Home
ADBM1
ADBM2
ADBM3
ADBM4
Logo ADBM Group
ADBM lanjutan
API DI BUKIT MENOREH
Entries RSS | Comments RSS
Kalender
February 2022MTWTFSS 12345678910111213141516171819202122232425262728 « Jan
Statistik Blog
7,888,608 kunjungan
Tulisan Terakhir
SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH January 5, 2017
PEMBUKA October 20, 2011
Komentar
P. Satpam on KLMM-03P. Satpam on KLMM-03Ryan oke on STSD-34Ryan oke on STSD-32nugrohoyudi on KLMM-03Roys Suroyo on KLMM-03Ridwan34 on KLMM-03P. Satpam on KLMM-03P. Satpam on KLMM-03Ridwan34 on KLMM-03
Archives
January 2017
October 2011
STSD-33
kembali ke STSD-32 | lanjut ke STSD-34
Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang berkenan bisa info ke email:s_sudjatmiko@yahoo.com.au Matur suwun-------------
Bagian 1
Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapan mereka.
"Hem," gumam Ki Ageng kemudian dalam hati, "Aku terlalu percaya diri dan menganggap hanya Ki Rangga saja yang mampu bertahan terhadap sirep Megananda empat penjuru angin ini. Ternyata masih ada orang yang bertahan, justru orang ini berada di luar rumah Ki Gede Menoreh sehingga telah luput dari pengamatanku."
"Sudahlah Ki Sanak," berkata Ki Ageng pada akhirnya sambil menghadap penuh ke arah pohon besar yang tumbuh beberapa langkah di hadapannya, "Jika Ki Sanak memang mempunyai kepentingan dengan kami berempat atau mungkin salah satunya, silahkan keluar dari persembunyian Ki Sanak untuk menemui kami."
Tidak terdengar suara jawaban. Keadaan benar-benar hening namun sangat menegangkan. Pangeran Ranapati yang mudah tersinggung dan marah itu pun terlihat sudah tidak dapat menahan diri lagi.
Namun Ki Ageng Selagilang yang sudah paham betul dengan sifat muridnya yang gampang naik darah itu segera berkata, "Sudahlah Anakmas Pangeran, tidak usah dipedulikan lagi. Mungkin yang tertawa itu tadi bukan manusia akan tetapi sejenis setan yang sukanya bersembunyi dan menempel pada sebatang pohon."
"Ki Ageng benar," Ki Wirapati lah yang menyahut sambil menarik nafas dalam-dalam, "Memang banyak setan-setan yang suka bersembunyi di batang-batang pohon yang besar, terutama pohon besar yang berlubang batangnya. Setan-setan itu suka sekali menempel di lobang-lobang itu. Entah apa saja kerjanya."