Malam hari di akhir minggu membuat jalan besar dan tempat khusus pejalan kaki tampak ramai sekarang. Lampu-lampu yang ada di sepanjang jalan seolah saling beradu terang dengan pertokoan dan juga lampu dari kendaraan yang melintas. Berbagai aroma makanan terhirup oleh seorang wanita yang sedang melangkah sambil membawa kantong plastik berisi minuman di sana. Suasana hatinya terlihat baik jika dilihat dari senyuman kecil yang terpancar sesekali di wajahnya. Dia berjalan lebih cepat supaya bisa tiba di rumah dan menikmati minuman alkohol pertamanya dengan sang Ayah.
"Aku pulang..." Wanita itu membuka pintu utama dan merasakan hawa sepi yang tidak biasa.
"Ayah, aku pulang...." Ucapnya lagi sambil berkeliling ke setiap ruangan yang ada.
"Apa aku tiba lebih awal darinya hari ini?" Dia mengecek lagi jam tangan serta jam dinding di sana.
Wanita itu mulai menuju ke kamarnya namun anehnya, pintu itu justru terkunci.
"Oh? Kenapa tidak bisa dibuka?"
Selagi berusaha mendorong pintu itu, terdengar sesuatu yang terjatuh dari arah dapur. Dia menghentikan kegiatannya karena suara itu terdengar berbeda sekarang. Dengan perlahan, dia berjalan ke sana sambil membawa sebuah tongkat golf yang di ambilnya selagi melangkah.
"Ayah?" Dia berusaha memanggil namun tidak ada jawaban sama sekali.
Wanita itu keluar dari balik tembok dan mendapati kondisi kursi di meja makan yang sudah terjatuh ke lantai. Padahal saat dia ke sana tadi, kondisinya tidak seperti itu. Pintu belakang juga terlihat terbuka dengan adanya cairan pekat yang mengarah keluar rumah.
"A-ayah? Apa kau di sana?"
Dia berjalan lagi namun lebih perlahan karena masih waspada dengan sekitarnya. Saat baru saja hendak keluar dari pintu sana, tiba-tiba ada yang mendorongnya dari belakang dan seseorang langsung mendekapnya dengan erat lalu menempelkan sesuatu di mulutnya. Dengan cepat, wanita itu berontak dan berhasil melepaskan diri. Dia melihat ada beberapa pria di area belakang rumahnya yang tidak terdapat penerangan sama sekali di sana.
"Si-siapa kalian?" Dia dengan berani mengacungkan tongkat yang masih di pegangnya ke arah mereka.
"Jangan melawan, Park Chorong. Atau Ayahmu akan terluka" Suara dari arah samping membuatnya menoleh ke sana.
Tiba-tiba muncul cahaya lampu yang berasal dari beberapa senter. Wanita itu berusaha mengenali sekitarnya dan pandangannya berhenti pada sosok pria paruh baya yang sedang berlutut dengan wajah penuh luka.
"Ayah? A-ayah!!" Dia yang ingin menghampiri namun tampak terhalang oleh beberapa orang.
"Minggirlah! Dia Ayahku!!"
Seseorang di dekat Ayahnya langsung memberi pukulan kencang ke bagian kepala sampai pria paruh baya tadi langsung tersungkur di atas tanah.
"Ayah!!" Chorong semakin berteriak kencang saat melihat hal itu tepat di depan matanya. Dia selalu berontak untuk bisa mendekat ke sana tapi usahanya sia-sia saja karena beberapa pria yang sudah mengelilinginya memiliki postur tubuh yang lebih besar darinya.
"Aku memberikan hukuman kepada Ayahmu karena dia tidak menjalankan tugasnya dengan baik"
"A-apa maksudmu?"
"Kau sudah tahu pekerjaan Ayahmu sebagai pembunuh bayaran dan kali ini dia menolak untuk melukai target yang ku perintahkan hanya karena wanita"
"Apa?"
"Targetku selanjutnya merupakan seorang wanita yang pernah meminjam uang dari klienku tapi tidak pernah dikembalikan sampai saat ini. Dia selalu berpindah tempat tinggal dan membuatku sulit untuk menemukannya. Dan aku sudah mengetahui lokasinya kemarin, namun Ayahmu menolak hal itu dan memilih untuk melindungi target yang hendak pergi lagi mencari tempat tinggal baru"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Flower
Fanfiction[COMPLETED] Jatuh cinta dengan seorang pembunuh yang menghilangkan nyawa Ibunya harus di alami oleh seorang pria bernama Kim Junmyeon. Dia mengenal Park Chorong, wanita sederhana penjual bunga yang rupanya ingin menjalani hidupnya jauh dari kejahata...