25. Tanpa Kabar!

380 32 10
                                    

WARNING!!
TYPO BERTEBARAN!!
.
.
.
.
.
.
.
.

HAPPY READING!!

.
.
.
.


☆☆☆



Hampir tiga minggu sudah Rian tak ada kabar, bahkan dia ngga pernah balas atau membaca pesan dari gue. Terakhir gue dan Rian chat-an, saat gue memberi selamat kepada dia yang lolos di R-32 dan melaju kebabak R-16 tiga minggu kemarin.

Dalam benak gue bertanya-tanya, Apa gue ada salah? Atau gue terlalu cerewet? Atau apakah dia sudah bosan sama gue?.
Gue kangen dia, pengen ketemu dia, pengen meluk dia dan selalu berada disamping dia saat dia sudah berada di-Indonesia. Tapi pikiran gue yang itu, gue buang jauh-jauh, yang gue pikirin sekarang adalah, kenapa dia menghilang, kalau dia udah bosan sama gue dia bisa bilang, dan nggak membuat gue berharap padanya. Dia bisa bilang sama gue secara baik-baik nggak langsung menghilang kaya gini.

Sudah beberapa minggu ini gue males untuk kerja, mood yang kadang naik turun, dan ditambah lagi dengan keberadaan gosip yang beredar tentang Rian dan salah satu ganda putri Indonesia yaitu Ribka di media sosial.

Gue pusing! Gue cape! Gue pengen bilang sama mereka semua, kalau gue pacar-nya Rian. Namun gue sadar kalau gue dan Rian menjalani hubungan tanpa diketahui orang-orang. Dan hanya keluarga, Kevin dan Jorji yang mengetahui hubungan gue.
Apa Rian cape ngejalanin hubungan ini sama gue tanpa diketahui orang-orang? Kalau cape bisa bilang jangan ngilang, jadi gue bisa ngelupain tanpa harus lebih tersakit nantinya. Biar gue aja yang merasa tersakiti, dia jangan.

"Pagi Ci!" Sapa gue pada Ci Susy saat sudah sampai di ruang kesehatan pelatnas.

"Pagi La! Lo kenapa? Muka lo pucet gitu, sakit lo?"tanya Ci Susy.

Gue menggeleng pelan lalu tersenyum tipis kearah Ci Susy.
"Gapapa Ci"sahut gue lalu duduk ditempat kerja gue.

"Beneran gapapa?"tanya-nya lagi.

"Iya Ci, gapapa"

"Yaudah kalau gitu, kalau ada apa-apa bilang ya!"

Gue mengangguk, "Iya Ci"

Hari ini gue kerja dengan penuh ketidak niatan, gue butuh temen curhat untuk mencurahkan isi hati gue saat ini. Banyak beban pikiran yang gue pikirkan, gue mencoba untuk membuang jauh-jauh pikiran gue, agar bisa fokus untuk kerja.

Setiap saat setiap waktu, gue selalu memeriksa hape gue, siapa tau Rian menelpon atau membalas pesan dari gue walau hanya satu kata doang daripada nggak ada sama sekali.

Drrtt....drttt....

Tiba-tiba suara getaran dari hape gue. Gue langsung membuka hape gue dengan senyum merekah. Satu detik kemudian senyum gue luntur karena tau bukan Rian yang menelpon tapi Bang Arka.

Dengan malas gue mengangkat panggilan telponnya.

"La, dimana lo?"tanya Bang Arka darisebrang hape.

"Pelatnas, sibuk"sahut gue datar, dan langsung mematikan panggilan secara sepihak.

Tutt...tutt...

Arghh

Gue meremas kedua tangan gue, lalu mengusap dua tangan  ke muka gue secara kasar. Gue menutupi muka gue dengan kedua telapak tangan gue.

"Gue cape! Gue cape harus overthingking setiap hari"lirih gue menahan air mata gue yang akan keluar.

"Lebih baik gue udahan aja sama dia, daripada sakit hati gue lebih parah dari sekarang"isakan tangis mulai terdengar dari mulut gue. Gue sudah nggak bisa menahan air mata untuk tidak keluar. Untung saja hari ini sepi lagi sepi, jadi nggak ada yang liat gue kalau gue sedang nangis.

"Eh La! Lu kenapa?"tanya CiSusy yang baru masuk keruang kesehatan bersama salah satu cewe bekas wartawan PBSI pasti tau lah ya sama Mbak Wid.

Gue memandang mereka berdua dan segera menghapus air mata gue lalu menggeleng pelan.

"Ehhh.... lu nangis?"ucap Mbak Wid.

"Lo ada masalah? Sama siapa? Sama orang tua? Atau pacar?" Tanya Ci Susy namun gue tetap diam.

"Jujur aja La, gue sama Wid siap dengerin curhatan lo"sambung Ci Susy.

"Iyan lo bilang aja. Jangan sungkan"celetuk Mbak Wid.

Gue mengangguk perlahan  sambil menyeka air mata gue yang terus saja mengalir.

"Ada masalah sama orang tua?"tanya Ci Susy.
Gue menjawab dengan gelengan.

"Sama pacar?" Tanya Mbak Wid.
Dengan ragu gue mengangguk.

"Sini La kita cerita dibawah aja"ucap Ci Susy.

Gue pun mendekati Ci Susy dan Mbak Wid lalu duduk dihadapan mereka. Dan kita sudah duduk lesehan dilantai.

"Kenapa lo? Cerita aja jangan ragu"ucap Mbak Wid lalu merangkul bahu gue.

Gue menghela nafas sebentar dan,
"Jadi, gue kan lagi LDR-an sama pacar gue, awalnya kita kabar-kabaran. Tapi tiga minggu terkahir ini dia nggak ada ngabarin gue, hiks..., bales pesan dari gue pun nggak"jelas gue sambil sesekali menyeka air mata gue.

Ci Susy dan Mbak Wid dengan setia mendengar-kan curahan hati gue.

Sebelum berucap lagi, gue menarik napas dan membuang nya perlahan, untuk merilekskan hati gue dan mencoba untuk meredakan isakan tangis gue.

"Kurang lebih udah sebulan gue dan dia menjalani LDR, sat minggu awal baik-baik aja. Tapi sekarang dia ngga ada kabar dan banyak gosip yang beredar kalau dia sama yang lain"isakan demi isakan keluar dari mulut gue walau gue sudah mencoba untuk menahannya.

"Jadi dia nggak ada ngabarin lo? Bahkan bales atau baca pesan lo pun kagak?"tanya Ci Susy.

Gue menunduk lalu mengangguk, "Iya Ci!" Sahut gue lirih sambil mengusap air mata gue.

"Kurang ajar banget jadi cowo! Bilang sama gue siapa orangnya"ucap Mbak Wid ikut terbawa emosi.

Baru saja gue ingin membalas perkataan Mbak Wid tiba-tiba saja notifikasi hape gue bunyi.

Gue membukahape gue.
"Jorji?" Gumam gue.

Gue mengangkat panggilan dari Jorji.

"Iya hallo Jor?"ucap gue dengan suara sedikit serak karena nangis.

"Hallo La, lu gapapa?"tanya Jorji disebrang sana.

Gue mengernyitkan alis gue.
"Emang gue kenapa?"tanya balik gue dengan bingung.

"Load speaker La"ucap Ci Susy, gue pun mengikuti perkataannya.

"Lu ga liat gosip yang beredar?"tanya-nya lagi  dari sebrang telpon.

Gue terdiam sebentar, lalu menghela nafas pelan.
"Gue liat ko"sahut gue pelan, dan mata gue pun kembali memanas.

"Nangis aja"ucap Mbak Wid mengusap pelan bahu gue, dan alhasil gue pun tidak bisa menahan air mata yang membendung ini.

"Yah, gue salah ngomong kaya-nya nih"ucap Jorji disebrang sana

Ci Susy merebut hape gue dan menanyakan masalah gue lebih jelas kepada Jorji, sedangkan gue ditenang-kan oleh Mbak Wid.

"Jombang balik besok, terus dia nyamperin lu nggak usah ditanggepin La. Biarin dia buat intropeksi diri dimana letak kesalahannya"ucap Ci Susy mengembalikan hape gue, dan gue pun menyambutnya.

Gue mengangguk, "Iya Ci"sahut gue.

☆☆☆
.
.
.
.
.
.

Minggu, 9 JANUARI 2022

YOU ARE MY HEART || MR Ardianto [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang