12. Chapter twelve

1.6K 205 8
                                    

🧸🐱

Lisa membereskan perlengkapan sekolahnya, memasukkan dengan rapih pada tas hitam miliknya. Jam pelajaran sudah selesai, itu artinya sebagian siswa akan pulang.

Lisa menoleh pada gadis yang masih duduk di tempatnya melakukan aktifitas yang sama dengan Lisa. sedari pagi Jennie mengabaikannya. Lisa merasakan itu. Karna biasanya Jennie akan terus menganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan tak masuk akal.

Namun hari ini. Lisa merasa Jennie berbeda, bahkan gadis berpipi mandu itu tak menyapanya sama sekali. Awalnya Lisa tak perduli, namun ia penasaran kenapa Jennie tiba-tiba menjadi pendiam.

" Je--"

" Lisa-yaa.. malam ini jadi kan ? "

Lisa yang hendak bertanya pada Jennie pun menghentikan ucapannya saat Mino bertanya. Ia menoleh pada sumber suara, terlihat ketiga sahabatnya sudah berdiri di hadapan Lisa.

Sedikit melirik pada Jennie yang hendak pergi. Diam-diam Lisa mencekal pergelangan tangan gadis berpipi mandu itu di bawah meja, mengisyaratkan agar Jennie tidak pergi.

Jennie mengerutkan keningnya, ia menatap Lisa yang sama sekali tak menatapnya. Kenapa gadis berponi itu menahannya pergi.

" Nee.. tunggu saja. Aku akan datang. " Lisa menjawab pertanyaan Mino. Memastikan jika ketiga sahabatnya tak melihat apa yang Lisa lakukan sekarang.

" Geurae.. kami pergi, sampai jumpa. " mereka melambaikan tangan. Kemudian keluar dari dalam kelas yang hanya tersisa dua gadis itu.

Setelah memastikan ketiga sahabatnya pergi. Lisa menatap Jennie sebelum melepaskan cekalan tangannya.

" Wae ? . "

Lisa mengerutkan keningnya mendengar suara Jennie terdengar sangat dingin. Tak biasanya gadis berpipi mandu itu bersikap acuh.

" Anniya.. " Lisa menggeleng kaku, entah apa yang sebenarnya ia lakukan sekarang. Tak mungkin ia resah hanya karna Jennie mengabaikannya.

Jennie menghembuskan nafas kasar. Ia beranjak berdiri sebelum lagi-lagi Lisa menahan pergelangan tangannya.

Jennie kembali menatap Lisa yang masih duduk di tempatnya itu. Raut wajahnya kesal. Ya. Jennie memang kesal, karna Lisa membatalkan janjinya semalam. Karna ulah Lisa, ia sama sekali belum membeli hadiah untuk sang ibu yang akan pulang besok dari New zealand.

" Kau marah padaku ?. " Tanya Lisa hati-hati, jujur saja ia melihat raut wajah Jennie sedikit takut. Dengan pelan ia melepaskan cekalan tangannya kemudian bangkit berdiri di hadapan gadis berpipi mandu itu.

Jennie menghembuskan nafasnya lagi. Menatap Lisa dengan seksama. " Apa perdulimu. ? "

Benar. Apa perduli Lisa. Bukankah ia sama sekali tak perduli jika orang lain marah padanya, kenapa sekarang ia seperti ketakutan jika Jennie memang marah.

Mengulum bibirnya. Lisa mengangguk pelan. " Ahh. Aku memang tak perduli. "

Jennie tersenyum sinis. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya melihat tingkah Lisa saat ini. Gadis berponi itu memang tak akan merasa bersalah sama sekali.

LISA ( Jenlisa )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang