Chapter 10

791 54 34
                                    

Aku sangat takut akan hal-hal buruk yang ada di pikiranku. Aku ingin keluar tapi, Bayu telah menyuruhku untuk tetap berada di dalam mobil. Melihat mereka tatap-tatapan tajam, aku tidak bisa diam disini. Tuhan, tolong Viola!

Kuputuskan untuk keluar dari mobil dan mendekati mereka yang sedari tadi konflik batin. Sedikt takut dengan tatapan Bayu yang tajam dan membunuh, persis dengan mata elang aslinya.

"Viola, kenapa kamu keluar!" Tatapan Bayu tajam padaku, nyaliku rasanya menciut.

"Ak-aku tidak mau kalian berkelahi, kalian sadar! Kalian sudah dewasa, masa iya kalian harus berkelahi?" Aku mendadak gagap dan panas dingin awards seketika.

Aku melihat Romi hanya menunjukkan smirknya padaku. Bayu masih tetap dengan tatapan membunuhnya. Walaupun seperti itu, Romi tidak risih dengan tatapan Bayu. Apa mereka sudah tidak bersahabat semenjak kejadian itu?

"Viola, kamu tidak ingat dengan perkataanku malam itu, huh?" Romi masih dengan smirknya.

Aku menatap Bayu yang masih tetap fokus dengan tatapannya, apa dia tidak mengedipkan matanya ya? Perkataan Romi, ehm mungkin aku lupa. "Ya, kenapa? Apa aku salah melupakannya?"

Terlihat rahang Romi mengeras, juga tangannya mengepal seperti menahan emosi. Aku bingung harus memilih cinta petamaku atau musuhku yang akan menjadi tunanganku nanti. Eh, tapi itu tidak akan terjadi selama aku masih bisa melakukannya.

"Papamu menyuruhku menjagamu, dan nanti malam akan ada acara makan malam lagi. Sudah satu bulan kamu diberi kesempatan Viola, kamu harus ikut aku." Romi menarik tanganku.

Satu bulan? Ya Tuhan aku sampai lupa dengan janjiku sendiri. Lalu, apa yang harus aku lakukan? Harus menolaknya lagi atau bagaimana?

"Lepas! Aku bisa jalan sendiri." Aku melepaskan tanganku dari genggaman Romi. Kemudian, aku melihat Bayu yang masih diam, dia seperti kecewa kepadaku. Tapi, aku bukan meninggalkannya. Tenang saja Bayu, aku tidak akan mengecewakanmu.

Aku mendekati Bayu, lalu tanganku meraba halus wajah Bayu yang sangat perfect ini. "Bay, maafkan aku. Aku harus menyelesaikan ini semua dulu. Aku mencintaimu."

Seketika itu juga, air mataku menetes. Aku menundukkan wajahku, tidak berani menatap matanya dekat. Kedua tanganku masih berada di pipinya. Menangkup wajahnya yang terpahat sempurna.

"Aku akan selalu menunggumu. Pergilah, selesaikan semua ini," ucap Bayu dengan tangannya yang mengusap lembut rambutku.

"Kalian beraninya bermesraan disini. Tidak lihat apa ada calon tunangan?"

Ish sangat merusak momen indah. Tarikan kasar Romi berhasil membuatku menjauh dari Bayu. Aku masih bisa bernafas lega, tidak ada perkelahian disini. Tidak ada yang luka fisik, walaupun aku tahu luka batin ada.

Di dalam mobil, aku hanya menangis dalam diam. Menghiraukan perkataan Romi yang menurutku itu adalah memarahiku atau mengancamku. Aku tidak peduli.

"Turun," titah Romi sembari membuka pintu mobil untukku. Aku masih terdiam, tidak ada pergerakkan apapun dariku.

Kurasakan tanganku tertarik oleh Romi dan hasilnya aku keluar dengan rasa sakit di pergelangan tanganku. "Lembut sedikit bisa 'kan!"

"Kamu yang tidak bisa dilembutkan, maunya dikasari?"

"Aku benci kamu. Aku pastikan, kamu akan menerima keputusanku nanti malam. Heh," kataku lalu menuju ke dalam apartemenku.

Aku memasuki lift, mencoba menutup pintu tapi tidak bisa. Ternyata ini kerjaan Romi. "Kamu sedang apa disini?"

"Menjemputmu. Salah?"

"Tidak perlu repot-repot. Aku bisa minta jemput Rezal."

"Dia tidak bisa. Dan ini permintaan Papamu. Menurutlah agar aku memperlakukanmu dengan lembut."

Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang