-- Pagi hari --
Tidur nyenyak semalam rupanya menjadi pertanda buruk bagi Chorong saat sudah membuka kedua matanya kembali. Dia terbangun dengan berada di tempat lain sekarang. Borgol yang mengikat kedua tangannya juga sudah terpasang di sana entah sejak kapan. Tubuhnya terasa pegal saat memikirkan kembali bagaimana caranya dibawa dan didudukkan di atas kursi sana dalam keadaan yang masih tertidur lelap. Dia memperhatikan ruangan kosong yang hanya terdapat meja dan kursi lain di hadapannya itu. Dia juga meneliti pakaiannya kembali yang masih mengenakan kaos serta celana panjang dari pemberian Junmyeon semalam.
Satu-satunya pintu di sana mulai terbuka dari luar. Pria yang 'membantunya' untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat istirahat kemarin tampak masuk ke sana. Penampilan Junmyeon terlihat lebih segar dan rapih dengan setelan jasnya. Berbeda sekali dengan wanita ini yang bahkan belum mencuci wajahnya sedikitpun setelah bangun tidur tadi.
Chorong menatap dengan bingung pria yang langsung duduk di hadapannya dan enggan menatapnya lebih lama ini. Lalu muncul beberapa orang lain dari pintu dengan adanya kursi dan meja tambahan juga di sana. Para anggota polisi memilih untuk memisahkan diri dari mereka berdua sambil membawa beberapa berkas di tangan masing-masing.
"Kita bisa mulai sekarang"
"Baiklah"
Kedua polisi yang tidak jauh dari Chorong melakukan pembicaraan singkat.
"Park Chorong. Apa benar itu nama aslimu?"
Pertanyaan pertama datang dari polisi lain. Wanita itu masih belum tahu situasi apa yang dihadapinya sekarang jadi belum bisa membuka suaranya sedikit pun.
"Aku tanya sekali lagi, tolong kerja samanya, Nona Park Chorong. Apa itu benar nama aslimu?"
"I-iya, benar..." Dia akhirnya berbicara.
"Nama Ayahmu adalah Park Jungsoo dan Ibumu Kim Jieun"
Chorong melirik ke arah depannya dan masih melihat sikap Junmyeon yang acuh padanya.
"Be-benar""Berdasarkan beberapa bukti yang telah kami kumpulkan selama ini, Ayahmu merupakan salah satu anggota dari kelompok pembunuh berencana. Dan apakah benar kalau sketsa ini merupakan gambar wajah mendiang Park Jungsoo?"
Chorong melihat kertas yang di angkat salah satu polisi ke arahnya. Dia melihat kertas itu yang sudah usang dengan gambar wajah Ayahnya di sana.
"Be-benar...."
"Kalau begitu, apa kau mengenal rekaman kamera pengawas ini?"
Wanita itu kembali memperhatikan apa yang ditunjukkan petugas polisi padanya. Dari layar laptop di meja lain, terdapat rekaman kamera pengawas jalan yang membuktikan kesalahannya di masa lalu. Dia tidak menjawab dan hanya menundukkan kepalanya sekarang.
"Kau dibawa ke sini karena telah terbukti melakukan pembunuhan pada mendiang Jeong Jina 10 tahun yang lalu. Kami ingin menggali motif pembunuhan itu dan bagaimana kau bisa melanjutkan hidup selama ini di toko bunga itu"
Chorong masih terdiam. Tapi dia sudah mempersiapkan segala resiko dan memberanikan diri untuk berbicara lebih banyak di sana. Dia memulai cerita dengan adanya ancaman dari pria pemimpin kelompok penjahat itu yang akan membunuh Ayahnya di saat usianya beranjak 20 tahun. Dan dia secara terpaksa merelakan dirinya untuk menggantikan sang Ayah dalam melakukan tindakan pembunuhan itu. Harapan untuk hidup bebas dengan Ayahnya justru sirna dalam waktu singkat karena pria pemimpin kelompok tampak mengkhianatinya dan langsung membunuh sang Ayah di tempat.
Para polisi dan Junmyeon mendengarkan dengan baik. Tapi pria di depan Chorong harus rela menelan banyak kepahitan setiap kenangan buruk itu terbuka lagi di sana dan membuatnya bisa membayangkan kembali bagaimana sang Ibu langsung kehilangan nyawanya saat peristiwa itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Flower
Fanfiction[COMPLETED] Jatuh cinta dengan seorang pembunuh yang menghilangkan nyawa Ibunya harus di alami oleh seorang pria bernama Kim Junmyeon. Dia mengenal Park Chorong, wanita sederhana penjual bunga yang rupanya ingin menjalani hidupnya jauh dari kejahata...