Jilid 7

152 4 0
                                    

GAGAKSETA-2

MELESTARIKAN CERITA SILAT INDONESIA

STSD-07

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH

(Lanjutan TADBM)

karya mbah_man

Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo

STSD Jilid 7

Bagian 1

NAMUN Ki Rangga ternyata tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Selagi lawannya terdorong beberapa langkah surut, kali ini ketiga ujud Ki Rangga segera melakukan gerakan yang sama, memutar cambuk di atas kepala beberapa kali.

Sejenak kemudian, begitu ujud lawannya yang berupa gumpalan api sebesar gardu perondan itu terlihat telah tegak kembali, serangan Ki Rangga pun meluncur kembali dengan dahsyatnya. Kali ini tiga larik sinar kebiru-biruan meluncur deras menghantam dada lawannya.

Agaknya serangan Ki Rangga kali ini telah melemparkan tubuh lawannya beberapa langkah ke belakang sebelum akhirnya jatuh bergulingan. Segera saja rumput-rumput dan semak belukar yang tertimpa tubuh Kiai Damar Sasangka hangus terbakar menjadi abu.

"Anak Iblis..!" umpat pemimpin perguruan Sapta Dhahana itu sambil terus bergulingan beberapa kali sehingga arena di sekitar pertempuran yang hangus terbakar menjadi semakin luas. Beberapa buah pohon perdu ikut terbakar sehingga sinar apinya yang membara terlihat dari tempat Ki Waskita bertempur.

"Aji Sapta Dhahana yang sempurna," membatin Ki Waskita sambil terus berkelit menghindari serangan lawannya, "Siapa lagi yang mampu mengungkapkan aji Sapta Dhahana yang sempurna di padepokan ini selain Kiai Damar Sasangka."

Jantung Ki Waskita pun menjadi semakin berdebar-debar. Berbagai dugaan telah muncul dalam benaknya. Sebagai orang yang telah mengijinkan Ki Rangga untuk membaca kitab perguruannya, Ki Waskita tahu dengan pasti tingkat kemampuan agul-agulnya Mataram itu.

"Angger Sedayu sebaiknya mengatasi perlawanan aji Sapta Dhahana dengan aji pengangen-angen," berkata Ki Waskita dalam hati selanjutnya, "Aku tidak yakin jika ilmu kebal angger Sedayu akan mampu menahan panasnya api aji Sapta Dhahana. Demikian juga dengan aji kakang kawah adi wuragil, wadag asli angger Sedayu masih terlibat sehingga kemungkinan terkena pancaran ilmu lawan sangat memungkinkan," sejenak Ki Waskita berhenti berangan-angan ketika seleret lidah api dari lawannya meluncur hampir menyentuh jidadnya. Dengan cepat Ki Waskita pun merundukkan kepalanya.

"Dengan aji pengangen-angen, wadag angger Sedayu akan terbebas dari pengaruh ilmu lawannya. Sehingga lawan akan terkuras tenaganya, sementara ujud semu dari angger Sedayu dapat mengurangi daya tahan lawan dengan serangan-serangannya yang tak ada bedanya dengan ujud aslinya."

Namun Ki Waskita tidak sempat berangan-angan terlampau jauh. Serangan lawan telah datang bertubi-tubi bagaikan gempuran ombak pantai selatan.

Dalam pada itu, beberapa puluh langkah dari arena pertempuran Ki Rangga yang membara, Glagah Putih sedang berusaha menjinakkan adik kandung orang yang menyebut dirinya Trah Sekar Seda Lepen itu. Badai api yang dibuat oleh Raden Surengpati memang cukup nggegirisi, namun dalam diri Glagah Putih telah mengalir berbagai cabang ilmu olah kanuragan. Selain ilmu olah kanuragan dari cabang Ki Sadewa yang didapatkan dari kakak sepupunya, Glagah Putih pun juga mewarisi ilmu dari Ki Jayaraga, seorang petualang yang ngedab-edabi di masa mudanya.

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang