[Viola POV]
Haruskah kembali? Haruskah kenangan itu kembali? Kenangan yang selama ini mati-matian aku kubur dalam-dalam. Ini sungguh sulit. Sulit untuk aku mengerti. Tidak dapat aku mengubur kenangan itu lagi, karena keadaan yang mendesakku untuk kembali mengingatnya. Kembali mengulang, oh bukan. Namun memulai semuanya dari titik nol. Semoga saja ini benar. Aku tidak sedang bermimpi bukan?
-
Aku memilih baju untuk kuliahku siang ini. Denim jumpsuit dress pilihanku untuk hari ini. Lalu aku mengambil sepatu kets yang baru kupakai satu kali. Kemudian, aku melangkahkan kakiku menuju parkiran apartemen ini dan melajukan mobilku menuju kampus.
Hari ini entah perasaanku saja atau apa, aku sangat bersemangat sekali untuk kuliah siang ini. Aku takut, jangan-jangan aku merindukan dosen tampanku. Ah aku ini memang gila karena malaikat pencabut nyawaku itu.
Sepertinya aku harus mengganti 'malaikat pencabut nyawa' menjadi panggilan yang lebih, ah mungkin lebih baik dari panggilan itu. Entah itu apa.
-
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini ketika Bayu tiba-tiba mengajakku untuk makan malam bersama. Di saat kami masih berada di lingkungan kampus.
"Akan aku pikirkan nanti, Mr. Bayu," jawabku sedikit gugup.
Terlihat Bayu sedikit terkejut mendengar perkataanku. Aku menatapnya, bukan namun menatap matanya yang menyipit juga dahinya yang berkerut. Walaupun begitu, dia tetap tampan. Astaga, apa yang sebenarnya terjadi padaku?
"Mr. Bayu katamu? Oh jadi kamu sudah lupa panggilan kita dulu?" Dia melipat tangannya di depan dada. Kini gantian aku lah yang mengerutkan dahiku.
"Apa aku salah?" tanyaku benar-benar polos. Sumpah ini benar-benar polos.
Bayu berdecak sambil menggeleng pelan, "Salah! Panggil aja nama. Kamu masih lupa?" Aku tersenyum melihat ekspresi wajahnya yang dapat membuatku semakin menggilainya. Juga, membuat hatiku sedikit teriris karena mengingat kejadian yang tentunya belum bisa aku lupakan.
"Ini 'kan di kampus, apa aku salah memanggilmu seperti itu?" tanyaku lagi. Kini aku memang benar bukan?
Bayu mendesah pelan lalu menatapku, "Aku tidak mau berdebat, karena aku tidak mau kehilangan kamu lagi. Jadi, mau 'kan makan malam denganku?" Bayu menaikkan kedua alisnya memberi isyarat agar mendapat jawaban dariku secepat mungkin.
Aku terdiam untuk beberapa saat karena mendengar kata aku tidak mau kehilangan kamu. Astaga, sadarkan aku, aku sesak nafas.
"Boleh lah, tapi Mr. yang jemput saya. Saya akan kasih tau alamat apartemen saya nanti," ujarku menutupi kegelisahanku. Entah perasaanku saja, apa karena saling menghormati. Aku menggunakan bahasa formal dengannya? Ya wajar saja dia ini kan dosenku.
Bayu tertawa pelan, "Sepertinya terkesan aneh untuk pembicaraan formal, ya?"
Aku berdiri lalu menatap lagi pria di sampingku, "Aku pulang dulu." Aku menunduk lalu tersenyum. Sepertinya, ini memang awal dari keterpurukanku kemarin. Beruntung kampus sudah sepi jadi tidak ada dua mata yang membuatku takut.
-
Sudah hampir setengah jam aku mematung di depan lemari besarku ini. Bingung harus memakai pakaian apa yang harus aku kenakan untuk makan malam dengan dosen tampanku ini. Lalu, mataku tertuju pada cocktail dress berwarna putih tulang yang menggantung indah di lemari besarku. Aku mengambilnya lalu mencocokkan ke tubuhku, memastikan apakah pantas atau tidak. Setelah memastikannya, aku bergegas mandi.
Rambut yang aku buat curly gantung lagi sudah aku rapihkan. Lalu, tinggal satu sentuhan saja pada bibirku. Lip gloss soft pink. Setelah semuanya beres, aku mengambil stilleto lima centi meter berwarna senada dengan dress yang aku pakai. Setelah terpasang indah di kakiku. Aku meraih sling bags lalu mengambil ponselku yang tergeletak di nakas. Terdapat 2 panggilan di sana yang tentunya dari Bayu.
Aku tertawa geli melihat ini, seberapa seriuskah aku berdandan untuknya sampai-sampai ponselku yang berdering tidak kuketahui. Lebih tepatnya tidak mendengar. Aku lihat ponselku berbunyi lagi.
"Hallo," sapaku sambil melangkahkan kakiku menuju ruang depan.
"Lama banget sih, aku udah nunggu lama dari tadi." Aku terkejut mendengar suara Bayu yang dapat membuatku tidak mendengar sedetik. Kencang sekali.
"Hai, maaf lama menunggu."
Bayu menatapku dari atas sampai bawah, kalian tahu perasaanku saat ini? Astaga, kuatkan kakiku untuk berdiri tegap di depannya.
"Cantik. Ya sudah kita berangkat." Bayu meraih lenganku untuk menggandengnya. Aku mengerutkan dahiku menatapnya. "Sudah. Kalau kamu tidak mau, besok pagi aku akan buat ulangan mendadak," katanya seraya tersenyum miring. Ah sial, aku lupa jika dia adalah dosenku.
-
Sekarang kami berada di restoran yang bisa aku bilang mahal dan mewah. Karena dari segi desain saja sudah berkelas, apalagi menu makanan dan minuman di sini yang aku taksir mencapai lebih dari lima nol.
Aku menatap beberapa jejeran nama makanan yang terdapat di daftar menu. Banyak sekali nama makanan yang sudah aku rasakan sebelumnya. Membuatku bingung memilih karena sebenarnya aku tidak lapar. "Kamu saja yang pesan."
Bayu menatapku heran, "Kenapa? Apa makanan di sini kurang cocok untukmu?" Aku berdecak sebal. Dia ini meremehkanku atau bagaimana?
"Aku sudah pernah merasakan semuanya, Mr. Bayu terhormat. Jadi, kamu saja yang pesan. Aku ingin melihat selera makanmu juga." Aku tersenyum di akhir kalimat. Lalu kulihat Bayu menaikkan alisnya.
"Baiklah." Dia menyebutkan makanan yang dia pesan kepada waitress di sini.
Perasaanku tidak enak, karena Bayu selalu menatapku yang membuatku ingin terbang. "Jangan menatapku, Mr. Bayu. Aku tidak secantik dulu."
Oh tidak, apa yang aku katakan!
Bayu tertawa pelan, "Ah kamu ini semakin cantik saja. Apa kamu tidak menyadari hal itu?" Bayu menaikkan alisnya. Aku menatapnya acuh. Ya bagaimana lagi, dia membuatku kesal.
"Tidak ada romantis-romantisan antara dosen dengan mahasiswanya. Mengerti?" Aku membuang pandanganku dari Bayu. Jika kalian tahu, ini hanya akalku untuk menutupi rona merah yang menghiasi pipiku saat ini.
"Yeah." Bayu tersenyum menggoda. Ah sialnya aku.
-
Aku menunggu Bayu di mobilnya yang masih terparkir di halaman restoran. Kenapa aku menunggu? Ya, dia harus pergi ke toilet dulu untuk membersihkan jasnya yang tadi tidak sengaja terkena tumpahan minumanku. Siapa lagi kalau bukan ulahku. Haha, rasakan saja dosen genit.
"Maaf menunggu lama, Viola." Bayu datang dan masuk ke mobil. Aku melihat pakaiannya yang basah juga masih kotor.
"Lama. Aku lelah menunggu," ucapku ketus.
"Hei, ini juga karena ulahmu. Jadi, jangan salahkan aku kalau lama. Ini saja belum bersih!" Aku tertawa pelan mendengar perkataan Bayu. Memang aku yang membuatnya marah kenapa aku juga yang marah. "Jangan tertawa di atas penderitaan orang lain. Ck, lihat saja besok pagi." Perkataan Bayu barusan berhasil membuatku terdiam. Jangan-jangan dia benar-benar menggunakan ulangan mendadak untuk hal ini.
"Jangan ada ulangan, aku mohon Mr. Bayu." Aku menatapnya dengan puppy eyes milikku. Ah kurasa usahaku sia-sia. Bayu hanya tersenyum memandangku. "Pulang!" pintaku karena sudah terlalu kesal terhadap senyuman mautnya itu. Aku hanya takut kalau aku akan tertidur di sini karena pingsan.
"Baiklah kita pulang. Kamu ini cerewet. Masih seperti dulu." Bayu terkikik. Aku hanya mendengus sebal.
Sampai di apartemen, aku segera menuju kamar untuk tertidur pulas. Aku hanya ingin malam ini menjadi awal membuat hubunganku menjadi lebih baik lagi dengan Bayu. Aku harap malam ini bukanlah mimpi yang hanya akan menjadi kenangan kembali.
TBC
==========
Bagaimana dengan chapter ini? Minta kritik saran dan info soal penggunaan kata atau typo yaa. Sangat membantu dan diterima baik ^^
Bonus Bayu di mulmed ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Fascinated (Dalam Revisi)
أدب نسائي[Completed] (Dalam Revisi) Cerita ini akan diedit ulang dengan bahasa, alur dan ejaan yang lebih baik. Mohon doanya agar cepat selesai dan bisa dinikmati 🙏 -- Cinta memang indah. Tapi, cinta tanpa kebahagiaan akan membuatmu berada di masa-masa suli...