Jilid 34

377 6 2
                                    

GAGAKSETA-2

MELESTARIKAN CERITA SILAT INDONESIA

STSD-34

karya mbah_man

Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo

STSD Jilid 34

Bagian 1

NAMUN senapati agul-agulnya Mataram itu tidak kehilangan akal. Segera saja ditelisiknya tempat Pangeran Ranapati itu terbaring sebelumnya. Walaupun dalam keremangan dini hari, sambil membungkukkan badannya, pandangan Ki Rangga yang sangat tajam telah mengenali jejak-jejak di sekitar tempat itu.

"Agaknya orang yang membawa Pangeran Ranapati tidak berusaha untuk menyamarkan jejaknya," membatin Ki Rangga sambil menegakkan kembali tubuhnya dan menarik nafas dalam-dalam.

"Mungkin Ki Patih telah mendapat berita dari para telik sandi bahwa Pangeran Ranapati sedang berada di Menoreh," kembali Ki Rangga berangan angan.

Tiba-tiba terlintas dalam benak Ki Rangga sebuah dugaan yang telah membuat dirinya sendiri terkejut.

"Orang yang membawa Pangeran Ranapati itu mungkin sama dengan orang yang menancapkan paser di pintu bilik itu," membatin Ki Rangga dengan jantung yang berdebaran. Dengan demikian Ki Rangga hanya dapat pasrah saja jika memang Ki Patih atau Sinuhun Prabu yang mengutus seseorang ke Menoreh.

"Tetapi mengapa, orang itu tidak menemui aku secara baik-baik?" Ki Rangga melanjutkan angan angannya, "Seharusnya segala sesuatu itu dapat dibicarakan dengan duduk bersama dan niat baik untuk kepentingan bersama."

Namun Ki Rangga menjadi malu sendiri dengan angan-angannya itu. Ki Rangga sendiri justru telah membuat onar di istana Ratu Lungayu malam menjelang hari penobatan Raden Mas Wuryah.

Tiba-tiba udara dini hari di kediaman Ki Gede Menoreh telah digetarkan oleh suara yang mirip dengan auman dahsyat seekor singa. Suara itu begitu dahsyatnya sehingga telah membangunkan orang-orang seisi rumah Ki Gede yang sebelumnya sedang terlelap dibawah pengaruh sirep Megananda empat penjuru angin.

Para pengawal di regol depan yang sedang terlelap pun bagaikan telah dihentak oleh sebuah kekuatan yang tidak kasat mata. Beberapa pengawal yang sedang tertidur sambil memeluk lutut terlihat seperti didorong oleh sebuah kekuatan yang tidak kasat mata sehingga telah jatuh terjungkal.

"He? Ada apa ini?!" teriak kepala pengawal jaga malam itu yang juga ikut terjerembab ke lantai gardu. Beberapa saat tadi dia memang sedang tertidur sambil duduk bersandaran dinding gardu.

Dengan cepat kepala pengawal itu segera merangkak bangun. Pemandangan yang terlihat di depan matanya pun sangatlah mendebarkan. Beberapa pengawal tampak tergolek di atas tanah sambil berusaha menggeliat bangun. Ketika dia kemudian melemparkan pandangan matanya ke arah regol, tampak dua orang penjaga yang biasanya berdiri di sebelah menyebelah regol itu sama sekali tidak tampak. Yang terlihat justru dua orang pengawal yang sedang merangkak bangun.

"Sirep!" desis kepala pengawal itu tanpa sadar sambil bangkit berdiri.

Dikibas kibaskannya debu yang mengotori sekujur tubuhnya.

Dalam pada itu Ki Rangga yang sedang bermaksud untuk melihat keadaan Ki Wirapati dan gurunya menjadi terkejut bukan alang kepalang. Suara auman singa yang menggelegar itu benar-benar telah luput dari panggraitanya.

Selagi Ki Rangga tertegun sejenak. Sudut matanya menangkap sebuah bayangan orang berbadan tinggi besar dengan rambut berjuntai hinggap di atas dinding belakang rumah Ki Gede Menoreh. Hanya sekejap dan bayangan itu pun sudah menghilang.

SEJENGKAL TANAH SETETES DARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang