GAGAKSETA-2
MELESTARIKAN CERITA SILAT INDONESIA
STSD-02
SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH
(Lanjutan TADBM)
karya mbah_man
Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo
STSD Jilid 2
Bagian 1
"TANGKAP pembunuh..!!" yang lainnya pun ikut berteriak sambil mengangkat senjata di tangan kanan mereka tinggi-tinggi.
Untuk beberapa saat Ki Rangga dan kawan-kawannya justru telah membeku. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dan hanya diam di tempat saja sambil menunggu.
Sejenak kemudian orang-orang yang berlari-larian itu telah sampai di tempat Ki Rangga dan kawan-kawannya berdiri. Dengan segera mereka berkerumun sambil mengacu-acukan senjata mereka.
Sekilas Ki Rangga dan kawan-kawannya segera melihat bahwa mereka adalah sekumpulan orang-orang padukuhan yang masih lugu, dilihat dari jenis senjata yang mereka bawa. Kebanyakan dari mereka membawa parang pembelah kayu, linggis dan bahkan sabit rumput serta dua orang justru telah membawa cangkul.
Agaknya mereka begitu tergesa-gesa atau bahkan tidak menutup kemungkinan mereka sedang dalam perjalanan ke sawah atau ke pategalan dan kemudian seseorang telah mempengaruhi mereka.
"Ki Sanak semua," berkata Ki Waskita kemudian dengan suara sareh sambil maju selangkah, "Apakah sebenarnya yang telah terjadi, sehingga Ki Sanak semua telah berbondong-bondong menuju ke tempat ini?"
"Tidak usah berpura-pura kakek tua!" geram seorang yang berperawakan tegap dan masih cukup muda sambil melangkah ke depan, "Kalian berlima akan kami bawa ke banjar padukuhan untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan kalian."
"Sebentar Ki Sanak," berkata Ki Waskita tetap dengan nada yang sareh, "Perbuatan apakah yang harus kami pertanggung-jawabkan?"
"Kalian telah membunuh orang itu!" bentak orang bertubuh kekar itu sambil menunjuk orang yang duduk di bawah pohon dan telah menjadi mayat.
"Kalian salah sangka," jawab Ki Waskita, "Kami berlima justru terheran-heran mendapatkan orang itu telah menjadi mayat."
"Bohong!" kembali orang berperawakan tegap itu membentak, "Ada seseorang yang telah memberitahu kami bahwa kalian lah yang telah membunuh orang itu."
Ki Waskita mengerutkan keningnya sejenak. Katanya kemudian, "Siapakah diantara kalian yang melihat kami telah membunuh orang itu?"
Serentak orang-orang yang berkerumun itu saling pandang sambil mencoba mengenali orang-orang yang berada di dekat mereka. Agaknya mereka sedang mencari seseorang diantara mereka.
"Dimana dia?" geram orang berperawakan tegap itu sambil menebarkan pandangannya ke sekeliling.
"Ya, mana orang tadi?" seseorang yang lain telah menyahut.
"Siapa?" yang lain justru balik bertanya
"Orang yang memberitahu kita bahwa di bulak telah terjadi rajapati," sahut yang lain.
Segera saja terdengar suara bergeremang di antara mereka. Ternyata orang yang sedang mereka cari itu justru tidak ada di antara mereka.
"Gila!" kembali orang tegap itu menggeram, "Kemana perginya orang itu, he? Dia harus bertanggung jawab atas semua kejadian ini."