Kecemasanku memang benar. Bayu tidak sedang baik-baik saja. Dia, terkapar mengenaskan dengan bau alkohol yang sangat menyengat juga beberapa luka lebam di wajahnya. Aku menjambak rambutku kesal. Tidak pernah melihat Bayu dengan keadaan seperti ini.
Setelah mengompres lukanya, aku terdiam melihat wajahnya yang masih tidak karuan. Bayangkan saja, warna ungu menghiasi wajah tampannya. Aku butuh penjelasan tentang semua ini.
Menguap beberapa kali, aku memutuskan untuk tidur. Tetapi, berhubung Bayu masih dalam keadaan sakit, aku terpaksa menemaninya. Aku terduduk di karpet, menyandarkan kepalaku pada sofa untuk tidur Bayu.
Perasaan, baru saja aku memejamkan matanya. Seseorang mengelus pipiku dengan lembut. Aku terbangun, melihat Bayu sudah membuka matanya dengan lebar.
"Kamu sudah sadar?" tanyaku dengan suara khas bangun tidur. Aku berdehem beberapa kali. "Maaf aku ketiduran."
"Makasih Viola. Kamu, masuk ke dalam kamarmu saja."
Dengan cepat aku menggeleng. "Tidak apa-apa Bayu, emm, kamu mau minum?" Aku ingin bertanya soal dirinya. Apa, sekarang wkatu yang tepat?
"Bay," panggilku dengan suara lembut. Bayu terduduk, walaupun susah. Aku duduk di sampingnya. "Kamu kenapa?"
Bayu meraih tanganku, di rangkumnya dengan sayang. "Aku hampir gila kehilangan kamu. Aku, hanya tidak tahu lagi harus bagaimana Vio."
Jadi, dia melakukan ini gara-gara aku?
"Luka, kamu?"
"Aku, mabuk dan hilang kendali. Mungkin, ada yang memukuliku karena apa aku lupa. Aku tidak sadar Vio. Maafkan aku kalau membuatmu kecewa."
Aku menggeleng cepat, dia tidak membuatku kecewa. Aku memang kecewa, tapi pada diriku sendiri. "Jangan melakukan hal bodoh itu lagi karena aku, aku kecewa karena diriku sendiri."
Ditariknya tubuhku ke dalam pelukannya, aku masih bisa merasakan bau alkohol dan detak jantung yang begitu kuat pada Bayu. Mungkin, dia tidak terbiasa dengan minuman haram seperti ini.
"Love you Viola." Bayu mencium puncak kepalaku, hingga rasanya aku mengantuk. Aku tertidur dengan posisi di pelukan Bayu. Dan ini, membuat tidurku pulas dan mimpi indah.
--
Bunyi bel apartemen menggema di seluruh ruangan ini, aku mengerjap untuk memulihkan kesadaranku. Aku baru saja tersadarm bahwa aku dalam pelukan Bayu.
"Hmm, Vio udah bangun?" ucap Bayu. Aku mengangguk.
"Viola siapa sih yang bertamu pag—uh waw, kalian romantis sekali." Jihan bersiul jahil. Aku melepas tubuhku dari pelukan Bayu.
"Buka pintunya Han, aku masih mengantuk." Aku berjalan gontai menuju dapur, haus. Aku masih bisa mendengar ketawa Jihan sebelum dia membuka pintu. "Siapa yang datang? Ketawanya berhenti gitu."
Aku penasaran, karena tidak ada jawaban dari Jihan. Aku menuju ruang tamu untuk melihat keadaan. Mataku terbelalak setelah melihat laki-laki berdiri di depan pintu, dengan Jihan yang masih speechless.
Romi.
Dia ada disini.
Bayu.
Dia masih ada di ruang tamu.
Segera aku berlari menuju Romi dan cepat-cepat menutup pintu. Beruntung apartemen ini ada sekat sebelum masuk ke ruang tamu. Jadi, dia tidak melihat Bayu disana.
"Ada apa pagi-pagi datang kesini?" ucapku setelah mengatur nafasku.
Romi berdiri tegap dengan kedua tangan yang melipat. Memandangku heran, mungkin dengan sikapku yang seperti ini. "Cincin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fascinated (Dalam Revisi)
ChickLit[Completed] (Dalam Revisi) Cerita ini akan diedit ulang dengan bahasa, alur dan ejaan yang lebih baik. Mohon doanya agar cepat selesai dan bisa dinikmati 🙏 -- Cinta memang indah. Tapi, cinta tanpa kebahagiaan akan membuatmu berada di masa-masa suli...