16. Living In That House

51 9 0
                                    

Kegiatan makan siang akhirnya di mulai. Menu bakaran menambah hangat suasana padahal cahaya matahari sudah menyorot kota itu sejak tadi. Tempat berteduh bagi mereka cukup nyaman jadi banyak terjadi interaksi di sana. Terutama untuk Ayah Junmyeon yang bisa selalu terlihat berbicara akrab dengan mantan menantunya yang kebetulan ikut hadir. Junmyeon juga sesekali memperhatikan anaknya yang kesulitan menggigit sosis berukuran besar yang di pegangnya. Sementara untuk Chorong, dia hanya makan sedikit dalam diam sambil sesekali melihat area taman belakang itu yang cukup luas di sana. 

"Jadi, apa keputusanmu, Junmyeon? Apa kau benar-benar akan mendahuluiku untuk menikah lagi?" Pertanyaan dari sang mantan istri sedikit mengejutkannya. 

"Tidak. Aku hanya belum terpikirkan sampai tahap sana dan memilih untuk menjalani hubungan dengan santai"

"Benarkah? Bagaimana denganmu, Park Chorong? Apa kau juga menyukai mantan suamiku ini?"

"Apa?" Wanita yang ditanya terlihat bingung. Dia mendapat banyak tatapan penasaran di meja itu. 

"A-aku tidak pernah terpikirkan sebelumnya untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Jadi, mungkin aku harus melewati pertanyaan seperti itu lagi untuk ke depannya"

"Ternyata perasaanmu sudah ditolak, Kim Junmyeon. Apa kau benar-benar menyukainya hanya karena dia terlibat dalam bahaya kemarin? Mungkin karena kau hanya mengasihaninya jadi wanita ini tidak bisa menerima perasaanmu dengan baik"

Junmyeon merasa tidak nyaman setiap mantan istrinya berbicara. Dia sesekali melihat ke arah Chorong untuk memperhatikan ekspresi yang di tunjukkannya. Namun wanita ini tampak santai sampai Junmyeon harus menelan kekecewaan dengan harapannya yang terlalu tinggi mengenai perasaannya tadi. 

"Jaehyun, bukankah gigi barumu sudah tumbuh? Kenapa kau sulit menggigit makanan?" Joohyun mulai mendekat dan memotong sosis di piringnya. 

"Ibu, aku ingin jus"

"Baiklah, akan ku ambilkan di dapur. Tunggulah di sini"

"Tidak. Aku ingin menemanimu"

"Baiklah, ayo...."

Kedua Ibu dan anak itu mulai pergi meninggalkan meja makan. Hanya tersisa tiga orang dewasa saja di sana. Ayah Junmyeon belum berani membuka suara karena juga sibuk memakan makanannya. Sementara Chorong mulai izin ke toilet untuk ikut menjauh dari suasana yang canggung di sana. 

Junmyeon sesekali menghela nafasnya pelan.

"Kenapa pekerja memilih menu sosis ini sebagai makan siang? Hei, apa kau tidak mempunyai daging lain? Aku ingin memakan selain menu ini sekarang"

Pekerja di dekatnya dengan sigap mengganti piring sang tuan rumah dengan peralatan lain yang sudah berisi potongan daging. Junmyeon mulai melahap tanpa sisa dan membiarkan mulutnya penuh dengan makanan. 

"Kau bertingkah seperti anak kecil di depanku. Apa ada yang mengganggu hatimu sekarang?"

Junmyeon meraih gelas berisi air di dekatnya dan meminumnya perlahan untuk memasukkan semua makanan tadi ke dalam perutnya. 

"Kau terlalu cepat mengambil kesimpulan sampai sudah merasa kecewa seperti ini. Cobalah untuk berusaha mendekatinya lebih jauh. Memang tidak sulit mengambil hati wanita di saat statusmu sudah pernah menikah sebelumnya. Jadi jangan menyerah terlalu awal supaya rasa kecewamu itu tidak membuat suasana hatimu memburuk nantinya"

"Memberi nasehat seperti itu memang mudah untuk di ucapkan, Ayah. Aku hanya berharap terlalu besar tadi dan bahkan belum memulai apapun sekarang. Apa kau akan tetap memberi dukungan supaya aku bisa menetapkan perasaanku pada wanita itu?"

The Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang