6. The Actual Prove

47 11 0
                                    

"Jadi, kau hanya tersesat saat mencari alamat dan berakhir bertemu dengan orang mencurigakan di rumah itu? Lalu, seperti apa rupa orang yang memukulimu itu? Apa kau bisa melihatnya dengan jelas di saat kondisi sekitar rumah yang sangat gelap?"

Chorong sudah di bawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Dia merasa sangat tidak beruntung dengan berada di situasi seperti ini. Tapi tetap harus menjaga kerahasiaan hidupnya supaya tidak membuatnya tertangkap lebih lama di sana. 

"A-aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena orang itu mengenakan masker"

"Kalau begitu, bagaimana dengan caramu bisa datang ke area sana? Apa dengan menggunakan bus umum?"

"Iya"

"Jam berapa kau tiba di rumah itu?"

"Aku tidak tahu. Aku tidak sempat mengecek ponselku lagi"

"Apa ada yang bisa mengkonfirmasi tujuanmu datang ke area sana? Dimana tempatmu bekerja?"

Chorong tidak menyangka kalau proses tanya-jawab ini akan berlangsung lebih lama dari yang dia duga. 

"Apa aku boleh pulang sekarang? Dokter yang mengobatiku tadi menyuruhku untuk segera beristirahat di rumah"

"Baik, maaf karena menunda waktu kepulanganmu. Kami akan menghubungimu lagi kalau memerlukan penyelidikan lagi. Kau bisa pergi sekarang"

"Terima kasih" Chorong berdiri dengan lemas. Bahkan cara jalannya masih sedikit pincang karena efek tendangan kencang yang mengenai area perutnya tadi. Dia merasa mual dan kepalanya sakit karena sudah lama sekali tidak terluka seperti ini lagi. 

Saat baru saja keluar dari kantor polisi, ponselnya berbunyi tanda ada yang menghubunginya. Nomor tidak tersimpan muncul di layar. Chorong harus menjauh lagi sebelum menjawab panggilan yang masuk itu. 

"Halo?"

"Bagaimana proses interogasi di dalam tadi, Park Chorong? Apa kau sudah bisa merasakan betapa menyeramkannya mereka saat mengajukan pertanyaan? Itu lah yang akan menjadi masa depanmu nanti kalau kau tidak menyetujui permintaanku"

Chorong memperhatikan sekitarnya yang jarang orang melewati area parkiran. 
"Kau berusaha menjebakku. Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

"Hanya hal sederhana, Park Chorong. Bergabunglah dengan kelompokku"

"Kau benar-benar keterlaluan! Sebaiknya aku melaporkanmu ke petugas polisi sekarang supaya kau tidak bisa menggangguku lagi"

"Apa kau yakin?"

"Ya, tentu saja. Aku tidak takut padamu"

"Sidik jari dan jejak sepatumu masih ada di rumah itu sampai sekarang"

Chorong terdiam dan mengurungkan niat untuk masuk kembali ke gedung di belakangnya. 

"Datanglah untuk menemuiku besok dan katakan sekali lagi hasil keputusanmu. Kau beruntung masih ku biarkan hidup, Park Chorong. Pria yang melawanmu tadi sudah ku perintahkan untuk membunuhmu. Kalau polisi tidak cepat datang, mungkin mayatmu yang akan mereka temukan di sana dan kasus tidak bisa terselesaikan sampai kapan pun karena pelaku utama pembunuhan sudah meninggal di tempat"

Wanita itu masih terdiam namun sambil memegang ponselnya dengan sangat erat. Rasa kesal sekaligus bencinya semakin muncul dengan mengingat tentang kehidupannya sendiri yang sudah terusik oleh pria ini lagi. 

"Aku akan kirim alamatnya melalui pesan teks. Datanglah tepat waktu tanpa menggunakan kendaraan roda dua mu. Kita memerlukan privasi supaya bisa tetap aman dari kejaran polisi. Kau pasti mengerti maksudku dengan baik"

The Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang