudah tidak batuk batuk lagi ia kemudian menoleh ke arah Ella dan mengusap rambut Ella dengan lembut.

"Kamu ingin bersekolah seperti remaja seusiamu bukan?" tanya Arthur lembut tanpa ada seratan emosi sedikit pun. Ella mengangguk menjawab pertanyaan Arthur.

"Baiklah, kamu boleh bersekolah di SMA seperti remaja seusiamu. Tapi, daddy yang akan memilihkan sekolah itu. Mengerti?"

"Aku mengerti dad, terimakasih"

"Sama sama sayang" Arthur mengecup kening Ella pelan tak lupa dengan mengelus rambutnya lembut.

"Ck, daddy!! Arkam juga mau!! Abang mau juga gak?" teriak Arkam lalu menoleh ke arah Arka untuk menanyakan hal itu.

"Tidak" singkat, padat, jelas ya itulah Arka. Sifatnya benar benar menurun dari Arthur saat masih muda, membuat Arthur tersenyum melihatnya.

'Kenapa anak ini benar benar seperti diriku di masa lalu? Oh ayolah tuhan, takdir ini benar benar mempermainkanku'

"Daddy sudah selesai. Daddy duluan ya?"

"Iya dad" jawab Ella, Arka, dan Akram bersamaan.

Arthur berdiri dari tempat duduknya karna sudah selesai sarapan lalu berjalan menuju tempat duduk kedua putranya, mengecup kening mereka singkat lalu berpamitan dan pergi untuk istirahat.

Saat sampai di tangga, ia berhenti dan berbalik badan.

"Sayang!! Jangan lupa nanti malam!!" teriaknya kepada Erasya lalu pergi berlari menaiki tangga meninggalkan Erasya yang sudah mencak mencak tidak jelas.

"Hahh.... putri kecil ku sudah tumbuh besar ternyata. Waktu berjalan begitu cepat, semoga dia bisa menghilangnya sisi psikopatnya itu" monolog Arthur yang sudah berada di depan pintu kamarnya.

Ia masuk ke dalam sana dan merebahkan dirinya menghadap langit langit kamar.
"Jika suatu saat aku tiada, apa yang akan terjadi ya? Ya tuhan, takdir itu rumit" ucap Arthur yang kemudian menutup matanya dan tertidur.

'Semua akan baik baik saja, jika anak itu tidak bertemu dia'

suara samar samar itu kemudian menghilang seketika setelah ada angin berhembus cukup kencang membuat jendela kamar yang awalnya terbuka menjadi tertutup secara kencang.

Hal itu membuat Arthur yang awalnya menutup mata seketika terkejut saat mendengar suara jendela itu. Ia lalu bangkit dan menuju jendela untuk membukanya.

Saat melihat ke arah luar jendela, ia merasakan rasa sakit di dadanya. "Ck, apa apaan ini. Arghh kenapa muncul sekarang!! Dimana obat ku?!" Arthur panik, ia membuka laci dan meraba rabanya, ia akhirnya menemukan obat yang dicarinya, lalu menelan beberapa butir obat.

Setelah cukup tenang, Arthur berjalan menuju kasur dan merebahkan tubuhnya yang lelah lalu tertidur pulas.

***
*
*
*

Tbc

Daddy? END [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang