14. The Second Threat

36 9 0
                                    

Chorong membuka kedua matanya seperti terkejut akan sesuatu. Suara ketukan pintu yang berulang membangunkannya dari tidur. Entah berapa lama dia memejamkan mata tadi tapi saat mengecek ponselnya, sudah menunjukkan waktu malam sekarang. 

"Apa kau sudah tidur, Park Chorong?"

Suara pria di luar membuatnya harus segera menemui tamunya itu. 

"Oh? Maaf. Apa kau sedang beristirahat?" Junmyeon sedikit terkejut melihat penampilan berantakannya. 

"Ada apa?"

"Ka-kau sudah menyetujui ajakanku tadi sore untuk keluar malam ini. Apa kau lupa?"

Chorong terdiam memikirkan hal itu. 

"Kalau kau merasa lelah, kita bisa melakukannya besok"

"Tidak. Tunggulah di sini" Chorong menutup kembali pintu dan menuju kamarnya lagi. 

Dia terdiam di pinggir tempat tidur sambil mengusap wajahnya selama beberapa kali. Mimpi buruk tadi terasa sangat nyata. Bahkan suara letusan senjata api itu mulai menakutinya lagi. Padahal dia tidak berharap banyak mengenai kehidupannya saat ini dan merasa pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti. Namun sepertinya dia masih terlalu takut untuk mati dan tidak ingin mengakhiri hidup dengan cara yang sama seperti Ayahnya waktu itu. 

Setelah hampir 30 menit berlalu, Junmyeon akhirnya mendapati suara pintu terbuka dari belakangnya. Penampilan santai Chorong mulai bisa membuatnya gugup dengan hanya memikirkan banyak pembicaraan dengan Ayahnya tadi. Aroma sabun dan parfum wanita ini semakin menambah degup jantungnya bergerak tidak karuan sekarang. 

"Apa kau tidak membawa mobil?" Pertanyaan Chorong menyadarkan lamunannya. 

"A-ada di sebelah sana...." Pria itu menunjukkan jalan sampai mereka berdua sudah berada di dalam mobil yang sama. 

"Kemana kita akan pergi?"

"E-entahlah. Mungkin ke restoran dekat sini. Kau pasti lapar, benar kan?"

Chorong hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan. Dia membutuhkan tempat aman seperti itu dan selalu terdiam selama perjalanan berlangsung. 

"A-apa pendinginnya terlalu kencang mengarah padamu?"

"Tidak"

"Apa kau bisa duduk dengan nyaman?"

"Iya..."

Hanya pembicaraan singkat seperti itu saja yang terjadi sampai mobil tiba di area parkir sebuah tempat makan. 

"Tempat ini tidak terlalu ramai sekarang. Jadi kita bisa makan dengan nyaman di sini"

Chorong sudah menempati kursi di hadapan pria ini dan memperhatikan sekitarnya yang hanya terdapat beberapa meja yang sudah terisi. Beberapa pelayan juga terlihat selalu mengawasi para pengunjung yang sedang makan di masing-masing meja. 

"Pesanlah makanan apapun yang kau inginkan malam ini. Aku akan mentraktirmu"

Menu di depannya menunjukkan banyak deretan nama makanan yang cukup asing baginya. Chorong juga hanya memilih makanan yang paling murah harganya dan membiarkan pria itu melanjutkan sisanya. 

"Terima kasih..." Junmyeon sudah menyelesaikan pesanan lalu memperhatikan Chorong lagi. 
"Apa ini pertama kalinya kau datang ke sini?"

"Iya"

"Jangan salah paham. Aku hanya bertanya tanpa mempunyai maksud apapun"

"Aku tahu..."

Junmyeon merasa pemikiran wanita ini sangat sederhana sampai tidak mudah tersinggung dengan setiap ucapannya. 

The Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang