[Viola POV]
Sial, seharusnya aku memang memakai pakaian yang sepantasnya untuk restoran ini. Dengan gaun mewah yang tidak begitu menampakkan bentuk tubuhku mungkin. Karena penampilanku sekarang seperti pelayan-pelayan disini, mungkin lebih bagusan baju pelayan itu. Walaupun harganya bisa aku bilang lebih murah dari pada baju yang sekarang aku kenakan.
Memakai blouse dan rok di atas lutut, itu hal paling memalukan untukku. Aku hanya mementingkan ego dari pada penampilan. Di mana harga diriku! Di mana semua style-ku!
"Viola?"
Aku hanya menundukkan kepalaku, bukan karena sedih namun malu. Rasanya ingin meneriaki semua pengunjung di sini bahwa aku hanyalah salah kostum.
"Kita ketemu di luar saja." Aku cepat-cepat melangkahkan kakiku untuk keluar dari tempat ini dan menuju taman di restoran ini.
Aku menyangga tubuhku dengan kedua tanganku di pembatas pagar taman ini. Menyembunyikan raut wajahku yang mungkin merah padam karena menahan malu. Ini bukan diriku sebenarnya, aku tekankan pada kalimat itu.
"Hey, kenapa harus di luar?" Romi, menepuk bahuku.
"Tidak apa-apa," jawabku masih dengan menunduk.
Romi terlihat menyenderkan tubuhnya di pohon yang berada di samping kananku, lalu terdengar desahan nafas darinya. Segera aku mengatakan apa tujuanku datang menemuinya.
"Aku tidak mau masalah pribadi di bawa sampai ke kampus!" tekanku pada Romi. Dia menunjukkan smirknya padaku.
Romi masih dengan sikapnya, "Kamu harus menerima lamaranku, jangan pernah membantahnya."
Aku terbelalak, selain menyebalkan, apa dia tukang memaksa? Sangat ingin ditampar sepertinya, "Apa hak kamu untuk memaksaku?"
"Jangan dekat-dekat dengan Bayu! Atau kamu tahu akibatnya. Sekarang, kamu akan menjadi kekasihku." Romi melingkarkan tangannya di pinggangku, sontak aku melepaskan tangannya.
"Jangan menyentuhku! Ingat, kita masih punya waktu 30 hari untuk menentukannya, dan selama itu aku bukan siapa-siapa kamu!" tegasku, kemudian aku meninggalkannya di taman.
"Jangan coba-coba menghindar, Viola!" teriaknya yang samar di telingaku. Aku hanya mendengus kesal mendengar kata-katanya.
Aku mencari mobil Rezal yang seingatku terparkir di halaman depan. Tidak perlu pusing mencari mana mobil Rezal, karena satu-satunya mobil sport silver ya hanya milik Rezal.
"Kita pulang Zal, cepat!" pintaku sembari menahan emosi.
Tidak akan ada yang bisa menghalangiku lagi dengan Bayu. Cukup satu kali, jangan lagi. Apalagi yang melakukannya satu orang. Tidak akan aku biarkan.
"Kenapa kak? Habis ketemu sama siapa?"
Aku mendengus kesal, "Sama manusia bernyawa ghaib mungkin."
—
Semenjak kejadian malam itu, aku menambah posisi benciku kepada Romi. Dia, pantas untuk aku benci. Tidak ada toleransi untuknya. Tidak akan pernah.
Aku memasak untuk diri sendiri, karena Rezal sudah lima hari yang lalu pulang dari apartemenku. Jihan menghubungiku bahwa dia akan main dan menginap disini. Ya lumayanlah, untuk teman disini.
Ting tong
"Ya, wait!" teriakku yang mungkin tidak terdengar olehnya. Segera aku mematikan api di kompor. Melangkahkan kakiku menuju pintu, siapa yang datang sepagi ini?
"Jihan ya ampun!" Setelah mendapati siapa yang datang, aku langsung memeluknya. Betapa senangnya aku saat ini, karena sudah lama Jihan berlibur. Enak sekali dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fascinated (Dalam Revisi)
ChickLit[Completed] (Dalam Revisi) Cerita ini akan diedit ulang dengan bahasa, alur dan ejaan yang lebih baik. Mohon doanya agar cepat selesai dan bisa dinikmati 🙏 -- Cinta memang indah. Tapi, cinta tanpa kebahagiaan akan membuatmu berada di masa-masa suli...