16. Chapter sixteen

1.3K 190 36
                                    

🧸🐱

Gadis berponi yang memakai hoddie hitam menatap langit malam di balkon kamar apartemen miliknya. Dengan sebatang rokok yang masih sisa setengah di tangan serta satu botol soju sudah ia habiskan.

Setelah pertengkarannya dengan sang ayah beberapa jam yang lalu. Lisa memutuskan untuk pergi dari rumah ayahnya itu, membawa beberapa pakaian dan kebutuhan sekolahnya saja. Karna sebagian barang yang ada di kamarnya adalah barang yang di beli mengguanakan uang Seo Joon. Lisa merasa tak berhak menggunakan itu.

Menghembuskan nafas kasar, Lisa mematikan rokok yang sudah hampir habis. Ia memasuki kamar apartemen yang mulai saat ini adalah tempat tinggalnya. Beruntung ia memiliki apartemen itu, walapun sederhana setidaknya ia bisa tidur nyenyak disana. Entah untuk sementara atau selamanya, yang jelas saat ini ia tak ingin menginjakkan kakinya di rumah sang ayah. Bahkan Lisa tak ingin bertemu dengan Seo Joon.

Lisa duduk di tepi  ranjang, ia menatap koper berisikan pakaian serta beberapa paper bag yang belum ia rapihkan. Matanya terpaku pada dua paper bag disana, dengan langkah lesu, gadis berponi itu mengambilnya.

Matanya memanas saat mengeluarkan isi dari salah satu paper bagnya. Tak bisa di tahan, air mata gadis itu kini mengalir begitu saja, menatap pecahan piala serta kamera  yang di hancurkan oleh ayahnya sendiri. Lisa masih belum mengerti mengapa ayahnya begitu membencinya, hingga pada apa yang Lisa sukai.

Bahkan, Lisa selalu bertanya-tanya dalam hati. Kesalahan apa yang pernah ia perbuat hingga membuat sikap Seo Joon berbeda. Sejak kecil Lisa selalu mendapat perlakuan kasar dari sang ayah maupun ibunya. 

Lisa selalu mencoba bersikap baik dan menjadi penurut untuk mendapatkan perhatian dari ayah dan ibunya. Namum semua itu hanya sia-sia. semua yang dilakukannya selalu salah di mata orangtuanya dan itu menjadikannya menjadi gadis pemberontak sekarang.

Gadis berponi itu menyeka kasar airmatanya. jika ia bisa menahan tangisnya di depan semua orang, saat sendiri seperti ini Lisa akan menjadi sosok gadis rapuh. Ia bisa menangis seharian tanpa orang tahu.

Lisa bukan gadis kuat, ia hanya mancoba untuk tidak lemah. Karna sedari dulu Lisa merasa tak punya bahu untuk bersandar. tak punya tempat untuk pulang sekedar untuk bercerita dan berkeluh kesah. Lisa hanya memiliki dirinya sendiri yang ia andalkan untuk menampung semua beban yang suatu saat mungkin dirinya pun akan menyerah. Tapi tidak untuk saat ini.

Membuka paper bag yang lain. Lisa mengeluarkan kotak kaca yang berisi piala serta piagam penghargaan milik Chaeyoung yang di berikan padanya. ia berdiri, membawa kotak itu dengan hati-hati. Menyimpannya di atas meja kecil yang ada di dalam kamar.

Lisa memang sengaja membawa benda itu karna saat kakak kembarnya memberikannya pada Lisa, pada saat itu juga piala itu menjadi barang berharga milliknya.

" Mianhae Chaeyoung-ahh. Aku meninggalkanmu sekarang. " Gumamnya seraya megelus kotak itu.

Teringat lagi saat sebelum ia keluar dari rumah sang ayah. Chaeyoung membujuknya untuk tidak pergi dan mengabaikan apa yang ayahnya katakan. Kakak kembarnya itu bahkan menangis terisak memohon agar Lisa tak meninggalkannya.

" Dulu, kau bilang tak akan meninggalkanku barang sedetikpun Lisa. apa kau ingat itu ? "

" Kumohon. Jangan pergi dari rumah ini ." 

" Jangan berlebihan, aku masih sekolah disekolah yang sama. "

" Lalu kau akan tinggal dimana ? aku tak ingin kau jauh dariku Lisa."

" Jangan perdulikanku. Aku muak dengan semua itu sekarang."

Kembali air matanya menetes. Lisa dulu memang pernah berkata jika tak akan meninggalkan Chaeyoung bagaimanapun buruknya hubungan mereka berdua. Namun jika Seo Joon yang memutuskan Lisa untuk pergi, gadis itu tak punya pilihan lain. Mungkin ia akan menjaga kakak kembarnya itu dari kejauhan.

LISA ( Jenlisa )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang