9. Growing Up

35 10 0
                                    

"Apa kau perlu mengisi semua vas itu hari ini, Ayah? Kenapa kau menghabiskan banyak uang hanya untuk berbelanja di toko bunga itu tadi?" Rasa penasaran Junmyeon justru langsung beralih kepada Ayahnya saat mereka sudah kembali ke rumahnya lagi. 

"Aku hanya ingin suasana rumah ini tidak membuatku merasa lebih kesepian. Wanita itu juga yang memberiku saran lebih dulu dan membuatku ingin merubahnya atas keinginanku sendiri"

"Tapi tidak seharusnya kau memberikan tips dalam jumlah banyak kepada karyawan itu saat di toko tadi"

"Tidak apa, Junmyeon. Aku mengeluarkan uangku sendiri untuk keperluanku. Jadi berhentilah mengomentari apa yang ku lakukan tadi"

"Ayah, aku lapar..." Jaehyun mendekat sambil memegangi perutnya sendiri. 

"Aku mempunyai banyak cemilan manis di lemari pendingin. Ambilkan untuknya. Aku akan menunggu kedatangan wanita itu di sini"

Junmyeon menuruti ucapan Ayahnya dan berjalan ke arah dapur bersama dengan Jaehyun. 

"Ayah, apa Kakek bisa memasak sendiri dari kursi roda? Bagaimana caranya untuk makan di meja makan?"

"Entahlah. Ku dengar Kakekmu menjadi pelanggan tetap di sebuah restoran yang hanya menyajikan menu sarapan di sana. Dan mereka bisa mengantar makanan juga ke rumah"

"Benarkah? Kenapa Kakek tidak tinggal bersama kita?"

"Dia tidak ingin meninggalkan rumah ini karena banyak barang peninggalan Nenekmu di gudang belakang dan akan memerlukan ruangan lagi di rumah kita nanti"

"Kenapa kita tidak pindah ke sini dan tinggal bersama Kakek?"

"Aku tidak bisa melakukannya karena kematian Nenekmu masih terasa seperti mimpi buruk bagiku sampai sekarang"

"Bagaimana Nenek meninggal? Bukankah dia mengalami kecelakaan mobil?"

"Entahlah. Aku tidak ingin mengingatnya. Makanlah kue ini. Aku akan mengecek Kakekmu sebentar"

Jaehyun sudah duduk di meja makan dan dengan lahap menikmati kue manis yang disediakan oleh Ayahnya. Meskipun sendirian, dia tetap bisa makan dengan nyaman di sana. 

Sementara itu di area luar, sebuah sepeda motor terlihat baru saja berhenti di dekat rumah besar ini. Chorong melepas helmetnya dan langsung bisa melihat adanya pria berseragam seperti pelayan tadi yang sedang berdiri di dekat sebuah mobil. 

"Apa dia merupakan sopir pribadi mereka?" Ucapnya pelan. 

Dia pun segera turun dari motor dan mempersiapkan barang apa saja yang akan dibawanya. 

"Apa ada yang bisa ku bantu, nona?" Pria yang dilihatnya tadi tampak mendekat. 

"Aku merupakan sopir pribadi dari keluarga ini. Kau tidak perlu takut padaku" Ucapnya lagi.

"Aku bisa membawanya sendiri ke dalam"

"Tapi sepertinya kau akan kesulitan membawa semua bunga di dalam kotak kayu ini"

"Tidak. Biar aku saja"

"Aku tetap memaksa, nona Chorong. Ini merupakan tugasku sebagai pekerja pribadi di keluarga tuan Kim"

"Bagaimana kau tahu namaku?"

Pria itu terdiam. Begitu juga dengan Chorong yang mulai mencurigainya. Kemudian pria itu tersenyum kecil sekarang. 

"Tuan besar sempat menyebut namamu beberapa kali saat di toko tadi. Tidak mungkin bagi siapa saja yang berada didekatnya tidak mendengar hal itu"

Chorong belum menanggapi apapun dan memilih untuk membiarkan pria ini yang membawakan kotak kayu dari jok belakang motornya ke dalam rumah. 

The Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang