Viola's Views
Aku ingin tidak mengingatnya. Tetapi, kenangan demi kenangan hinggap hingga aku tak mampu melupakannya. Dia, cinta masa laluku. Orang yang aku anggap malaikat, malah mengecewakanku.
***
Author POV
Viola berjalan melewati jalan bebatuan basah akibat guyuran air hujan tadi pagi. Dia menghirup harumnya tanah sehabis hujan, yang dapat disebut petrichor. Lalu dia menuju lapangan basket yang ramai sekali dengan hingar bingar kebisingan. Sorakan kagum mereka membuat semangat untuk para pemain basket yang dikagumi oleh masing-masing siswa perempuan.
"Ayo Bayu! Kamu semangat terus ya! Kalahkan mereka, sebagai kapten kamu harus optimis menang!"
Teriakan itu, terlalu 'nyelekit' di hati Viola. Ya, walaupun dia tidak berhak untuk marah. Karena dia juga mengagumi sosok Bayu yang sedang bermain di sana. Pastilah memahami bagaimana menjadi fansnya Bayu.
"Tampan sekali dia," racau Viola. Dia hanya menatap sosok pria yang memakai nomor punggung 14 yang bisa dibilang nomor kesukaan Viola.
Melihat peluh yang keluar dari wajahnya, semakin membuat Viola gemas. Gemas untuk mengusap peluhnya, dan memberikannya sebotol air mineral segar untuk Bayu agar diminum segera. Melegakan haus dahaganya.
Awal mulanya Viola mengagumi Bayu karena salah satunya yaitu nomor punggung, lalu ketampanan pada wajah Bayu, ketegapan tubuhnya yang berbeda dari para kaum adam yang terbilang most wanted di sekolah ini.
Walaupun Viola sendiri juga memiliki banyak sekali pengagum, karena kecantikan dan keseksian tubuhnya mungkin yang dapat menarik para kaum adam. Dan anehnya, Viola tidak memperdulikan hal itu.
-
Sudah satu tahun lamanya dia menjadi pengagum rahasia Bayu. Tanpa Bayu mengetahuinya dan tanpa Bayu menyadarinya. Sedikit menahan sakit karena harus melihat Bayu yang dekat dengan seorang gadis, dan melewati Viola tanpa melirik ke arahnya.
Tapi, itu memang kesalahan Viola sendiri.
"Mau kemana lo?" tanya Jihan. Viola menatap Jihan dengan tatapan, 'terserah gue' dan mengabaikan Jihan yang sedang asyik berkutat dengan ponselnya.
Viola berjalan menuju lapangan basket. Terlihat seorang lelaki yang tengah dia kagumi itu, Bayu Ferdiansyah. Tanpa aba-aba, Viola duduk di bangku dekat lapangan itu. Menonton Bayu yang sedang asyik mendribble bola basketnya, sesekali melemparkan bola itu ke ring basket dengan gesit. Lelaki itu sedang bermain sendiri tanpa lawan ataupun kawan.
Saat Viola telah duduk manis di bangku penonton, dia melihat bola itu telah masuk kedua kalinya ke dalam ring basket. Viola langsung bertepuk tangan dan tanpa sadar membuat pria itu terkejut. Ya ampun, dia baru sadar jika ada gadis cantik yang sedang menunggunya.
"Eh? Aku kira hanya ada aku sendiri di sini, ternyata ada orang lain?" katanya kikuk. Lalu melepaskan bole yang ada di tangannya. Membiarkan bola itu menggelinding dengan bebasnya.
Viola tertawa ringan, dia tidak segan menutupi tawanya saat melihat ekspresi lucu dari Bayu. "Kamu hebat, kak."
"Kelas 11 ya?" tanya Bayu yang sudah duduk tepat di samping Viola. Belum sempat menjawab, rasanya sulit sekali membuka mulutnya untuk sekedar berbicara 'Iya' dan hanya itu saja dia tidak bisa. Jantungnya berdegup kencang, hatinya berdebar-debar. Rasanya, senang sekali melihat Bayu yang sangat dia kagumi itu, kini berada di dekatnya. Dekat sekali. Tidak pernah ada di pikiran Viola untuk hal ini.
Akhirnya, dengan sisa tenaga, Viola mengangguk. Lalu memalingkan wajahnya dari pria tampan ini. Viola tidak mau menampakkan pipi merahnya karena pemikirannya sendiri.
"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Bayu tiba-tiba. Viola terkesiap mendengarnya.
"Em, aku nggak sengaja lewat lapangan, terus ada kakak yang sedang bermain basket sendirian," jelas Viola.
"Kamu penonton satu-satunya di sini. Apa kamu bolos?" tanya Bayu seraya mengernyitkan dahinya, menambahkan ketampanan wajahnya.
Viola menggeleng, "jam kosong."
Bayu mengangguk paham, lalu Bayu mengulurkan tangannya. "Bayu Ferdiansyah," katanya lembut. Viola kini berada di posisi melting, blushing, dan salting. Lengkap bukan?
"Vi-Viola. Emh, Kim Reviola Natasha." Viola meraih tangan Bayu, sangat hangat walau sedikit berkeringat. Dan seketika itu juga, Viola merasakan hal aneh di dalam tubuhnya. Tangan ini, menyengatkan listrik di dalam tubuh Viola. Membuatnya semakin terpesona. Sebelum Viola pingsan di buatnya, Viola menarik tangannya cepat dari genggaman Bayu.
"Viola, hmm nama yang cantik. Betapa bodohnya aku. Baru aja sadar ada adik kelas yang sangat cantik ini." Bayu tertawa menggoda. Viola hanya bisa menyembunyikan raut wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus.
-
Semua itu aku masih mengingatnya, bahkan aku sampai hampir menjamur menunggunya untuk mengenalku. Dan pada akhirnya harus aku yang memulai lebih dulu. Dia tidak pernah menyadarinya. Dan aku bahagia pada saat itu juga, hingga sampai di hari itulah aku harus mengetahui semuanya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fascinated (Dalam Revisi)
ChickLit[Completed] (Dalam Revisi) Cerita ini akan diedit ulang dengan bahasa, alur dan ejaan yang lebih baik. Mohon doanya agar cepat selesai dan bisa dinikmati 🙏 -- Cinta memang indah. Tapi, cinta tanpa kebahagiaan akan membuatmu berada di masa-masa suli...