26. He's Changing The Attitude

46 9 0
                                    

-- Rumah Sakit --

Depan pintu sebuah ruang rawat khusus tampak dijaga oleh anggota kepolisian. Setelah pekerja medis keluar dari sana, mereka yang ada di dalam mulai terlibat percakapan serius. Ada dua orang yang baru saja tiba dan sangat terkejut melihat kondisi wanita yang sedang terbaring di atas sebuah tempat tidur. 

"Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang sudah melukainya?" Tanya Junmyeon lebih dulu. 

"Ada beberapa pria dari sel lain tiba-tiba menyerangnya saat jam makan siang tiba. Mereka merupakan para komplotan pembunuh berencana yang kami tangkap di restoran waktu itu" Salah satu petugas polisi memberikan jawaban. 

"Apa saat itu dia sedang sendirian?"

"Tidak. Beberapa teman satu selnya juga terluka ringan dan sudah mendapat perawatan lebih dulu. Sementara untuk Park Chorong, kami harus membawanya ke sini karena para pria itu menyerangnya secara brutal. Mereka membawa senjata tajam sampai rekan kami juga sulit untuk melumpuhkan mereka"

"Apa kalian bercanda? Apa keamanan di dalam sel sangat lemah sampai salah satu tahanan kalian bisa hampir mati seperti ini?"

"Maafkan kami, tuan Kim. Kami sedikit terlambat tiba di sana dan Park Chorong sudah tidak sadarkan diri saat kami berhasil melakukan perlawanan"

Junmyeon menghela nafasnya pelan dan memperhatikan kembali seberapa banyak perban dan plester yang terpasang pada area wajah dan lengan satu-satunya wanita di sana. Di sisi kedua mata Chorong juga terdapat luka lebam yang entah bagaimana dia mendapatkannya tadi. 

"Apa motif mereka melakukan penyerangan itu, pak petugas?" Tanya Ayah Junmyeon. 

"Masih sama seperti sebelumnya, tuan. Mereka sepertinya masih memiliki niatan untuk membunuh Park Chorong"

"Bagaimana dengan proses hukuman pada mereka? Apa itu artinya mereka akan semakin di beratkan dari tindakan mereka tadi?"

"Tentu saja, tuan. Mereka bisa menerima hukuman lebih lama dari tindakan mereka sebelumnya"

"Bagaimana dengan hukuman bagi Park Chorong?" Ayah Junmyeon sempat mendapat tatapan dari anaknya saat mengajukan pertanyaan ini. 

"Kami belum mendapat kabar lagi dari pengadilan. Dan sepertinya sidang kedua akan ditunda karena adanya insiden ini. Kami harus membuat laporan mengenai hal itu dan kembali ke kantor sekarang. Kami akan selalu mengawasi siapa saja yang mengetahui kejadian ini dan membatasi orang yang akan menjeynguk ke sini"

"Baiklah.."

Kedua polisi di sana mulai pamit keluar sementara salah satu rekan mereka tetap menjaga pintu depan karena pasien merupakan tahanan mereka yang masih mendapat hukuman di penjara. 

"Aigoo... Malang sekali nasibnya. Aku tidak habis pikir bagaimana dia harus menghadapi hal ini meskipun sedang dalam situasi yang sulit" Ayah Junmyeon menjalankan roda di kursinya untuk mendekat ke arah tempat tidur. 

"Bagaimana bisa kau di telepon oleh pihak polisi, Ayah? Apa kau meninggalkan data diri dan meminta mereka untuk menghubungimu kalau ada yang terjadi pada wanita ini?"

"Entahlah. Aku hanya pernah mengunjunginya sekali dan mengatakan pada polisi kalau aku merupakan wali yang bisa dipercayai nya"

"Apa?"

"Aku merasa beruntung karena mereka meneleponku lebih dulu tadi" Pria tua itu memperbaiki selimut dan memegang tangan Chorong sebentar. 

"Proses hukum padanya masih berjalan, Ayah. Jangan membuat semua ini semakin rumit. Kau harus ingat kalau dia lah yang membunuh Ibu waktu itu"

The Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang