Home
ADBM1
ADBM2
ADBM3
ADBM4
Logo ADBM Group
ADBM lanjutan
API DI BUKIT MENOREH
Entries RSS | Comments RSS
Kalender
January 2022MTWTFSS 12345678910111213141516171819202122232425262728293031 « Jan
Statistik Blog
7,872,345 kunjungan
Tulisan Terakhir
SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH January 5, 2017
PEMBUKA October 20, 2011
Komentar
P. Satpam on KLMM-03P. Satpam on KLMM-03Ryan oke on STSD-34Ryan oke on STSD-32nugrohoyudi on KLMM-03Roys Suroyo on KLMM-03Ridwan34 on KLMM-03P. Satpam on KLMM-03P. Satpam on KLMM-03Ridwan34 on KLMM-03
Archives
January 2017
October 2011
STSD-21
kembali ke STSD-20 | lanjut ke STSD-22
Bagian 1
SEBENARNYALAH Ki Rangga memang belum pernah mencoba sebelumnya. Biasanya Ki Rangga mengetrapkan aji pengangen-angen itu dengan bersemedi dan berbaring serta menyilangkan kedua tangannya di dada.
Namun kesempatan untuk berpikir panjang lagi sudah tidak ada. Sementara langkah kaki Kiai Singo Barong sudah semakin mendekati ujud semu prajurit berkuda Mataram itu.
"Nah!" berkata Kiai Singo Barong sesampainya dia di depan bayangan semu itu sambil mengedarkan pandangan sekelilingnya, "Akan aku buktikan bahwa kuda dan prajurit penunggangnya ini tidak akan dapat berbuat apapun terhadap diriku. Lihatlah!"
Selesai berkata demikian Kiai Singo Barong segera bergeser setapak. Sejenak kemudian pemimpin perguruan Singo Barong itu sudah mengambil ancang-ancang dengan mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya. Dengan sekuat tenaga tangan kanannya terayun deras menampar kepala kuda itu.
Namun yang terjadi kemudian telah membuat orang-orang yang berada di halaman itu berseru kaget, termasuk Ki Bango Lamatan dan Ki Gede Matesih.
Begitu tangan Kiai Singo Barong itu meluncur, ternyata prajurit yang menungganginya telah menarik tali kekangnya sehingga kuda itu telah mundur selangkah. Bersamaan dengan lewatnya tamparan tangan Kiai Singo Barong, kuda itu pun telah meringkik keras dan mengangkat kedua kaki depannya ke atas tinggi-tinggi.
Sebelum Kiai Singo Barong menyadari apa yang sebenarnya telah terjadi, tiba-tiba saja kedua kaki kuda yang terangkat tinggi-tinggi itu telah menghunjam ke arah dadanya.
Pemimpin perguruan Singo Barong itu sebenarnya masih berpikir bahwa semua itu hanyalah sebuah permainan semu. Namun ketika dia merasakan sambaran angin yang keras mengarah dadanya, tak urung dia segera berpikir cepat. Disilangkan kedua tangannya di depan dada untuk menghindari terjangan kaki-kaki kuda itu.
Akibatnya benar-benar telah membuat halaman rumah Ki Dukuh menjadi gempar. Terjangan kedua kaki depan kuda itu telah membentur tangan Kiai Singo Barong yang bersilang di depan dada. Akibatnya ternyata sangat dahsyat. Kiai Singo Barong telah terlempar hampir tiga langkah ke belakang dan jatuh bergulingan di atas tanah.