Chapter 15

577 34 18
                                    

Chapter 15

Author POV

Sudah dua minggu lamanya Viola terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Kesadarannya belum kembali. Mungkin, Viola hanya butuh waktu untuk sendiri tanpa ada yang mengganggu.

Romi, selalu menemani Viola disini. Menggenggam erat tangannya, menangis jika dia mau, tersenyum untuk menghibur dirinya sendiri, berbicara sendiri untuk menyadarkan Viola. Tetap saja, belum ada tanda-tanda kesadaran Viola.

Tetapi, hari ini, Romi hanya bisa menatap Viola dari sofa yang berada di samping ranjang. Karena, ada penjenguk yang ingin menjenguk Viola. Bukan apa-apa kalau itu bukan Bayu. Ya, ada Bayu dan Jihan disini. Mereka sedang mencoba membantu Viola tersadar.

"Vio, gue kangen kali sama lo. Sadar gih, disini ada Bayu juga loh," ucap Jihan. Dia menengok ke arah Romi yang menatapnya dingin. Jihan hanya bisa menyengir kuda melihat ekspresi Romi.

Sedangkan Bayu, dia berdiri sambil melipat tangannya di atas perut. Matanya tidak lepas dari Viola. Dia ingin memegangnya kalau boleh, dia ingin mencium keningnya jika diizinkan. Ah, semua ingin dia lakukan untuk cinta pertamanya. Tetapi, hanya karena ada Romi semua begitu sulit.

"Jangan paksa Viola untuk bangun, dia akan bangun saat dia ingin," ujar Romi, dia menyenderkan punggungnya pada sofa.

"Ya namanya usaha kak, apa boleh buat." Jihan terkekeh.

Saat Bayu menatap Romi, dia menaikkan alisnya seakan bertanya 'apa' kepada Bayu. Bayu menurunkan tangannya, menyimpannya di saku celananya. Dia berdehem beberapa kali.

"Aku ingin bicara berdua sama Viola, boleh 'kan?" tanya Bayu.

Romi mengepalkan tangannya, raut wajahnya berubah serius. "Mau ngapain?"

"Hanya, berbicara berdua saja."

Sebenarnya, Romi tidak membolehkannya. Tetapi, rasa iba menyelinap di hatinya sehingga dia berdiri dan berjalan keluar ruangan seolah tidak akan terjadi apa-apa nantinya.

"Kamu juga, Han."

"Oh gue iya? Iya deh. Awas lo kalau macem-macem sama sahabat gue." Jihan menunjuk-nunjuk Bayu dengan tajam.

Setelah memastikan dia hanya berdua dengan Viola, Bayu duduk di kursi yang sudah di sediakan di samping ranjang Viola. Senyumnya mengembang saat melihat wajah Viola, wajah gadis yang sama. Gadis yang dia cintai.

"Hai Viola, kalau kamu dengar. Pasti kamu tau 'kan aku siapa?" tanya Bayu.

Viola masih tetap diam, hanya nafas yang menjawab semua pertanyaan yang di tujukan padanya. Dia ingin menjawab, tetapi mulutnya terasa rapat susah di gerakkan. Sebenarnya, dia hanya tertidur tetapi lupa untuk bangun.

"Aku, masih mencintai kamu Viola." Bayu merangkum tangannya. Mencium tangan mungilnya. "Kamu tahu itu 'kan? Aku jadi tahu Vio."

Bayu manarik nafasnya dalam-dalam. "Kalau mencintai bukan berarti harus memiliki, begitupun sebaliknya. Mencintai belum berarti harus memiliki. Aku, cukup memahami hal itu."

Tanpa disadari, air mata Viola menetes. Menetes dalam matanya yang tertutup. Bayu tidak menyadari hal itu, dia juga meneteskan air matanya. Merasa semua ini hanya cicipan rasa cinta dari mereka. Yang akhirnya bukan disajikan untuk mereka. Tetapi, untuk orang lain.

"Viola, sampai kapanpun. Ingat, sampai kapanpun, aku masih tetap mencintaimu. Jika saja, aku pergi jauh darimu. Itu aku lakukan untuk merenungkan diriku Vio. Aku terlalu mencintaimu hingga sulit rasanya melepasmu begitu saja.

"Aku berharap, kamu dan Romi hidup bahagia. Kenanglah aku dalam ingatanmu, ingatan kecilmu. Aku hanya bisa mencintaimu, tanpa bisa memilikimu."

Bayu menunduk, air matanya tidak bisa dia tahan. Tidak pernah dia menangis dalam hal apapun, kecuali dalam hal perasaan. Dia berusaha menguatkan dirinya untuk tidak rapuh di depan Viola.

Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang