"Oekk!"
"Oeek!"
Jeno memasuki rumahnya dan disambut dengan suara tangisan.
Kaki panjangnya segera melangkah menuju kamar utama.
Ketika membuka pintu, pemandangan nya langsung dipenuhi dengan kekacauan kecil diatas tempat tidur.
Pakaian putranya berserakan begitu juga dengan penampilan Karina.
Wanita cantik itu terlihat kurus dan stress.
Wajahnya lusuh dan tak luput dari air mata yang mengalir.
"Hei, aku pulang."
Karina melihat Jeno yang datang seperti melihat sebuah malaikat penolong untuknya.
"Sabar ya, aku bersih bersih dulu."
Jeno melepaskan pakaiannya kemudian bersih bersih.
Karina dengan segala kesabaran dan kemampuannya untuk membuat putranya bisa tenang.
"Sini, aku bantuin."
Jeno dengan senang hati membantu istrinya.
Karina hanya duduk dan melihat Jeno yang membuat Vano tertidur dengan begitu cepat.
Dengan perlahan, Jeno memindahkan tubuh kecil itu kedalam box bayi.
Ia begitu cepat melakukan nya dan tak merasa keberatan saat membantu Karina.
"Capek ya? Mau istirahat? Tapi, kamu udah makan malam kan?"
Jeno mengelus pipi Karina dengan lembut.
Senyumannya tak luput setiap kali memandangi wajah cantik itu.
"Jen, aku gak bisa."
Mimik Jeno berubah menjadi bingung mendengarnya.
"Gak bisa apa sayang? Hmm... Jangan ngomong begitu. Kamu bisa kok."
Karina menggeleng dengan air matanya yang kembali bercucuran.
"Bisa apanya? Masa cuman diemin anak enggak bisa? Aku payah banget. Cuman bisa repotin kamu doang. Memangnya kamu enggak capek setiap pulang kantor denger tangisan? Aku memang payah banget."
Jeno mengelus punggung tangan istrinya.
"Enggak. Aku gak capek kok. Tugas suami kan juga ada dirumah. Enggak cuman kerja di kantor, tapi di rumah. Kamu enggak payah. Kalau kamu payah, gak mungkin kamu masih bisa hidup sampai sekarang buat urus Vano."
"Kamu enggak harus jadi istri yang bisa semua pekerjaan. Gak masalah kalau aku dengar Vano nangis setiap pulang."
Karina semakin menangis mendengar jawaban Jeno yang masih mau membantunya.
Ini sulit baginya.
Ia mendapatkan gangguan setelah melahirkan dan sangat mengusik kehidupan.
Setiap hari, ia harus bergelut dengan pikiran.
Apa aku bisa menjadi ibu yang baik?
Gimana kalau anak aku besar dan gak suka sama cara didik aku?
Kalau anak aku tinggalin aku gimana?
"Maaf. Aku minta maaf. Aku payah Jen. Aku gak bisa apa apa. Aku terlalu takut."
Jeno mengkhawatirkan istrinya yang selalu kesulitan didalam rumah.
"Gak apa apa. Aku ada disini. Kamu gak usah takut lagi. Jangan salahin diri kamu kalau Vano nangis."
Karina memeluk tubuh Jeno seerat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
couple? NCT DREAM X AESPA[End]
Roman pour AdolescentsAsrama? Delapan remaja yang harus tinggal jauh dari rumah dan keluarga mereka. Hidup di sebuah asrama mewah dengan banyak peraturan yang membuat mereka juga malas untuk mengikutinya. Kesulitan dihadapi setiap saat. Mereka tidak bisa berkomunikasi de...