Jilid 22

210 5 0
                                    

Home

ADBM1

ADBM2

ADBM3

ADBM4

Logo ADBM Group

ADBM lanjutan

API DI BUKIT MENOREH

Entries RSS | Comments RSS

Kalender

January 2022MTWTFSS 12345678910111213141516171819202122232425262728293031 « Jan    

Statistik Blog

7,873,066 kunjungan

Tulisan Terakhir

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH January 5, 2017

PEMBUKA October 20, 2011

Komentar

P. Satpam on KLMM-03P. Satpam on KLMM-03Ryan oke on STSD-34Ryan oke on STSD-32nugrohoyudi on KLMM-03Roys Suroyo on KLMM-03Ridwan34 on KLMM-03P. Satpam on KLMM-03P. Satpam on KLMM-03Ridwan34 on KLMM-03

Archives

January 2017

October 2011

STSD-22

kembali ke STSD-21 | lanjut ke STSD-23

Bagian 1

UNTUK beberapa saat Ki Rangga justru telah membeku di tempatnya. Memang orang yang sedang duduk membelakanginya di dalam lumbung itu sepintas mirip dengan gurunya. Namun Ki Rangga segera teringat kembali dengan pemomong Pangeran Pati Mataram, yang sampai saat ini jati dirinya masih belum terungkap.

“Jika aku tidak salah, orang ini juga yang pernah aku lihat sewaktu di lemah Cengkar,” membatin Ki Rangga kemudian.

Ingatan Ki Rangga pun segera melayang ke peristiwa di lemah Cengkar. Seseorang yang sangat mirip gurunya terlihat sedang berjalan menjauhi lemah Cengkar bersama Raden Mas Rangsang dan Rara Anjani. Walaupun saat itu Ki Rangga hanya dapat melihat dari kejauhan serta dari arah belakang.

“Pada awalnya pun aku juga sempat menyangka orang itu adalah guru,” Ki Rangga melanjutkan angan angannya, “Ternyata dia adalah Ki Tanpa Aran, pemomong Raden Mas Rangsang atas saran dan petunjuk dari Kanjeng Sunan.”

“Bahkan Ki Patih Mandaraka sendiri telah dibuat penasaran dengan jati diri Ki Tanpa Aran,” membatin Ki Rangga kembali sambil terus mengawasi orang yang berada di dalam lumbung padi itu.

Semakin lama Ki Rangga meneliti orang itu, Ki Rangga pun ternyata telah menjadi ragu ragu dengan pengamatannya sendiri.

“Guru selalu menggunakan kain gringsing sehingga orang-orang pun menyebutnya Kiai Gringsing,” membatin Ki Rangga dengan jantung yang berdegup kencang, “Namun orang ini tidak memakai kain gringsing. Hanya cara berpakaian serta cara menggunakan ikat kepalanya saja yang sangat mirip. Demikian juga bentuk tubuhnya jika dilihat dari arah belakang.”

Semakin lama Ki Rangga pun semakin dihinggapi keragu raguan. Pengamatannya yang hanya sekilas dan tergesa gesa tadi ternyata telah membuatnya ragu ragu.

“Memang banyak orang yang jika dilihat sepintas dari belakang sangat mirip satu dengan lainnya. Namun jika kita cermati lebih teliti, ternyata mereka orang-orang yang berbeda,” berkata Ki Rangga kemudian dalam hati sambil menarik nafas dalam-dalam.

Tiba-tiba panggraita Ki Rangga yang sangat tajam melebihi orang-orang kebanyakan telah menangkap sebuah desir yang sangat mencurigakan. Arah gerakan yang sangat lembut itu berasal dari gerumbul dan semak belukar di samping perigi.

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang