Fifty Three ~

85.8K 12.1K 2.8K
                                    

Setelah melakukan perdebatan panjang antara Eca dan Dania yang merebutkan kursi depan, akhirnya Dirga menengahi mereka dan menyuruh Dania untuk sadar posisi karena Dania tidak lebih dari menumpang.

Eca menjulurkan lidah nya tanda mengejek ke arah Dania, sedangkan Dania sudah bermuka masam. Padahal sedari tadi pulang sekolah ia sudah mengintai Dirga agar bisa modus pulang bareng, tapi tenyata Eca yang notabene nya pacar Dirga masih menunggu di parkiran.

Mereka bertiga sudah duduk di kursi masing-masing. Dirga pun menjalankan mobil nya keluar dari perkarangan sekolah.

"Nostalgia ya Dir, dulu kita sering banget jalan bareng kaya gini."

Suara Dania memecah keheningan, apalagi ucapan nya sedikit membuat Eca terkejut.

"Tapi gara-gara kamu ketemu sama cewek bekantan model gini kamu jadi berubah," lanjut Dania santai namun tentu saja ia menyindir orang yang berada di samping Dirga.

"Btw, kamu mau lanjut kuliah dimana?" tanya Dania lagi, tapi lagi-lagi tidak di gubris oleh Dirga. "Aku kangen tante Clara, udah sehat belum mama kamu?"

"Kenapa diem sih Dir, aku ngomong sama kamu loh," sungut Dania dengan nada biacara yang seolah-olah tengah merajuk.

"Dirga ih! Oh aku tau, gara-gara ada cewek kamu kan makannya kamu sok ngediemin aku."

"Lo mending diem. Dari pada gue turunin," jawab Dirga telak.

"Kamu mah gitu," kesal Dania. "Tapi gapapa aku suka."

"Najis!"

Dania mendelik tajam."Apasih, lo iri? Gue lebih dulu kenal sama Dirga. Apalagi mama nya Dirga suruh gue jadi calon menantu nya."

"Gak salah tuh?" tanya Eca. "Mungkin maksudnya jadi calon mayat kali."

"Nggak tuh," jawab Dania enteng.

"Kamu masih inget jalan rumah aku kan?" tanya Dania, nada bicara nya sangat berbeda saat berbicara dengan Eca.

"Kok berhenti?" tanya Dania.

Dirga menghentikan mobil nya di pinggiran jalan. "Mau seblak?" tanya Dirga mengarah pada Eca.

Eca mengangguk cepat sebagai jawaban, mata nya memutari sekeliling mendapati warung seblak yang berada di sebrang jalan. "Ikut," kata Eca semangat.

Tidak ada angin, tidak ada hujan tumben sekali Dirga menawari nya seblak, atau mungkin Dirga tau mood Eca sedang buruk saat ini.

"Gue gak ikut deh," kata Dania cemberut kesal.

"Siapa juga yang ngajak," balas Eca yang kemudian turun dari mobil.

Jalan raya lumayan ramai, Eca hanya diam dan memandangi mobil yang berlalu lalang, tubuh nya sedikit tersentak karena sebelah tangan nya yang tiba-tiba di genggam oleh Dirga.

Eca benci situasi ini, dimana jantung nya akan berdetak lebih cepat. Ah sial, senyum Eca sudah tidak tertahan ketika Dirga mengusap tangannya dengan lembut.

"Tangan lo kecil," kata Dirga tanpa melirik ke arah Eca, namun sebelah tangannya tetap megang tangan Eca.

"Tangan lo yang kegedaan," jawab Eca meremat jari tangan Dirga.

"Ayok," ajak Dirga dan mereka pun menyebrang jalan. Meninggalkan Dania yang sendiri di dalam mobil.

Eca memesan satu bungkus seblak dengan porsi besar. "Lo gak mau beneran?" tanya Eca.

"Lo aja."

"Dia siapa?" tanya Eca lagi yang terlihat kesal.

"Bukan siapa-siapa," jawab Dirga.

WHATTT? Gue Antagonist?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang