🐱🧸
Lisa menyelesaikan sarapan paginya bersama Hae Sook dan Haruto. Setelah beberapa hari tinggal di rumah mantan maidnya itu. Lisa merasa hidupnya telah kembali.
Setiap pagi Hae Sook selalu menyiapkannya sarapan. Siang bahkan malam wanita tua itu selalu memperhatikan makan Lisa. Selalu ada canda dan tawa di setiap harinya. Si kecil Haruto memang selalu mencairkan suasana.
Kesederhanaan keluarga ini sempat membuat Lisa iri. Tidak perlu harta yang banyak, tidak perlu rumah mewah, tidak perlu dengan makanan mahal. Semua ini cukup jika mensyukurinya. Tak ada yang merasa kurang.
" Minum susunya. " Hae Sook meletakkan dua gelas susu coklat hangat. Satu untuk Lisa dan satu lagi untuk Haruto.
" Terimakasih. " Lisa tersenyum manis. Menyesap susu coklat yang selalu Hae Sook sediakan pada pagi dan malam hari.
" Nenek. Hari ini aku akan lomba melukis. " Haruto berseru. Sudut bibirnya kini ada bercak dari susu coklat yang pria kecil itu minum.
" Benarkah. ? " Hae Sook kembali duduk. Menatap sang cucu dengan penuh kasih sayang.
Haruto mengangguk yakin. Namun sedetik kemudian pria itu mempautkan bibirnya. " Tapi aku masih bingung harus menggambar apa. "
Lisa tersenyum tipis melihat ekspresi wajah lucu Haruto. " Kau bisa melukis sesuai dengan apa yang kau suka."
Haruto menatap Lisa, mengembungkan pipinya seolah berfikir. " Tapi Noona.. aku tidak tahu apa yang aku sukai."
" Eumm.. mungkin tokoh kartun. Suasana alam, atau apa saja yang ada di pikiranmu. "
Seolah mendapat ide. Haruto mengembangkan senyumnya. " Aku tahu.. "
Pria kecil itu menghabiskan susu hangatnya sekaligus. Mengambil ransel sekolahnya dan memakainya sebelum menghampiri sang nenek.
" Aku harus berangkat. "
Hae Sook mengangguk. Mencium kedua pipi serta Haruto dengan lembut. Mengusak rambutnya pelan dengan penuh kasih sayang. " Semangat, tidak apa-apa jika kau kalah. Kau hanya harus menampilkan sisi terbaikmu. "
Haruto mengangguk yakin. Bergantian mencium pipi serta kening sang nenek. Yang membuat Lisa terharu melihat kedekatan mereka. Padahal pada kenyataannya Haruto dan Hae Sook tak memiliki ikatan darah. Namun kasih sayang yang mereka berikan satu sama lain terlihat sangat tulus.
" Boleh aku mengantarmu hari ini. ? " Lisa bertanya.
Haruto terlihat berfikir. Menatap sang nenek seolah meminta jawaban. Bukan tak mau, Haruto senang saja jika Lisa menemaninya ke sekolah. Hanya saja Haruto tidak ingin merepotkan.
" Boleh.. " Hae Sook yang menjawab. Membuat senyum bahagia terpatri di wajah pria kecil itu.
Lisa tersenyum. Susu hangatnya sudah habis ia minum. Bangkit dari duduknya. Lisa menghampiri Haruto, menggenggam tangan mungil pria kecil yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.
" Kami berangkat. " Lisa dan Haruto berpamitan.
Hae Sook menatap keduanya dengan penuh haru. Melihat bagaimana Haruto terlihat senang ketika bersama Lisa. Dan bagaimana ia bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari mata gadis berponi itu yang sudah lama menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LISA ( Jenlisa )
Fiksi PenggemarKetika menjadi seorang yang berbeda dengan yang sebenarnya. Sulit sekali. Hanya saja, waktu mengajarkan untuk menjadi terbiasa.